"Hiks eomma..." Jasmine terisak diatas ranjang Jisoo sambil memeluk boneka kelincinya. Si mungil itu tidak pernah semalam saja jauh dari eommanya, sehingga ia tidak bisa tidur dan terus menangis hingga membuat Jisoo frustasi.
"Sudah sayang.. jangan menangis terus." Jisoo membawa si mungil kepelukannya, mengusap punggung kecil itu agar Jasmine kembali tenang dan tertidur.
"Appa... eomma..." Jasmine masih terisak kecil, si mungil itu merindukan ayah juga ibunya.
"Seungkwan sedang apa sih sampai-sampai teleponku tidak diangkat." Keluh Jisoo sambil mencoba menghubungi Seungkwan, mungkin si mungil Jasmine akan kembali tenang dan tertidur setelah mendengar suara ayah juga ibunya.
"Dasar bocah gila, pasti dia sedang asik membuat adik untuk Jasmine."
"Hallo Wonwoo... bisa ke apartementku? Jasmine kita tidak mau berhenti menangis. Mungkin dia akan luluh padamu." Ujar Jisoo pada Wonwoo yang berada di seberang sana. Sebut saja Jisoo tidak tahu diri karena menyuruh Wonwoo ke apartemennya di tengah malam buta, tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah jam 1 pagi dan Jasmine belum mau tidur.
"Maaf Jisoo eonni aku tidak bisa, aku masih dirumah sakit." Kata Wonwoo dengan nada panik yang terlalu kentara.
"Ada apa? Siapa yang sakit?"
"Siapa yang sakit Wonwoo?" Jisoo merasa jantungnya berdegup begitu kencang, ada apa ini?
"Minghao jatuh dari tangga, semoga dia dan bayinya bisa selamat." Dan Jisoo kehilangan kata-kata setelahnya.
•○●♡●○•
"Itu di karenakan lemak tubuh Minghao terlalu rendah, hingga memicu ketidakseimbangan hormon." Wonwoo mengusap punggung lebar itu, memberi semangat. Tidak ada yang lebih membuatnya kalut selain panggilan dari Jun yang panik karena Minghao jatuh dari tangga, dan lagi istri Jun itu pendarahan.
Kehamilan kriptik adalah kondisi dimana seseorang tidak mengalami gejala kehamilan hingga tidak menyadari jika dirinya hamil. Dan satu dari 4500 ibu hamil yang mengalaminya, Minghao salah satunya.
"Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya, astaga aku bodoh sekali." Jun masih termenung, merutuki betapa bodohnya ia, bagaimana bisa ia tidak menyadari jika istrinya tengah mengandung, kehamilan Minghao bahkan sudah menyentuh angka 16 minggu.
"Hey... kau sendiri kan yang bilang, jika Minghao bahkan tidak menyadarinya. Jadi bagaimana bisa kau menyalahkan dirimu seperti ini, kau harus kuat agar istrimu kuat juga." Tutur Wonwoo. Tidak ada yang bisa disalahkan karena ini memang bukan salah siapapun, yang bisa dilakukan hanyalah berdoa agar semuanya baik-baik saja. Agar tidak ada yang pergi karena siapapun tidak pernah baik-baik saja dalam perpisahan.
"Keluarga Nyonya Xu Minghao." Jun dan Wonwoo dengan tergesa menghampiri dokter yang baru keluar dari IGD tempat Minghao berada. Merapalkan nama tuhan dalam hati, berdoa agar yang mereka dapat adalah kabar baik.
"Ibu dan bayinya baik-baik saja, walaupun kondisi ibu sangat lemah. Setelah ini pasien akan di pindahkan ke ruang inap agar bisa beristirahat dengan baik." Tidak ada yang lebih melegakan dari kabar tersebut, Wonwoo langsung memeluk Jun, memberi selamat pada temannya sejak sekolah menengah itu.
"Aku tau calon keponakanku itu kuat seperti papanya." Ujar Wonwoo dengan linangan air mata di pipinya. Setelah tekanan dan rasa khawatir itu menguap, ia tidak bisa membendung air matanya untuk tidak keluar. Tadi itu sangat berat, sangat menegangkan hingga Wonwoo merasa sesak.
"Sudah sudah jangan menyalahkan dirimu, semuanya sudah baik-baik saja." Ujarnya pada Jun yang masih menganggap semua ini adalah kesalahannya.
•○●♡●○•
Minghao yang sudah sadar menyambut Jun dengan senyuman teduh ketika suaminya itu masuk ke ruang inapnya dan langsung memeluknya erat sambil tersedu, mengucap maaf juga terima kasih yang membuat Minghao merasa sangat spesial.
"Maaf aku tidak jadi suami baik untukmu, aku buruk." Minghao menggeleng untuk ucapan itu, tidak ada suami yang buruk saat setiap pagi mengucapkan selamat pagi di sticky note lucu juga berbagai hidangan manis di meja makan, tidak ada suami yang buruk saat Jun menghadapi dirinya yang keras kepala ini dengan sabar.
"Astagaaa... aku sampai bosan mendengarnya menyalahkan dirinya sendiri Hao." Wonwoo mengambil duduk di sofa berwarna coklat yang ada di ruang inap itu, mengistirahatkan otot-ototnya yang menengang selama menunggu Minghao di ruang tunggu IGD.
"Ingin kusumpal pakai sandal rasanya." Minghao terkekeh melihat sliper Wonwoo yang berwarna merah jambu, wanita itu saking tergesanya sampai tidak sempat memakai sepatu.
"Selamat ya untuk kalian berdua, dan untuk Little Wen jangan suka bikin papamu panik ya. Karena dia sangat berlebihan jika sudah panik." Kata Wonwoo yang sudah terkantuk-kantuk.
"Sudah ya Wonwoo eomma mau tidur dulu." Ini sudah jam 3 pagi dan Wonwoo belum tidur sama sekali.
•○●♡●○•
Haloooo reeek😊
Ada ponakan baru niiii😆
Aku ngerasa chapter ini kayak ngga mateng gitu, tapi aku ngga tau apa yang bikin ini kurang mantul😣 bissmillah aja semoga menghibur malam malam kalian yang sepi ini😆😆
Sepi ya mblo?😅
Terima kasih atas dukungannya dan minta maaf atas segala kekurangan😚❤
![](https://img.wattpad.com/cover/163466556-288-k817742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Romance (✔)
Fanfiction~And karma said: you will fall in love with someone who doesn't love you, for not loving someone who did~ Warn⚠! Seventeen Genderswitch | Lil bit smut! Start : 111018 End : -