Untuk mu, kamu tidak tahu rasanya saat di jauhi oleh seorang yang disayang. Saat harus menahan diri untuk tidak bertingkah konyol karena rindu agar kau tak membenci ku.
Tubuh Resya terhempas kebawah. Ia jatuh pingsan dengan sudut bibirnya yang sedikit robek dan mengeluarkan darah.
"Gila lo, Ndra! Udah tau ini dikelas masih aja emosi. Lihat kan impasnya." seru Rania. Ia tak terima jika sahabatnya ini disakiti. Terlebih jika sampai urusan dengan fisik.
Andra tidak sengaja melakukannya, ia hendak menjotos Varo. Namun sialnya, Resya menghalanginya. Alhasil pukulannya jadi salah arah. Andra semakin kalut bukan main. Ia memejamkan matanya sebentar, detak jantung berdebar lebih keras saat melihat perempuan itu lemah karenanya.
"Tolong in gue!" ujar Rachel sembari berusaha membangunkan Resya. Karena tak berhasil ia berniat untuk membawanya ke UKS saja. Toh, suhu badan Resya juga panas. Mungkin ia sedang demam dan lebih baik beristirahat saja.
Andra mendekat, ia berusaha menolong gadis yang telah pingsan dibuatnya. Namun, tangannya ditepis kasar oleh Rachel, "nggak usah! Gi, Raf bantuin gue."
Tanpa basa-basi Gio menjongkokkan dirinya. Ia mengangkat tubuh mungil Resya. Andra bergeming, darahnya seakan berdesir hebat melihat dirinya yang sama sekali tak berguna untuk Resya. Bahkan ia merasa partikel-partikel dalam tubuhnya pecah meluruh dengan penyesalan.
"Gue kecewa sama lo Andra! Dan harusnya kalian berdua intropeksi diri siapa yang menjadi dalang disini." tegas Rachel. Kemudian ia keluar untuk menyusul sahabatnya di UKS.
Sepeninggalan para sahabatnya, Andra dan Varo hanya saling pandang penuh intimidasi. Entah setan apa yang merasuki keduanya hingga menjadi seperti ini. "Gue bakalan cari tau siapa yang ngelakuin ini ke lo. Asal jangan sampai Resya menjadi korbannya lagi." ujar Andra. Varo hanya mengangguk karena ia juga sedikit merasa bersalah pada Resya.
***
"Sya lu bangun dong. Gila lo bikin kita khawatir."
Tak ada jawaban. Saat ini Resya masih terbaring dengan memejamkan matanya. Rachel dan Rania sedang menungguinya. Sudah sejam lalu namun tak ada tanda-tanda gadis itu akan bangun. Mungkin juga ia tertidur.
Setelah beberapa saat kemudian. Terdengar erangan dari bibir Resya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Lo udah sadar? Syukur deh, kita khawatir tau. Lagian lo pakek acara pingsan segala." ujar Rania.
"Gue nggak papa kok."
"Nggak papa gigi lo, itu muka lo pucet banget tau nggak. Lagian nih, kalau udah tau sakit ngapain masuk. Pakek acara ngehalang-halangin orang mau gelud lagi." Kali ini Rachel yang mengomel. Resya ini minta dicincang atau bagaimana. Sudah jelas mukanya pucat dan sudut bibirnya sobek masih bilang tidak apa-apa.
"Udah deh gue pergi beliin makan lo dulu." pamit Rania yang langsung diangguki oleh Rachel.
"Tumben lo baik?" cecar Resya.
"Gue buang aja lo sekalian Saya bersama buaya-buaya bungtung disana." Resya tertawa sebentar mendengar kalimat kekesalan yang keluar dari mulut Rania. Kemudian, ia melenggang pergi dari UKS.
"Ngapain lo disini?" tanya Rania. Ketika hendak keluar justru ia bertemu dengan sosok yang tak asing lagi. Andra sedang mengintip dari luar jendela.
"Hel, itu bukannya suara Rania yah? Ngobrol sama siapa dia?" Rachel mengangkat bahunya.
"Ntar gue liat dulu" Resya mengangguk. Cukup lama terdengar seorang berbicara disana, namun tak ada satupun sahabatnya yang masuk hingga sosok siluet laki-laki itu berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu [TAHAP REVISI]
Teen FictionKetika kamu hadir dengan segala hal yang mampu mengembalikan dunia ku. Menjadikan aku percaya akan hal yang sempat hilang. Tapi mengapa kamu memberi pembatas yang seakan tak dapat ku tembus? - Resya *** Karena kamu tidak tahu, aku mencintai mu denga...