"Hansol-ie ahjussi?"
"Mwo? Tadi Jasmine bilang apa?" Seungkwan merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Nama itu, nama yang sampai kini masih tersimpan dihatinya, yang ia sembunyikan dengan baik nyatanya masih memiliki efek yang sama seperti dulu. Nama itu membuat Seungkwan gugup setengah mati.
"Eem tadi sepeltinya ada Hansol ahjusi? Mana ya?" Jasmine menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan laki-laki dewasa yang ja panggil ahjusi itu.
Seketika Seungkwan langsung menggendong Jasmine dan berjalan cepat menyusuri koridor apartement yang sepi.
Setelah memastikan pintu terkunci, pertanyaan yang sedari tadi tersimpan di otak Seungkwan, ia kemukakan.
"Jasmine-ah, Hansol ahjusi itu siapa?"
"Hansol ahjusi itu temannya Jeonghan mama."
***
"Jisoo ya?"
"Ah.. wae Cheol-ah? Kenapa sudah kembali? Ku kira kau menjemput Jeonghan?" Tanya Jisoo yang masih fokus pada layar komputer di depannya. Jisoo adalah teman Jeonghan dan Seungcheol semenjak mereka masih sekolah menengah. Mereka bertiga selalu bersama sampai sekarang bahkan Jisoo adalah salah satu manajer di Perusahaan Seungcheol.
"Aku memang menjemput Jeonghan, tapi tiba-tiba Jun menghubunginya. Jun bilang ada pertemuan keluarga. Ya semacam itulah."
"Jadi tidak sampai pada acara menembak?" Tanya Jisoo sambil mendegus kesal. Sebenarnya temannya ini kenapa sih?! Dia benar-benar heran dengan Seungcheol.
"Aku benar-benar heran dengan otakmu, oke?! Saat sekolah menengah kau bilang akan menembak Jeonghan saat prom night tapi gagal karena kau takut ditolak, saat kuliah kau gagal lagi dan sekarang juga gagal lagi! Kenapa tidak langsung kau lamar saja sih!" Jisoo sungguh kesal pada Seungcheol yang menggantungkan Jeonghan seperti itu.
***
Dilorong rumah sakit Seoul, seorang dokter tengah mengangkat sebuah panggilan suara sambil menggerutu.
"Jun-ie, ayo cepat berangkat atau mama akan merendam Kiko di bath up!"
"Berhenti mengancamku dengan Kiko atau aku akan marah pada mama. Sebentar lagi Jun-ie berangkat, ada yang harus diselesaikan dulu." Jawab Jun sambil menghentakkan kakinya seperti anak kecil.
Hari ini adalah hari pertemuan keluarganya dengan keluarga Minghao untuk menetapkan tanggal pernikahan mereka. Jun tidak tahu bagaimana keadaan hatinya sekarang, dia berdebar-debar, kesal, marah dan merasa dirinya terlalu mudah. Terlalu mudah mengiyakan ajakan Minghao walau ia tahu ia akan merasa kesakitan karena keputusan yang ia ambil.
Kaki panjangnya membawanya ke sebuah ruangan VIP yang di huni oleh calon ayah mertuanya.
"Ah.. baba sudah bangun?" Kata Jun saat melihat seorang laki-laki lanjut usia tengah duduk sambil menonton televisi dari berita.
"Jun-ie.. Ku kira kau sudah berangkat?"
"Aku ingin bicara dengan baba sebelum aku berangkat."
"Mendekatlah, nak." Ucapnya sambil matikan televisi yang tengah menyiarkan berita kunjungan presiden Korea Utara ke Korea Selatan.
"Baba.. sebenarnya aku ingin minta maaf. Aku ingin minta maaf karena merebut tanggung jawab baba pada Minghao." Kata Jun sambih terkekeh yang ditanggapi dengan tawa oleh tuan Xu. "Aku berterima kasih karena baba menyerahkan tanggung jawab itu padaku tanpa aku memohon. Aku tidak berjanji rumah tangga kami akan berjalan dengan baik setiap saat, tapi aku berjanji akan membimbing istriku dengan baik, aku akan menjaga dan mencintai istriku dengan baik."
"Dia adalah anakku satu-satunya, aku tahu dia suatu saat pasti akan pergi dariku dan menikah dengan pria yang baik. Dan aku bersyukur itu dirimu Jun-ie. Beri putriku banyak cinta, dia mungkin menyebalkan tapi dia adalah seseorang yang amat lembut dan jangan pernah sakiti hatinya. Aku percaya padamu Jun-ah." Tutur tuan Xu pelan dengan senyuman tulus yang melekat di kedua bibirnya.
***
Pintu berbahan kayu itu bergeser dan menampakkan seorang perempuan cantik berambut hitam panjang yang menggunakan dress berwarna merah maroon.Jun yang melihat Minghao begitu mempesona bahkan mengalihkan pandangannya pada gelas air putih yang tersaji di hadapannya.
"Anyeonghaseo... Jeonseonghamnida eommoni abojie aku terlambat. Ada beberapa yang tidak bisa segera kutinggal."
"Kenapa lama sekali Hao-ya?" Tanya nyonya Xu pada putrinya.
" Beberapa gaun rancanganku untuk pagelaran di Jeju harus segera dikirim dan aku tidak bisa meninggalkan ya mama.." Jelas Minghao setelah mengambil duduk dihadapan Jun.
"Waah Hao hebat sekali.. " puji nyonya Yoon, yang dipuji hanya tersenyum malu dan menatap ke laki-laki yang didepannya yang menatapnya tanpa berkedip.
Seketika Jun langsung mengalihkan pandangannya sambil berdehem canggung.
"Ayo kita pesan makanan terlebih dahulu sambil menunggu Jeonghan datang." Kata Tuan Yoon sebelum melambai pada pelayan.
***
"Jadi bagaimana? Hao dan Jun tidak keberatan kan kalau tanggal 10 bulan depan?"
Jun dan Minghao sama-sama menggeleng. Keduanya tidak keberatan sama sekali.
"Tanggal 10 itu Jun berulang tahun. Waah momenya pas sekali." Sela Jeonghan dengan sumringah.
'Oh ternyata tanggal 10 ulang tahunnya.'
***
Mingyu oppa
Oppa bisa kita bertemu di cafe biasa sekarang? Ada yang ingin aku bicara kan?
Oke Hao..
Tunggu oppa sebentarTBC
Aku kembali setelah lama ngga update karena abis praktek kerja kayu yang bikin kedua tangan aku njarem setengah matiii...😭😭
Chap ini agak fokus ke Junhao yaa.. untuk couple yang belum muncul pasti akan muncul kok, entah chap keberapa hehehe..
Abang satu in kok bisa gans banget siih😭 emang suka bikin khilaf😗
Keep voment😙😙
![](https://img.wattpad.com/cover/163466556-288-k817742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Romance (✔)
Fanfiction~And karma said: you will fall in love with someone who doesn't love you, for not loving someone who did~ Warn⚠! Seventeen Genderswitch | Lil bit smut! Start : 111018 End : -