Part 48

2.4K 83 1
                                    

Menunggu mu bukan perkara yang mudah.
Kamu selalu menjadi titik balik saat aku lupa arah.
Andai saja waktu ku bisa ditukar dengan pundi-pundi hadiah, mungkin saja aku telah menjadi kaya karena lamanya menunggu.
Tapi tak apa, selama aku juga menjadi alasan mu kembali, akan ku pastikan bahwa aku tetap disini.

-I love you and I'll love you :)

Hari telah berganti malam. Resya masih berdiam diri di kamarnya dengan senyum yang mengembang. Tak bisa di pungkiri bahwa hari ini ia sangat bahagia. Walaupun tadi ia sempat merasakan ketegangan karena dirinya diserang oleh dua perempuan agresif.

Gadis itu tersenyum kecil membayangkan betapa kerennya Andra tadi, "hihihi sumpah Andra tuh yah comel banget deh." ujarnya sendiri.

Andra memang cowok cuek dan datar. Ia tidak suka mengatakan apa yang terjadi pada dirinya. Namun, bukan berati ia tak bisa bersikap manis dan lembut. Justru dibalik sikap dinginnya dia adalah sosok yang penyayang.

Resya selalu suka cara Andra memperlakukan dirinya. Walaupun ia sering dibuat kesal tak karuan, namun Andra siap berdiri di barisan depan saat gadis itu rapuh. Dengan caranya, cowok jangkung itu menunjukkan rasanya. Rasa yang hanya bisa ia, Resya dan Tuhan tau.

"Lagian tuh yah kenapa sih Nata kayak dengki amat sama gue? Padahal dia temen sekelas gue biasa aja sih kayak nggak kelihatan kalau ngebenci gue." omelnya pada diri sendiri. Resya masih tak habis pikir bahwa selama ini yang kerap mengganggunya adalah teman sekelasnya dan juga seorang yang bersikap manis padanya.

"Herman dah gue." Resya kembali melamun. Kali ini hanya satu nama cowok itulah yang mengisi seluruh semestanya.

Tok! Tok! Tok!

Tok! Tok! Tok!

Gadis itu sadar dari lamunannya, "siapa sih ganggu aja?"

"Tunggu!" teriaknya dari dalam kamar. Ia segera meloncat dari tempat tidurnya.

"Awww..."

Sial memang. Bukannya semakin cepat, Resya terjatuh. Namun, ia segera bangkit sembari mengelus-elus lututnya yang terasa nyilu.

Tumben amat bunda atau Dera mau masuk masih ngetuk pintu.

Ceklek!

"Lo! Ngapa-?"

"Nepatin janji gue yang tadi siang. Ini kan udah malam." balasnya dengan enteng.

"Ha?"

"Janji yang mana deh?"

Seorang itu mendekatkan dirinya pada Resta, lalu ia menunduk untuk berbisik, "kalau lo mau minta gue apa-apain."

"Ha?" Resya cengo. Kerja otaknya melambat. Ia masih mencerna kalimat yang diucapkan Andra.

"Sialan!" pekik Resya kesal. Namun, orang itu malah tertawa renyah melihat kekesalan dalam raut wajah lawan bicaranya.

"Ngapain sih lo?" Resya kembali bertanya. Walaupun sebenarnya dalam hati ia sangat senang karena cowok itu telah menepati janjinya untuk kembali datang.

"Udah siap? Buruan gih siap-siap."

"Kemana?"

Andra menggeram kesal. Cewek yang dihadapinya sekarang adalah Resya. Sosok manusia menyebalkan yang sering mengulang-ulang pertanyaan polos dan nggak bermutunya ini membuat Andra geram.

"Ngapa-ngapain LO!" Andra membalasnya datar dan penuh penekanan, "udahlah lo ganti baju terus kita keluar."

"Tapi kan-"

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang