Chapter 20

2.4K 259 5
                                    

Apakah kalian merasa aneh dengan cerita ini? Kenapa saat polisi datang mereka tidak mendengar ketukan sang polisi tersebut?

***

Setelah ajakan Mark untuk turun ke bawah, Tzuyu menghapus air matanya dan mengambil tasnya. Sohye dan Yeri juga mengambil tasnya, bersiap-siap untuk keluar dari villa terkutuk ini. Walaupun begitu, Yeri dan Sohye masih menitikkan air matanya tiada henti. Bagaimana tidak? Hampir semua teman-temannya mati dengan keadaan yang tidak mengenakkan. Sangat prihatin.

"Udah dong nangisnya..." kata Mark sambil menghapus air mata yang berada di pipi Yeri. Tetapi, perkataan Mark tidak mempan bagi Yeri. Yeri malah tambah menumpahkan air matanya.

"Hikss...gimana gak sedih?...hiks...hiks...Aaa...hikss..." Yeri terduduk di tangga dan menutup mukanya. Air matanya tidak bisa dibendung lagi. Tzuyu dan Jihoon yang berada di depan, akhirnya berhenti saat mendengar suara tangisan Yeri. Tzuyu pun mendekati Yeri dan duduk di sebelah Yeri. Sedangkan, Sohye menangis di bekapan Woojin.

"Yer...gue tau rasanya ditinggalin teman. Karena gue pernah merasakannya dan saat kematian teman gue, gue ada disitu" Tzuyu berhenti sejenak sebelum melanjutkan ceritanya. Ia mengambil nafas yang sangat panjang.

"Saat itu, tepat saat ulang tahun gue. Saat itu, dia yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun ke gue. Gue seneng banget, karena cuma dia yang bisa ngertiin gue. Setelah dia mengucapkan selamat ulang tahun ke gue, gak lama teman sekelas gue, cowok, telpon gue, katanya minta ketemuan. Gue iyain. Ternyata dia ngajak ketemuan mau ucapin gue selamat ulang tahun dan....dia nembak gue....hiks..." tiba-tiba saja tangisan Tzuyu pecah. Yeri pun menepuk-nepuk punggung Tzuyu.

"Ternyata di seberang sana, teman gue lagi memerhatikan gue dan si cowok itu. Dan...apakah lo tau? Cowok yang tadi nembak gue adalah cowok yang disukai teman gue. Hiks...hiks...dan dia memergoki gue dan cowok itu. Dia marah-marah ke gue. Dia nampar gue. Dia nangis dan berlari ke arah jalan raya yang ramai dilalui kendaraan. Memang, saat kejadian, itu di siang hari. Hiks...dan...hiks...tanpa disadari...hiks...dari arah berlawanan ada truk yang kehilangan kendali...dan...hiks...hiks...truk itu...menabrak teman gue...hiks...gue pembunuh yer...hiks...gue...hiks...pembunuh" cerita Tzuyu membuat Yeri sangat tersentuh. Yeri sangat prihatin pada Tzuyu. Dibalik kecantikannya, dia punya masa lalu yang sangat kelam. Tak sengaja, waktu itu dia mendengarkan percakapan So hyun dan Tzuyu. Ternyata orang tua Tzuyu sudah meninggal saat Tzuyu masih kecil. Yeri sangat salut pada Tzuyu, ia masih punya semangat dan masih menjadi anak yang ceria walaupun hatinya selalu menangis.

"Tzu...lo bukan pembunuh. Hei...lihat gue" Yeri memaksa Tzuyu untuk menatap dirinya. Terlihat mata Tzuyu yang sudah membengkak.

"Lo bukan pembunuh tzu...ingat kata-kata gue ini, lo bukan pembunuh. Lo akan baik-baik aja. Lo bakal bahagia di masa depan. Don't worry. Gue dan yang lain, akan selalu ada buat lo. Oke?" Tanya Yeri dan diangguki oleh Tzuyu.

"Guys..." panggil Haknyeon yang membuat Yeri dan Tzuyu bangkit dari duduknya.

"Polisi yang akan nolongin kita, mati" kata Haknyeon yang membuat Sohye menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"What? Lo bohong ya? Yang bener aja" kata Woojin sambil menuruni tangga dengan cepat dan menghampiri Haknyeon dan Mark yang berada di ambang pintu.

"Ngapain gue bohong kalo ada buktinya?" tanya Haknyeon yang membuat Woojin makin penasaran. Jihoon, Tzuyu, Yeri, Sohye, Rocky, dan Laun menghampiri Woojin, Mark, dan Haknyeon. Tepat saat itu, lampu di villa itu mati semua. Tidak ada penerangan sama sekali.

"Guys...kalian dimana?"

"Gue takut"

"Tzuyu..."

"Guys...jangan panik dulu...kalian hati-hati, jaga diri kalian masing-masing"

"Maksud lo jaga diri?"

"Plis..hiks..gue takut...ini gelap...hiks"

Tiba-tiba lampu nyala kembali dan menampakkan mayat Laun, Rocky, dan Haknyeon. Terdapat 3 gunting yang menancap di tubuh Laun. Di tubuh Rocky terdapat 7 gunting. Sedangkan, di tubuh Haknyeon terdapat 2 gunting.

Jihoon mengernyitkan dahinya. Ia seperti mengerti kode tersebut. Tetapi, seperti ada batu yang mengganjal di kerongkongannya yang membuat ia hanya bisa menatap kosong ke arah mayat temannya itu.

"Hiks..." Sohye menutup matanya dengan kedua tangannya. Ia takut. Ia benci pembunuhan. Woojin langsung memeluk Sohye untuk menenangkannya.

"Shit!" umpat Mark sambil memijat pelipisnya.

Tiba-tiba tatapan Tzuyu yang tadi mengarah ke mayat temannya, sekarang beralih ke orang yang
berada di sampingnya, Jihoon.

"Hoon...lo mau ngomong sesuatu? Bilang aja" kata Tzuyu sambil memegang tangan Jihoon yang gemetar.

"I..itu...3-7-2...tanggal...Pristy..." jawab Jihoon dengan terbata-bata. Tzuyu mencoba mencerna apa yang dikatakan Jihoon barusan. Tak lama, muncullah Pristy yang sedang menuruni tangga. Reflek, mereka yang berada di bawah menatap ke arah Pristy.

"Bagaimana? Seru gak filmnya? Gue udah bikin skenario susah-susah loh...beruntung kalian gue kasih gratis" kata Pristy tanpa dosa yang membuat Mark mengepal tangannya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Mark ketus.

"Suka-suka gue lah..." jawab Pristy dengan muka psikopatnya.

"Apa mau lo? Gak usah basa-basi gini. Buang-buang waktu aja" sindir Yeri yang membuat Pristy memiringkan kepalanya.

"Baik...kalo itu mau lo" seperti permintaan Yeri tadi, Pristy melempar gunting itu tepat di dada Sohye.

"Akh..." rintis Sohye kesakitan. Woojin yang berada di dekatnya, reflek menopang tubuh Sohye agar tidak terbentur lantai.

"Hye..."

"Woo...jin-" Tepat saat mengatakan itu, Sohye menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya. Woojin mengacak rambutnya frustasi. Yeri berlari menghampiri Sohye. Disusul Tzuyu.

"Hye...hiks..."

"Gue gak bisa biarin" umpat Mark. Mark mencari benda tajam untuk membunuh Pristy. Tak mau berbasa-basi, Mark menemukan garpu dan siap untuk membunuh Pristy.

"You wanna fight with me? Let's go...I will win and you will die" kata-kata Pristy membuat Mark merinding. Tapi, ia sudah kekeh untuk membunuh Pristy, demi teman-temannya.

"Mark...stop!" tiba-tiba saja tangan Jihoon memberhentikan aktivitas Mark. Mark mencoba meronta.

"Lo bakal mati nantinya. Gue gak mau kehilangan temen lagi. Please...demi gue" kata Jihoon dengan nada memohon. Mark yang mengerti bahwa temannya itu peduli dengannya, akhirnya ia menjatuhkan garpu tersebut ke lantai.

"Dasar lemah" cibir Pristy yang tidak di dengar oleh Mark. Tiba-tiba saja, Woojin merasa aneh dengan tempat yang di pijaknya. Seperti...bergetar.

"Gempa....LARI GUYS!!! KITA HARUS CEPAT KELUAR DARI SINI" teriak Woojin yang sukses membuat mereka keluar dari villa terkutuk itu dan meninggalkan mayat teman-temannya. Pristy pun mengikuti mereka, karena ia juga ingin hidup. But...Lucas? So hyun?

▪ Who is she? ▪

Gimana guys? Seru gak ceritanya?
Sorry baru update 😢😢😢
You know lah...aku sudah kelas 9, sehari-harinya di penuhi les dan tugas.

Oh iya, tanyain sesuatu gitu kek...tentang kelanjutan cerita atau pemeran atau fakta author juga gak papa. Hehehehe....btw, cerita ini udah mau ending loh. Sebelum ending author mau adain Q n A.

Because author #gabutz
Hehehehe

Kalo ada yang mau ditanyain, langsung komen aja ya...

Ditunggu pertanyaannya...

who is she? | 99 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang