Part 9

3K 120 4
                                    

Aku senang melihat mu tertawa, apalagi jika itu karena ku.

***

Resya dan Andra semakin hari semakin dekat. Mereka merasa nyaman satu sama lain. Menurutnya, apabila mereka sedang dekat, ia merasa dirinya menyatu.

Resya yang awalnya sangat takut merasakan rasa jatuh cinta lagi. Tapi dengan Andra, Resya merasa nyaman. Ia merasa aman saat pria itu bersamanya. Andra selalu menghiasi hari-harinya. Sedangkan Andra, ia merasa menemukan sesuatu baru ketika bersama Resya. Resya yang lucu, Resya yang suka ngomel-ngomel tidak jelas, atau Resya yang suka bercerita secara random. Andra menyukai segalanya. Resya tidak membosankan, justru sebaliknya. Andra merasa ada yang kurang jika sehari saja ia tak menjaili gadis itu hingga membuatnya mencak-mencak di tempat.

Kedekatan mereka memang masih samar. Tak ada diantaranya yang berani menunjukkan secara gamblang apa yang sedang terjadi. Resya juga takut, ia takut menyakiti hati seorang yang mengharapkan Andra disana.

"Sya, lo tau nggak? Semalem gue nge line Andra"

Seperti yang sudah gadis itu katakan. Rachel sepertinya benar-benar menyukai Andra. Terbukti dari perilaku dan semua curhatannya berkisar tentang Andra saja.

"Dijawab?" tanya Resya penasaran. Pasalnya dia saja tidak berani menghubungi cowok terlebih dahulu. Resya terlalu kaku untuk masalah seperti ini.

"Iyahlah gue pura-pura aja basa-basi tanya masalah yang radak serius gitu" jawab Rachel sambil tertawa sebentar. Dia sangat senang semalam bisa chat dengan orang yang disukainya. Terlihat dari binar matanya. "Gue seneng banget Sya," lanjutnya dengan gemas sendiri.

Mendengar itu, Resya tersenyum pada Rachel. Ia tidak berniat membalas apapun. Resya merasa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya. Mungkin perasaan takut Rachel tersakiti oleh Andra, ya ia yakin hanya sebatas itu.

***

Kringg... Kring..

Setibanya bel masuk, semua siswa berhamburan keluar dari kantin menuju kelas masing-masing.

"Selamat Siang anak-anak." Sapa guru itu di dalam ruang kelas X-2.

"Siang Bu Dina," jawab mereka serentak. Kemudian guru cantik yang berusia sekitar 30 tahunan ini mulai menjelaskan materi.

Selang guru itu menjelaskan materi beberapa menit, Andra melempari bangku Resya dengan potongan kertas yg diremas kecil. Awalnya Resya tidak menanggapi. Tapi Andra terus menjaili.

"Lo ngajak gelut gue?" tantang gadis itu dengan kesal.

Akhirnya balik badan juga nih cewek, batin Andra. Setelah itu ia mengeluarkan buku yang ia curi tadi. Ia memberitahu Resya dengan melambai-lambaikan bukunya.

Sebenarnya ia bukan ingin mencuri buku Resya. Tapi, ia ingin mencatat pelajaran belum sempat dicatat. Tapi sayang jika idenya yang muncul tidak digunakan. Berakhirkah ia menyimpannya untuk sementara waktu.

Andra sengaja mengembalikan buku itu saat jam pelajaran. Mengingat cewek itu sering mencak-mencak tidak jelas, pasti akan seru jika ketahuan guru.

BRUKK....

Ia tidak sengaja menyenggol botol minuman hingga jatuh. Mengapa benda itu tiba-tiba ada disitu? Sejak kapan ada Hantu? Huhhhh...

Mata Resya mendelik sempurna. Melihat botolnya jatuh ke lantai. Dengan segera ia mengambil sembari menatap takut ke arah bu Dina juga teman-temannya. Cewek itu mengumpat dalam hati, kenapa botolnya bisa jatuh.

"Resya? Kamu ngapain?"

Mamvus gue, batin Resya. Resya diam tak berkutik. Ia menyumpah serapahi Andra di dalam hati. Jika saja cowok itu tak menjailinya, mungkin ia tak akan tertangkap basah karena tingkahnya yang kadang ceroboh. Sedangkan Andra tersenyum melihat tingkah polos dan bodoh yang beda tipis itu.

Tau rasa kan lo, hahaha batin Andra. Dia tidak merasa bersalah.

"Eh Bu Dina, ini bu tadi saya nyarik posisi wenak biar jelas materinya," elak nya dengan tampang polos.

"Sudah duduk yang benar. Simpan botol minuman mu itu." ujar Bu Dina.

"Hehehe, iya bu."

Resya menyempatkan dirinya menghadap belakang. Dengan muka yang dibuat jutek, ia memberi kode Andra akan segera menggorok lehernya nanti. Tapi itu tak berpengaruh apapun bagi Andra, ia justru menahan tawa. Resya tidak akan pernah mengalah.

"Ish kok lo malah mau ketawa sih?" Andra hanya mengecilkan bahunya tak peduli. Cowok itu justru mengalihkan pandangan ke arah papan seolah sedang fokus memperhatikan gurunya yang sedang mengajar.

"Sialan emang lo!" umpatnya.

Kemudian ia mendengar tawa kecil dari samping, ternyata Gio dan Rafa menertawainya.

"Gue iket juga lo kodok!" Resya keki setengah mati. Ia melirik ke arah dua cowok itu dengan melototkan matanya.

Rachel yang melihat itu hanya diam. Helaan nafasnya terdengar sangat kecil. Bahkan Resya disampingnya pun tidak tahu.

Sesak kembali menyeruak dalam dadanya, namun ia sadar akan hak yang tak dimilikinya. Jika boleh memilih, ia tidak ingin terjebak dalam keadaan ini. Karena sepertinya cinta yang ia rasakan bertepuk sebelah tangan.

***

"Mana siniin buku gue. Gara-gara lo ya gue hampir aja kena marah sama Bu Dina. Untung selamat." Omelnya pada seorang laki-laki di depannya. Namun, yang diomeli justru tak merepson. Ia sibuk memainkan game di ponselnya.

"Ish lo kok ngeselin sih, Ndra. Beneran ya lo pengen gue santet aja."

Andra menaruh ponselnya. Saat ini ia sudah game over karena terganggu dengan omelan Resya yang menarik-narik bajunya demi mendapat buku. Ia milirik ke arah gadis itu.

"Apa?"

Resya tidak tahan ingin menjambak rambutnya sendiri. Frustasi rasanya. Ia sudah berbicara panjang kali lebar dan sekarang Andra masih menanyakan maunya apa.

"Stres gue lama-lama ngomong sama lo. Buku gue mana?"

"Buku apa?" tanya Andra. Resya semakin yang sedari tadi gemas kini tambah bersungut-sungut. Mungkin telinganya sudah mengeluarkan asap seperti dikartun-kartun jika sedang marah.

Sedetik kemudian Andra malah tertawa. Entah apa yang lucu menurutnya, Resya juga tak mengerti. Justru gadis itu bergedik ngeri, "lo sebenernya kesurupan apa?"

"Kesurupan lo," balas Andra dengan sisa tawanya. Kemudian ia mengambil sesuatu di laci bangkunya. Andra menjulurkan bukunya kepada Resya, "nih."

Tetapi saat Resya hendak mengambilnya justru Andra malah mengalihkan tangannya lebih tinggi. Refleks saja Resya menjinjit untuk mengambil, namun sia-sia karena tubuhnya tak sampai.

"Siniin cepetan!" seru gadis itu.

"Makanya cepetan tinggi dong biar bisa." ledek Andra. Ia masih menghalangi Resya dengan meninggikan buku milik gadis itu. Resya sudah menjinjit bahkan melompat tapi tak berhasil juga.

"Hahahaha nih ah.. Kasihan gue sama kurcaci kayak lo nggak mungkin sampek sih." Andra meledek Resya lagi. Gadis itu menerima buku dengan menariknya sedikit keras karena kesal.

"Masabodo. Gue kecil tapi cantik. Lah elo? Tinggi tapi apa?" sungut Resya balik

"Gangteng."

"Idihhh.. Pd amat lo. Ngeselin emang!"

Andra mendekatkan tubuhnya ke arah Resya. Senyum smirk ia layangkan sembari mencondongkan wajah hingga lima senti. Napas Resya tercekak, wajahnya tiba-tiba memerah karena panas. "Emang gue ganteng, iya kan Asya?"

Resya mendadak kaku. Ia mengangguk cepat membuat Andra tertawa keras.

"Lo salting?" goda Andra.

"Ha— nggak, nggak." Resya mendorong wajah Andra. Kemudian dengan cepat ia melarikan diri. Jangan sampai dirinya terkena serangan jantung karena terlalu dekat dengan cowok itu.

###

Hai hai semuaaa... 🤗
Jangan lupa yah terus dibaca cerita ku ini. Insyaallah aku akan update setiap hari.

Hihihihi :')
Jangan lupa Vote & komen.

*ini sudah revisi.

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang