Sebab kamu adalah cahaya, maka jangan pergi. Karena tanpa mu aku gelap, tanpa mu aku takut, dan tanpa kamu aku tak bisa melihat apapun selain sepi.
***
2 tahun kemudian...
Laki-laki tampan itu sedang berjalan ke sebuah tempat yang terletak dibagian atas suatu tempat. Langkahnya sedikit dipercepat mengngingat waktunya tidak banyak. Dengan membawa paper bag ditangannya ia segera menaiki tangga.
Rooftop, adalah tempat yang menjadi tujuannya saat ini.
Bibirnya ditarik ke atas dengan samar melihat semua deklarasi sudah terpampang indah. Pernak-pernik setiap sudut juga menambah kesan romansa di malam yang dingin ini. Sungguh hatinya berdebar saat ini.
Pria tampan itu mengecek jam digital ditangan kirinya. Setengah jam lagi seorang yang di tunggunya pasti datang. Entah mengapa ia sangat bahagia hari ini. Tanpa menunggu waktu lama, ia menyimpan paper bag itu disebuah tempat khusus yang sudah di sediakan.
"Gimana bro?" Seakana terkesiap oleh lamunannya sendiri, ia tersenyum lalu mengangguk percaya.
"Doain aja semoga sukses." ujarnya.
"Hahahaha kalau ke dia lo aja segitunya." balas temannya itu yang membuat ia hanya tersenyum.
"Hahaha kayak lo nggak pernah jatuh cinta aja sih."
Selepas percakapan singkat itu, laki-laki tampan bersweeter abu-abu muda itu turun menapaki tangga. Ia akan menunggu seorang dibawah sana.
Semoga aja ini lancar, amin, batinnya.
Selang beberapa menit ia menunggu di luar cafe, nampaklah taxi yang berhenti di depannya. Walaupun keadaan sudah malam, tapi ia yakin bahwa seorang di dalam sana adalah gadis yang ditunggunya.
Sebuah kebenaran karena memang seorang yang ditunggu pun keluar. Ia nampak cantik dengan balutan dress abu-abu dan corak hitam. Rambut panjangnya tergerai dengan tatanan simple menggunakan jepitan kecil. Ia nampak cantik dan serasi dengan seorang yang juga menunggunya.
"Aku lama ya, sayang?" ujarnya bertanya pada laki-laki di hadapannya. Gelengan pelan itu seolah menjadi jawaban atas pertanyaannya.
"Kamu cantik, Sya."
Blusshhh...
Tentu saja pipi gadis itu merona karenanya. Meski ini bukan pertama, kedua, atau ketiga kalinya laki-laki itu bertingkah manis padanya, Resya akan selalu merona olehnya.
"Ihh, Andra aku jadi malu." Ia menutupi memberi jarak dengan menutupi wajahnya menggunakan tangan agar Andra tak melihatnya. Laki-laki itu terkekeh pelan, di tariknya tangan mungil itu untuk turun.
"Nggak usah ditutupi, aku kan cuma liat kamu." Seolah tak merasa bersalah, Andra semakin membuat Resya salah tingkah.
"Andra ngegombal mulu deh." balasnya. Ia sudah berpura-pura sebal pada kekasihnya itu, namun sayang itu tak akan mempan karena Andra selalu suka raut kesal pacarnya.
Tak ingin menunggu lama, mereka berjalan memasuki area cafe. Banyak pasang mata disana yang melihat ke arahnya dengan tatapan kagum sekaligus iri. Sepasang remaja yang memukau tengah hadir diantara mereka.
"Kita mau kemana, sih? Kok lurus aja?" alih-alih menjawab, Andra hanya menoleh lalu mengedikkan bahunya.
"Masih aja nyebelin! Dasarnya emang cuek sih pengen dicakar aja." omelnya pada diri sendiri.
"Jangan berisik!" Andra menegur Resya. Jika keadaanya bukan untuk dinner romantis yang dijanjikan Andra sudah dipastikan saat ini gadis itu memilih mengajaknya bergelud saja. Andra memang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu [TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaKetika kamu hadir dengan segala hal yang mampu mengembalikan dunia ku. Menjadikan aku percaya akan hal yang sempat hilang. Tapi mengapa kamu memberi pembatas yang seakan tak dapat ku tembus? - Resya *** Karena kamu tidak tahu, aku mencintai mu denga...