Part 36

1.9K 77 3
                                    

Jika kau tak ingin dengan ku, jangan bertingkah seolah-olah kau membutuhkan ku. Begitupun sebaliknya. Kau tahu, aku tidak suka dipermainkan.

Sudah dua minggu lebih sejak teror ada, Resya masih tidak tahu siapa pelakunya.  Ia pun berusaha mencari tahu sendiri tanpa melibatkan orang lain. Tapi sayangnya, tanpa gadis itu tahu. Ada seorang yang juga mengetahuinya. Bahkan lebih mengkhawatirkannya daripada Resya sendiri.

Resya mendengus. Bosan dengan pesan singkat ataupun kata-kata hinaan yang ditujukan untuknya. Setiap pagi ia menemukan bangku atau lokernya penuh dengan tulisan tidak jelas.

"Sya?"

"Apa?"

"Lo nggak ada niatan buat cari tahu siapa yang nulis hal nggak penting ini?" tanya Rachel dengan nada khawatir. Bagaimana tidak, sahabatnya ini sangat terlihat tenang. Padahal disitu tertulis kata-kata yang menyakiti hati. Kalaupun Rachel bisa cenayang dan ia tahu siapa pelakunya sudah habis orang itu ditangannya. Hahahaha... Sahabat emang kadang suka berlebihan.

"Mending lo ceritain sama Andra deh. Siapa tau dia bisa ngasik solusinya."

"Ihh apaan sih lo. Dia aja cuekin gue mulai kemarin." balas Resya sebal. Ia masih bingung sendiri dengan sikap Andra aneh menurutnya.

"Hah? Yang bener lo?"

"Iyah. Padahal gue nggk ada tengkar deh sama dia. Emang sih rada gila kalik tuh anak." omelnya. Rachel malah tertawa.

"Cieee yang udah kesel kalau dicuekin bebebnya." goda Rachel mencolek lengan Resya gemas. Si empu sudah tak dapat menahan pipinya yang merah merekah.

"Hahaha.. Apa sih lo. Udah ah gue mau keluar bentaran yah." pamit Resya.

"Kemana lo kok nggak ngajak gue?"

"Ketemu Andra."

"Hahahaha ciee eneng makin gercep aja di deketinnya. Jangan lupa pajak yah."

"Sialan dah lo!" balas Resya sembari tertawa renyah.

***

"Maaf, gue lama."

Andra menoleh. Ia mendapati wajah Resya yang di tundukkan.

"Jangan nunduk, ntar mahkota lo jatuh."

Blussshhh....

Pipi Resya merona. Hatinya menghangat seketika. Entahlah, Resya senang melihat Andra bersikap hangat seperti ini. Mungkin kemarin ia hanya khilaf saja.

"Ngapain ngajak gue ketemu disini?"

"Ada yang perlu kita bicarakan." ujar Andra datar. Resya berdegup, entah mengapa perasaannya kali ini tidak nyaman. Ia takut. Sepertinya Andra benar-benar ingin berbicara serius kepadanya.

"Gue mau kita nggak usah deket dulu untuk saat ini."

Jleb!

Resya mematung. Ia terpaku mendengar kalimat yang Andra lontarkan. Kata-katanya menusuk tepat dulu hatinya. Sangat menyesakkan dadanya. Namun ia malah tersenyum pada Andra. Senyum manis yang sangat sulit diartikan.

"Kenapa?" tanyanya.  Banyak sekali pertanyaan yang menumpuk dan siap untuk ditanyakan. Tapi entahlah, yang lolos dari bibirnya hanya 'kenapa'.

"Gue nggak mau ada masalah karena lo! Gue udah tau kalau lo mendapatkan teror-teror itu, dan gue nggak mau ikut campur dalam masalah lo." ujar Andra masih datar. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Resya meneguk salivanya susah. Gelisah, Resya meremas ujung roknya. Berulang kali ia harus mencerna baik-baik kalimat yang baru saja ia dengar. Iyah! Dia harus kuat! Dia tak ingin menjadi lemah hadapan laki-laki ini karena menangis. Walaupun sebenarnya air mukanya sudah menunjukkan bahwa ia tidak baik-baik saja.

Resya bingung. Kenapa jadi dia yang disalahkan? Padahal ia hanya korban disini. Ia juga tak tahu apa-apa. Namun biarlah, ia akan mengalah. Karena Resya juga tak ingin Andra kenapa-kenapa. Ia tak ingin melihat orang yang disayanginya terluka karena dekat dengannya. Tidak! Resya tak akan sanggup.

"Iyah gue ngerti kok. Makasih yah." katanya. Resya yakin Andra melakukan ini juga punya alasan. Meski tak tahu apa alasannya, Resya yakin bahwa Andra telah memutuskan yang terbaik. Andra mengangguk. Ia tak mengatakan apapun selain kata-kata yang menyakitkan hati gadis itu.

Resya berbalik. Hendak pergi, namun tangannya dicekal. Ia menarik nafas dalam-dalam sembari diam ditempat. Tiba-tiba saja Andra memeluknya dari belakang. Andra menenggelamkan kepalanya di pundak Resya. Resya bergeming. Tak ada sepatah kata protes yang ia keluarkan. Rasanya semakin sakit. Ia berusaha menahan air matanya yang siap meluncur. Andra tak boleh tahu ia menangis.

"Sebentar aja" kata Andra, gue pasti selalu ada disamping lo Sya. Gue sayang lo! lanjutnya dalam hati

Resya membalikkan badannya senbari mengangkat kepala Andra. "Jangan bersikap seperti ini, Ndra. Jangan seperti lo ingin tapi nggak ingin." lanjutnya pelan. Namun Andra masih bisa mendengarnya. Setetes air mata pun jatuh, namun buru-buru Resya menghapusnya dengan kasar.

Tidak ingin berlama-lama disini, Resya pergi mendahului Andra. Ia harus mencari tempat yang aman untuk meluapkan emosinya sejenak.

***

Saat ini Andra berada di kelasnya. Ia duduk sendiri di bangkunya. Sekarang masih jam istirahat. Hanya ada beberapa orang yang berada di dalam kelas.

Andra mengedarkan pandangannya. Tak ada gadis itu. Ia mendengus. Hari ini sangat berat baginya. Kemudian ia menenggelamkan kepalanya dalam lipatan. Berusaha memejamkan mata agar pikirannya bisa rilex sejenak. Namun tak berhasil. Bayang-bayang Resya terus berpurtar dalam otaknya.

"Bro" panggil Varo menepuk bahu Andra pelan. Andra tetap tak merubah posisinya.

"Aelah lo budeg juga ternyata." sambar Gio.

Kemudian Andra mendongak. Menautkan alisnya seakan minta jawaban.

"Hehehe.. Nanti malem kita kita mau nginep dirumah lo yah." ujar Rafa polos . "sekalian gue pengen main ps dirumah lo." lanjutnya.

"Palingan lo juga numpang makan." keki Andra. Yah teman-temannya ini memang seenaknya. Mereka sudah menganggap rumah Andra sebagai rumahnya sendiri.

"Yah sekali aja kita nemenin lo vidcall sama tuh medusa kecil." kata Varo sembari melirik ke arah Resya yang muncul dari luar kelas. Andra meliriknya. Namun, sedetik kemudian ia membuang muka. Ia tahu bahwa Resya sudah menangis, kentara dari matanya yang sembab.

"Eh medusa kecil sini lo." panggil Varo.

"Nggak, sapa elo?" sahut Resya.

"Durhaka emang lo kecil-kecil. Emang minta dipites nih tuyul."

Resya tak menjawab. Ia memutar bola matanya jengah. Gadis itu tetap berjalan ke bangkunya. Tak menghiraukan candaan teman-temannya yang absurd itu.  Sebisa mungkin ia akan mengontrol dirinya. Resya bukan type cewek manis dan feminim. Bisa saja ia lupa dan bertingkah absurd. Terlebih sekarang dirinya sedang ada masalah dengan Andra. Moodnya buruk. Resya mendesah pelan, lelah rasanya.

Sabar Sya, batin seorang itu.


###

Hello guysss, hari ini aku up 2 kali yah😍

Haduh makin bingung aja mau nulis gimana. Ini itu murni mengalir seperti apa yang pengen aku tulis aja😣 huhuhu...

Maafkan yah😘 tapi aku jamin akan bikin kalian puas bacanya 😍

Jangan lupa di Voment yah:)

*ini sudah revisi

Abu-abu [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang