Aku percaya bahwa Tuhan telah mempersiapkan segala sesuatu dengan indah. Meski terkadang dimulai dari hal buruk sekalipun.
***
Dunia adalah panggung kehidupan. Setiap orang punya peran yang akan ia mainkan. Entah itu si antagonis ataupun protagonis. Tetapi, semua akhir dari cerita sudah digariskan. Tak mungkin ada seorang yang mampu menolaknya. Semua yang terjadi, akan terjadi.
Gadis itu tersenyum menatap pancaran sinar matahari yang akan tenggelam. Menghembuskan nafas panjangnya perlahan. Melepas semua beban yang selama ini dirinya pikul. Mungkin ini sudah jalannya.
Gadis itu Rachel.
Tidak ada yang bisa ia lakukan. Sekalipun dia meminta lebih, jika bukan takdirnya keinginannya harus musnah. Suatu saat akan terganti dengan hal yang lebih dia butuhkan dan lebih pantas bersandang dalam kehidupannya.
Melepaskan bukan perkara membenci suatu yang tidak bisa ia miliki. Ia harus berjalan mundur dan teratur. Karena hatinya telah memilih jalan yang memang seharusnya ia pilih. Membiarkan takdir menuntunnya pada jalan yang sudah digariskan Tuhan padanya.
Selepas dengan itu semua, ia bersyukur. Ada kelegaan tersendiri dalam dadanya. Persahabatannya kembali. Dia berbaikan dengan Resya. Karena sesungguhnya, mencari seorang sahabat sangatlah sulit. Bagai mencari jarum di tumpukan jerami.
Semoga ini jalan yang terbaik, batinnya.
Toh ia bisa mencari lagi nanti. Tidak harus stuck pada pilihan yang memang tidak untuknya. Nanti, ia akan benar-benar mengikhlaskannya.***
20.00
Resya sedang bersantai ditempat tidurnya. Mematikan ponselnya dengan senyum yang mengembang. Hari ini dia sangat bahagia. Berbaikan dengan sahabat membuat hatinya merasa lega dan seperti hidup kembali.
Ia tahu mungkin Rachel masih sedih. Merelakan bukan hal yang mudah. Resya senang setidaknya mungkin ini jalan keluar dari masalah ini. Tapi bukan berati ia tega melihat sahabatnya tersakiti. Bukankah juga sama menyakitkannya jika membiarkan seorang terus berjuang pada hal yang pasti tak bisa diperjuangkan?
Yang harus ia lakukan saat ini adalah mulai memperbaiki semuanya. Ya, semua dengan sahabatnya, lalu menata kembali hatinya.
"Resya" panggilan bundanya membuat Resya menoleh.
"Eh ada bunda."
"Belom tidur kamu?" tanya Sarah pada Resya sambil mengelus kepala putrinya itu.
"Belom ngantuk, bun," katanya. "Bunda, Resya mau tanya, tapi jangan diketawain yah" lanjutnya. Sarah mengulum senyum.
"Emang kamu mau tanya apa?"
"Kalau Resya suka sama orang boleh nggak?" tanya Resya polos. Sang bunda tertawa sebentar, lalu berdeham untuk memberhentikan tawanya.
"Ish bunda kok ngejek sih, kan kzl."
"Boleh asalkan ada yang mau sama kamu." ujar bundanya santai. Kemudian tertawa lagi. Resya merengut tak terima.
"Maksud bunda Resya jelek gitu?"
"Enggak"
"Terus kenapa bunda bilang gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu [TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaKetika kamu hadir dengan segala hal yang mampu mengembalikan dunia ku. Menjadikan aku percaya akan hal yang sempat hilang. Tapi mengapa kamu memberi pembatas yang seakan tak dapat ku tembus? - Resya *** Karena kamu tidak tahu, aku mencintai mu denga...