Part 19

2.4K 93 0
                                    

Apakah yang akan ku pilih ketika kedua pilihan tersebut membawa dampak yang besar dalam hidupku?

***

"Resya, makan!" teriak Sarah dari bawah. Resya sedang melamun di kamarnya. Perkataan Rachel itu membuat ia seakan teriris pisau dihatinya. Menyesakkan.

"Iyah, Bun" jawabnya menuruni anak tangga. Disana sudah terlihat Ayah dan juga Dera, adiknya menunggu hidangan bunda malam ini.

"Kak, Dera barusan dibelikan es krim sama ayah" ujar adiknya itu dengan polos.

"Punya kakak mana yah?" tuntut Resya. Jika sudah masalah  es krim dan coklat, ia akan menjadi tergila-gila. Resya sangat hobby memakan dua jenis makanan manis itu. Apalagi saat pikirannya sedang kacau begini.

"Beli aja sendiri, Resya kan anak Bunda" kata Ayahnya dengan senyum mengejek.

"Pokoknya beliin kakak ntar atau kakak minta punya adek aja" Rujukya sembari melipat tangan di depan dada.

"Beli sendiri aja kak. Kan kakak udah besar" ujar Dera.

Ingin rasanya ia menenggelamkan diri saja. Betapa menyebalkan hari ini. Ya, Resya benar-benar membutuhkan es krim dan coklat yang banyak saat ini.

"Yuppsss, bunda sudah selesai masaknya. Mari kita makan" Resya membantu menghidangkan makan malamnya. Kemudian mereka kembali ke tempat masing-masing untuk makan malam.

Berbeda dari biasanya, Resya tidak terlalu mood untuk makan. Mungkin ini karena banyaknya hal yang sedang ia fikirkan.

"Kok nggak dimakan kak?" tanya Sarah.

"Ehh iyah bun, Resya udah kenyang." katanya.

***

Setelah makan malam selesai, Resya tidak langsung ke kamarnya. Ia meminta beberapa bungkus es krim kepada Dera.

"Dek, minta dong. Besok kakak gantiin deh. Seriusan" ujar Resya memaksa adiknya itu. Akhirnya ia memberikan 3 bungkus es krim ke kakaknya itu. Ia takut karena kakaknya sudah mengamcam tidak akan membantunya lagi mengerjakan pr.

SEEERRRREEEMMMM....

"Tapi besok ganti 10 yah?"

"Kakak ganti satu dus deh". Resya ingin membeli es krim dan coklat sekarang juga. Tapi ayah dan bundanya pasti melarang, ini sudah malam.

Resya memasuki kamarnya dengan es krim coklat ditangannya. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan es krim itu. Siapa tahu ia tidak galau lagi?

Apa gue chat Rachel aja ya, batin Resya ketika menaiki anak tangga. Setelah menimbang-nimbang, ia akan meminta maaf kepada Rachel.
Resya tidak ingin bertengkar dengan sahabat baiknya hanya karena cowok. Bundanya pasti akan marah jika mengetahui hal itu.

Ia membuka aplikasi chatnya. Resya tersenyum tipis melihat room chat nya dengan Rachel.

AresyaRafikaL : Hel

5 menit sudah tidak ada balasan. Resya mondar mandir di depan meja belajarnya.

AresyaRafikaL : Hel, lo masih marah sama gue, maafin gue yah sayang ku.

AresyaRafikaL : Hel lo kok nggak bales sih? Maafin gue, oke gue yang akan ngalah sama elo.

AresyaRafikaL : Oke hel, nggak papa deh lo marah sama gue gue ngerti itu, asal lo tau gue sayang sama lo. Gue harap kita bakalan terus begini. Sekali lagi maafin gue.

Masih banyak lagi spam chat dari Resya untuk Rachel. Namun tidak satupun yang dibalas. Resya menitikkan air matanya. Mengapa jadi serumit ini?
Sebenarnya ia dilema, bagaimana dengan perasaannya saat ini apakah ia terlalu munafik sehingga tidak sadar bahwa ia menyukai laki-laki itu? Dan melukai sahabatnya?

Ia mencobanya lagi dengan menelfon Rachel. Namun, lagi-lagi tak ada jawaban.

Resya menghembuskan nafasnya panjang. Terlalu melelahkan.

***

Flashback On

Sepulang sekolah para lelaki itu berkumpul di rumah Andra. Mereka sengaja kesini karena ingin bermain game, sekaligus mengisi pasokan perutnya. Rumah Andra memang paling cocok dijadikan tempat markas.

"Eh Ndra, gue numpang makan ke mama lo ya" ujar Gio sambil tersenyum jahil.

"Iyadeh ngapapa, ntar biar gue suruh mama kasih kalian sianida" sahut Andra dengan sarkasnya.

"Kampret lu kutil onta" kata Gio melempar Andra dengan bungkus makanan yang sudah diremasnya. Andra memilih untuk mengabaikan sahabatnya itu.

Sesampainya di kamar Andra, mereka sudah joged-joded nggak jelas. Katanya biar mirip sama artis tik-tok. Hmmm...

"Ayo kita goyang dua jari, biar kita happy nggak kayak babi" ujar Varo sambil joged diatas kasur.

"Wuhuuuu..."

"Uyeee...."

"Syalalalala..."

"Emang lagi ganteng, Andra itu ganteng. Nggak kayak mereka, kutil ayam kampung." Andra menyanyi dengan kerasnya. Tiba-tiba ia tertawa terpikal-pikal oleh lagunya sendiri. Stress, pikir Andra.

"Sumpah kayaknya besok lo mati deh" ujar Rafa tak percaya. Ia masih cengo melihat sahabatnya seperti orang waras.

"Gini nih kalo bergaul sama Rasya. Nggak jelasnya pindah" sinis Gio. Mereka sudah sadar akan perubahan yang terjadi pada diri Andra setelah dekat dengan Resya si cewek tengil itu.

"Eh tunggu deh", ujar Varo. Ia langsung merubah posisinya menjadi duduk bersila. "Tadi gue lihat Resya kayak debat gitu sama Rachel"

"Mungkin rebutan permen karet kalik"

BHUKKK....

Gio mendapat lemparan bantal yang melayang gratis.

"Gue serius jelek"

"Nggak usah bawa jelek-jelek dong bro, sadar diri lo jelek juga" balas Gio tak mau kalah. Andra memutar bola matanya jengah. Ingin rasanya dia mendonasikan sahabatnya ini.

"So?"

"Kayaknya Rachel suka sama elo deh, Ndra" kata Rafa. Varo mengangguk membenarkan. Karena ia sedikit banyak mendengar perdebatan mereka.

"Gue nggak tahu." Andra mengedikkan bahunya.
Sebenarnya bukan ia tidak tahu. Hanya saja ia tidak ingin memberikan harapan semu pada sahabat Resya itu. Andra hanya tertarik pada gadis itu saja, tidak yang lain.

"Kalau dia suka sama lo gimana? Kan Rachel sahabat Resya. Bisa mamvus dah lo terkucel-kucelkan olehnya." sambung Gio tak waras.

Andra diam sejenak, tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu. Jari telunjuknya digunakan untuk mengetuk-ngetukkan pada dagu. "Nggak tahu deh." jawabnya kemudian.

"Sinting lo. Gue kira lo lagi mikir." sensi Varo. Andra mengedikkan bahunya tak peduli.

Flashback Off

###

*ini sudah revisi

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang