Part 4

3.8K 150 7
                                    

Harusnya kamu tahu, bahwa kodrat seorang wanita adalah menunggu untuk diperjuangkan. Tapi ketahuilah, aku takkan membiarkan mu berjuang sendirian.

***

"Eh Ran, gue titip pesenin yah" ucap Resya dengan memberikan selembar uang kepada Rania. Saat ini mereka sedang menikmati hidangan dikantin sekolah.

"Gue juga" kata Meka dan Rachel berbarengan.

"Gue juga dong."

Rania hanya pasrah. Ia menerima selembaran uang dari teman-temannya sembari mendengus kesal. Yang lain tampak tak merasa bersalah. Toh suara Rania yang seperti toa bisa dimanfaatkan sekali-kali.

"Eh kita sekelas kan?" tanya Varo pada Rania.

Namun bukan Rania yang membalasnya. Melainkan Rachel.
"Iya kita sekelas, sama Andra juga kan," jawab Rachel dengan melirik ke arah Andra. Merasa namanya disebut, Andra menoleh.

Namun sialnya, tatapan itu justru bertemu dengan tatapan milik Resya.
Buru-buru Andra mengalihkan pandangannya. Tak ingin disangka memandangi cewek yang bahkan hanya ia tahu namanya. Bisa saja besar kepala karena merasa diperhatikan olehnya, pikir Andra.

Tapi selalu saja ada yang membuat Andra bingung, tatapan yang cewek itu berikan sedikit mengintimidasinya. Entah sengaja untuk cari perhatian atau memang begitu. Pikirannya melayang.

Andra merutuki diri sendiri. Apa yang telah merasuki otaknya sehingga cowok itu sudi berfikir untuk hal yang biasanya tak ia hiraukan sedikitpun.

"Wah Rania udah dateng nih." Dheta memecah keheningan untuk beberapa saat lalu. Para perempuan yang duduk itu menoleh dan menatap antusias makanan yang dibawa oleh temannya.

"Yuhuuu everybody, waktunya kita makan," ujar Rania sudah tidak sabar. Asap panas dari makanan itu menambah selera untuk segera menyantapnya.

Resya segera mengambil bagiannya. Ditatapnya dengan binar kelaparan seperti tak makan selama seminggu. Ia memesan bakso dua porsi dan menambahkan sambal yang cukup banyak.

"Res, lo kebiasaan deh kalo makan itu rakus" timpal Meka. Bagaimana mungkin tubuh cebol Resya mampu menampung makanan yang banyak.

"Emm... Gu-wea dah lap- war hah" jawab Resya sambil mengunyah makanan. Meka hanya menggeleng.

Tiba-tiba....

HAPPP...

Dheta menyuapinya bakso besar ke mulut Resya. Resya tersedak karena baksonya pedas. Dalam hati cewek itu menyumpah serapah kepada Dheta dan berniat untuk membalas kejailannya.

"Uhuk.. uhuk.. Minum mana minum?" Resya mengipaskan ke dua tangannya ke telinga dan mulut. Wajahnya memerah menahan malu serta pedas yang bersarang di dalam sana.

Glek. Glek. Glek. Resya meneguk es jeruk hingga tinggal setengah. Matanya berair karena panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Dhet, gue santet juga lo." Resya keki dengan kelakuan absurd sahabatnya itu. Dheta tertawa. Ia sangat suka mengerjai Resya.

Resya mencebikkan bibirya. Ia pun membalas aksi Dheta dengan menumpahkan sambal ke mangkuk Dheta. Tidak mau kalah, Resya juga sangat suka menjaili orang lain.

"Resya kampret," rutuknya dengan umpatan kecil.

Yang lain tertawa. Mereka tetap saja balas-balasan. Bahkan kuah bakso Dheta sudah berwarna merah karena banyaknya cabai yang ditumpahkan.

"Sstttt... atau kalian mama hukum sekarang" ucap Rania dengan ekspresi dibuat seperti orang marah.

"Ampun mama jelek" ucap Meka yang mendahului Resya dan Dheta.

Tanpa ada yang tahu, ada seseorang yang tengah memperhatikan itu semua. Sebelah alisnya terangkat, seolah tak mengerti. Dasar cewek aneh, gumam Andra.

"Eh balik yuk? Ntar juga masuk. Masak orang cantik telat" ucap Resya dengan percaya diri.

Sahabatnya memutar bola mata jengah. "Sok banget sih lo," sindir Meka. Akhirnya mereka kembali ke kelas karena sebentar lagi memang sudah bel masuk.

Seorang itu menatap kepergiannya. Ekor matanya seakan tak mampu berpaling dari objek yang sedang berjalan itu. Ini pasti ada yang salah pada dirinya.

***

19.00

Setelah makan malam bersama keluarganya, Andra langsung kembali ke kamarnya. Ia merebahkan dirinya dikasur yang super duper nyaman. Bersamaan dengan itu ia menghidupkan ponselnya.

Ramai. Banyak sekali notifikasi dari perempuan di sekolah maupun luar sekolahnya. Mereka menawarkan diri untuk berkenalan. Bahkan, ada yang mengajaknya bertemu. Andra berdigik ngeri melihatnya. Berani sekali mereka melakukan ini. Hal ini juga kadang menjadi hiburan tersendiri untuknya.

Andra seringkali membalas chat-chat mereka. Tetapi tidak ada yang menarik menurutnya. Sebenarnya dia tidak suka ketika ada yang men-chatting dirinya terlebih dulu.

Menurut prinsipnya, Laki-laki yang mengejar, karena wanita pantasnya diperjuangkan. Opini klise yang kenyataannya sering terbalik. Era modern tak menutup kemungkinan bahwa wanita juga boleh mengejar seorang yang disukainya. Bukankah setiap orang berhak memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya? Daripada hanya diam tak melakukan apapun hingga mereka menyesal karena waktu tak lagi memberinya kesempatan.

Andra yang membalas chat tersebut hanya karena dia ingin memberi pelajaran bahwa tidak semua hal hanya dipandang covernya saja. Karena setelah merasa puas, dia akan pergi tanpa jejak. Ini akan membuat gadis-gadis centil itu sedikit tersentak.

Ia mengingkan perempuan yang mempu membuatnya berjuang demi cinta itu sendiri. Membuatnya tersenyum bahkan tertawa hanya karena hal kecil. Terlihat lebay memang, tapi tidak jika orang itu merasakannya sendiri. Sialnya, belum ada yang mampu menerobos ruang hatinya.

Ia mengedikkan bahunya, lalu mulai menjelajahi alam bawah sadarnya.

***

Di lain tempat, gadis mungil itu berdiri di balkon kamarnya. Ia memandang ke arah langit yang cukup terang saat ini. Kehadiran bulan dan bintang menambah kehangatan yang menjalar ke setiap sisi tubuhnya yang dingin.

Bukan hanya tubuhnya, hatinya juga dingin. Ia merasa trauma jika penggalan memori itu menghantuinya. Resya tak ingin ditinggalkan dengan cara yang menghancurkan dirinya perlahan. Pikirannya menerawang jauh. Sepenggal memori mampir ke benaknya. Ia sudah melupakan itu semua. Tapi, tetap saja ada hal yang membuatnya trauma pada keadaan.

Apa mungkin gue harus cari orang lain biar ngisi hati ini? Sedangkan gue aja takut kalau nanti dia juga nyakitin gue sama seperti masa lalu itu.

Gue nggak bisa terus-terusan gini. Lagipula sekarang gue udah ngelupain semua tentang cowok itu.

Meski tak ada bayangan sosok orang yang mampu mengembalikan dunianya. Resya yakin suatu saat ia akan dipertemukan dengan seorang yang dicintai dan mencintainya tulus.

Senyum tipis terukir diwajah cantiknya. Hembusan angin sepoi membuat sebagian rambutnya menutupi wajah. Ia semakin terlihat cantik. Hanya saja, tidak ada siapa-siapa disini yang melihatnya.

Ia bertekad akan berubah. Kini, gadis itu ingin membuka lembaran baru dalam hidupnya. Akan ia tuliskan nama-nama baru yang menghiasi hidupnya nanti.

"Kak Sya, bantuin adek ngerjain pr dong!" intrupsi suara itu membuat Resya sadar. Dengan cepat ia masuk ke dalam kamarnya.

Semoga saja harapannya dapat menjadi kenyataan. Sebab, ia tidak mampu jika harus hancur untuk kesekian kalinya. Sudah cukup dulu ia merasakannya. Resya berdoa dalam hati lalu mengembuskan napasnya lega.


###
Gimana nih ceritanya? Insyaallah aku akan update cerita ini setiap hari.
Jangan lupa vote dan komen yah😍

*ini sudah revisi.

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang