Part 3

4.2K 147 4
                                    

Banyak hal yang tidak aku mengerti di dunia. Kamu adalah salah satunya. Dengan mu, aku tak mengerti mengapa rasa ini hadir sangat berbeda.

*

**

Kring... Kring.....

Akhirnya jam istirahat tiba. Waktu yang pastinya ditunggu oleh seluruh siswa untuk mengistirahatkan otak sehabis berperang. Halaman sekolah yang awalnya sepi akan ramai dengan orang-orang berlalu lalang untuk menikmati waktu istirahat mereka yang hanya sebentar.

"Eh hel, kantin yuk. Lapar nih gue," ajak Resya.

"Yuk sekalian aja Rania ajak. Kasihan tuh sendirian" jawab Rachel sembari mengemas barangnya dalam tas. "Ran, lo mau ikut?" sambungnya.

"Hemm, ayok deh.."

Mereka berjalan menuju kantin untuk menemui Dheta dan Meka. Meskipun beda kelas, setidaknya mereka akan menyempatkan diri untuk bersama. Karena sahabat tidak akan berganti hanya karena kelas yang berbeda. Begitu kata mereka.

***

Di kantin, Andra dan teman-temannya sudah duduk santai. Mereka mengborol, sesekali tertawa. Andra hanya menanggapinya dengan senyuman. Sikap dinginnya masih terasa. Mungkin karena ia memang datar atau hanya sekedar jaga image? Ahhh, Andra memang selalu memusingkan orang lain.

Haduh baper aku bang

Halalin aku dong, mas

Ahhh, anak siapa sih Andra itu?

Ganteng banget deh.

Dan masih banyak lagi.
Banyak kakak kelas dan teman seangkatan yang menaruh perhatian pada Andra. Padahal Andra tak melakukan apapun. Ia hanya duduk bersama temannya sembari menikmati makanan yang sudah di pesannya. Apa yang salah?

Cowok ganteng emang bikin perempuan jadi serba salah.

"Gila lo Ndra, Apa gantengnya lo cobak?" Gio mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia menoleh ke arah samping kanan dan kiri yang sudah menatap gemas ke arah Andra. "Padahal juga gantengan gue kemana-mana," lanjutnya dengan percaya diri.

Andra lagsung menjitak kepala Gio keras.

Pletakkk...

"Wadow... Sadis kamu mas." Sarkas Gio dengan wajah yang dibuat sedih. Namun itu tak berlangsung lama karena beberapa detik kemudian cowok itu tersenyum lebar melihat makanan yang menggugah seleranya.

"Dasar!"

Gio hanya mengedikkan bahu tak peduli.

"Ndra, lo kalau nggak mau sama mereka biar kita-kita aja yang sikat? Gimana?"

Andra hanya bergumam tak jelas mendengar pertanyaan dari Varo yang tentu saja disetujui oleh lainnya. "Padahal banyak banget loh cewek cantik disini. Kurang apa mereka?"

"Iya sih, tapi sayang nggak ada yang bisa luluhin hati si mas Andra ini." timpal Rafa. Sontak saja Varo dan Gio tertawa lagi. Mereka sudah tahu bahwa Andra yang katanya ganteng itu tak memiliki pacar. Ia selalu menerapkan prinsip single dan tak ingin dicoret paksa hanya karena perempuan! Menurutnya perempuan itu ribet.

"Yah semoga aja sih Andra dapet karma terus cinta mati sama cewek. Terus terus ceweknya nyebelin, ninggalin Andra dan Andra nangis mewek-mewek ke kita. Dan gue tertawa. Hahaha.." Gio berbicara dengan nada menggebu-gebunya. Ia menatap horor Andra seakan baru saja meramalkan mantra ala dukun yang biasanya tayang diacara tv.

"Sialan lo!" umpat Andra.

Setelah beberapa menit, Resya bersama kedua temannya memasuki area kantin. Suasananya cukup ramai, apalagi mereka yang memang tidak tahu diri tertawa dengan keras di kantin. Menambah kebisingan.

Jika ditegur oleh salah satu darinya karena bertingkah heboh, mungkin salah satu darinya juga akan menjawab 'emang dia siapa?'

"Eh duduk di meja sebelah Andra aja yuk, sapa tau dia liat gue," ajak Rachel. Rania pun nampaknya setuju. Tentu saja ini bagian dari modus Rachel untuk mendekati laki-laki itu.

"Nggak ah, males. Ntar disangka ngikutin dia." Resya tidak setuju. Bukan ia tak mau berkenalan dengan temannya sendiri, hanya saja ia cukup sadar bahwa mengobrol dengan most wanted di tempat seramai ini bukanlah solusi yang tepat. Atau lebih tepatnya mencari singa yang siap mengamuknya karena merebut daging segar.

"Tau tuh hel, mending yang lain aja" Meka pun tidak setuju. Ia mengerti maksud lain dari Resya sehingga berusaha untuk mencegahnya. Bukan maksudnya cemburu, ia juga tak ingin sahabatnya ini menjadi bahan gosipan cewek-cewek yang tak segan memberi tatapan bahkan sindiran garang jika mereka tetap melakukannya.

"Yah kalian pada ga seru". Rachel mendengus kesal.

Akhirnya mereka semua mengiyakan. Terpaksa! Rachel terus merengek dan hanya disana bangku yang kosong.

Melihat itu, Rafa menyenggol Andra untuk mengikuti gerak matanya.
Andra melihat Resya yang sudah lebih banyak mengobrol dengan teman-temannya. Ia terbius suara tawa Resya untuk pertama kalinya. Sedari tadi tak pernah ia lihat Resya tertawa, senyum pun jarang karena ia lebih sering menunjukkan raut juteknya.

Entah lah, mengapa Andra memikirkannya?

"Dra, itu kan temen sekelas kita?" tanya Gio.

"iya. Kenapa?" jawab Andra cuek.

Baginya tidak penting membahas tentang perempuan. Selalu menyusahkah. Klise? Andra selalu menganggap remeh apa yang belum pernah ia alami.

Andra memang tidak pernah merasakan cinta pada perempuan sebelumnya. Menurutnya semua perempuan itu sama saja. Mengingkannya karena kelebihannya saja. Lagipula ia tidak berniat untuk dekat dengan siapapun. Andra tidak suka itu.

Ia memang ganteng dengan fisik diatas rata-rata. Namun, tampang bukanlah standart seorang bisa mencintai dengan tulus. Terlebih jika mereka hanya terobsesi karena ingin menjadi perempuan pertama yang Andra.

"Eh lo sadar ga sih, si Sya-sya itu kelihatan cuek banget. Tapi sekarang lo liat deh, easy going banget yah?" Rafa juga dibuat heran. Perbedaan Resya nampak mencolok diantaranya.

"Modus kali." Jawab Andra "Namanya Asya bukan Sya Sy," sambungnya nampak tidak terima.

“Cie Andra kok lo tahu?" ledek Varo, "btw, dia manis lo, mukanya nggak membosankan sih. Tau lagi kalo nanti udah kenal, ya kan, Ndra?" lanjutnya.

"Nggak jelas. Gue baru kenal dia" balas andra sensi. Ia mengalihkan perhatiannya dengan kembali memakan makanannya. Kemudian, terdengar suara tawa meledek dari sahabatnya.

Andra mengeluarkan ponselnya. Banyak sekali notifikasi yang mengajaknya kenalan. Tanpa berniat membalas ia hanya membuka satu persatu pesan yang masuk, membacanya sembari mendengus kecil.p  Dasar cewek, batin Andra.

Baru saja ia menginjakkan kaki disekolah ini, ponsel silver itu telah dipenuhi pesan yang memintanya untuk memfollback akun mereka. Sia-sia! Andra bingung, entah dari mana mereka punya ide untuk mendekatinya dengan gercep.

Sesampainya Resya dan lainnya di meja sebelah Andra ia tak langsung duduk. Ia masih berdiri bersama temannya tanpa ada yang membuka suara.

"Hmmm, Andra.. Gue boleh duduk sini yah sama temen-temen gue." Akhirnya Rachel memecah keheningan. Jelas saja karena ini adalah rencananya.

"Duduk aja." balasnya tanpa melirik. Sontak saja Resya kesal, namun sebisa mungkin ia menahannya karena ini adalah tempat umum.


###

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang