Part 42

1.9K 75 6
                                    

Aku terluka, kau biasa saja. Aku menangis, kau malah tersenyum. Lantas apakah kau akan kembali saat aku telah pergi?


Sudah seminggu berlalu, hubungan Andra dan Resya masih saja renggang. Sejak Andra menemuinya di UKS tak ada lagi tanda-tanda bahwa ia dan pria itu akan berdamai. Meski Andra telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya pada Resya karena tak sengaja memukulnya, ia kembali tak menyapa pada Resya. Entah alasan apa yang membuatnya seakan sangat menjauhi gadis itu, Resya juga tidak paham.

Gadis itu menjalani hidupnya senormal mungkin. Walau ada kehampaan dalam dadanya, Resya berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja. Ia tak mau dianggap lemah hanya karena luka hatinya. Tentang teror itu, ia masih sering mendapatinya. Mungkin si pelaku belum merasa puas dengan apa yang dilakukannya. Terakhir saja, gadis itu mendapati boneka barbie yang bentuknya sudah tak karuan karena terdapat kerusakan. Resya pun belum punya petunjuk siapa pelaku sebenarnya.

Beberapa kali dipagi hari matanya terlihat sembab, mungkin semalam ia sudah menangis.

Berbeda dengan Resya, Andra bersikap seolah tak terjadi apa-apa dalam hidupnya. Semua berjalan seperti biasa. Bahkan dengan Varo, ia sudah berbaikan. Hanya saja sikapnya saat ini kembali dingin seperti dulu. Ia tidak lagi mengganggu Resya, tidak lagi mengacaukan emosi Resya dengan segala tindakannya yang menyebalkan sekaligus membuat pipi gadis itu bersemu merah merona. Bahkan ketika tatapannya bertemu dengan manik mata Resya, Andra seringkali membuang muka.

"Hai Andra." sapa seorang dihadapan Andra.

"Oh, hai." balas laki-laki itu sedikit terkejut.

"Hmm gue duduk disini yah. Sekalian gue pengen makan bareng sama lo." pamitnya. Andra hanya mengangguk, toh disini ia tak sendirian. Ada sahabatnya juga.

"Ih neng Lena suka yah sama bang Andranya?" Gio menggoda Halena. Sahabatnya tau, akhir-akhir ini perempuan dihadapan Andra sekarang sering muncul. Dengan berbagai macam alasan, dia mencoba untuk mendekati Andra.

Varo menyenggol lengan Andra, kemudian ia berbisik pelan. Setelahnya mereka melanjutkan makannya yang sempat tertunda. Beberapa kali Halena membuka suara untuk mengajak Andra mengobrol. Sialnya, pria itu justru memberi balasan yang terlalu singkat dengan nada dinginnya.

"Andra gue mau tanya, boleh?" Andra mendongak ke arahnya. Kemudian ia kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Hubungan lo sama Resya gimana?"

"Huk. Huk. Huk." Andra tersedak. Ia mencari minuman dan segera meneguknya.

"Gila men, dia tanya hal yang sensitif banget." Gio berkomentar cukup keras. Rafa menginjak kakinya seakan memberi kode agar laki-laki itu diam saja.

"Iya iyah gue diem nih." sahutnya memelas kemudian.

"Gue sama Resya nggak pacaran." tukas Andra. Halena speechless.

"Berati boleh dong gue berjuang juga buat lo?" Andra menautkan alisnya. Mengapa gadis ini begitu frontal dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang berbanding terbalik dengan sikap manis yang selalu ia tunjukkan.

"Mamvus dah lo." Gio kembali berkomentar. Ia sungguh tak bisa menahan mulutnya untuk diam saja mendengar obrolan antara Andra dan Halena.

Andra tak menjawab pertanyaan gadis itu. Ia hanya diam, kemudian menoleh ke arah Rafa. Seakan mengerti, cowok itu menoleh ke arah belakang. Benar saja ia mendapati seorang yang sedang mengamatinya. Rafa kembali menghadap Andra lalu mengangguk yang pasti sudah dimengerti oleh Andra.

Tak puas, Andra menolehkan sendiri tubuhnya ke arah yang dimaksudkan Rafa. Benar saja orang itu sudah beranjak dengan buru-buru. Andra menghela nafas kasar.

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang