S-10

3.7K 505 84
                                    

Hehehe.. Aiem so sori, baru bisa ap naw.




..

Cukup banyak orang yang berjajar untuk menyaksikan adu balap malam ini. Tak jarang gadis-gadis seksi turut meramaikan jalannya pertandingan. Bahkan yang masih di bawah usia legal sekalipun.

Hei! Ingatlah! Mark dan kawanannya juga masih di bawah usia legal.

Empat sekawan ini dapat tertawa lantang. Bagaimana tidak? Jika mereka dapat memenangkan pertandingan. Hei! Jangan remehkan kelompok kecil ini, kawan.

Mereka menghampiri lawannya. Menyeringai licik penuh kemenangan. "Masih meremehkan kami?" Sindir Mark.

"Aku tidak menyangka kita bisa kalah dari anak kecil seperti ini." gerutu salah satu di antara mereka sambil melirik Felix yang hanya diam.

Terdengar hembusan napas dari sang ketua. "Ya, baiklah." dia melempar kunci motornya ke atas. "Ini untukmu!"

"Kami tidak tertarik dengan motormu." kata Mark.

"Wow! Sombong sekali kau!"

"Kami ingin uang kalian."

"Uang?"

"Ya, seharga motor itu. Bagaimana?"

Sang lawan menarik ujung bibirnya. "Kalian sungguh tidak tertarik dengan motor ini? Ku lihat, ada teman kalian yang tidak punya motor. Kalian bisa memberikan padanya, bukan?" Ujarnya saat melihat seseorang berjalan ke arah mereka.

"Aku bisa beli sendiri jika aku mau."

Semua melihat siapa yang datang. Ya, itu Kiyoon. "Jadi, berikan saja uang kalian."

"Baik. Kalau begitu, ambil uangnya besok."

"Terserahmu saja. Ingat! Jangan berani-berani kau berbohong!" ucap Kiyoon dengan nada mengancam.

"Wow! Kau meremehkan kami?"

Kiyoon hanya mengedikkan bahunya.

"Baiklah kalau begitu aku pergi." ucap ketua lawan mulai mengendarai motornya di ikuti yang lainnya.

"Pergilah!" Seru Daniel.

Setelah perdebatan panjang. Akhirnya mereka pergi. Tentu saja untuk pulang. Ini sungguh sudah pagi. Pukul satu dini hari.

"Hei! Kenapa kita tidak mengambil motornya?" Heran Felix.

"Untuk apa?" Balas Mark, malas.

"Kau bilang-"

"Motor itu juga hasil dari taruhan sebelumnya. Percuma, kita rugi. Mesinnya sudah tidak bagus. Bahkan mungkin saja itu yang membuat mereka kalah. Jika dijual, harganya juga sudah rendah. Lebih baik kita minta uangnya dan kita bisa bersenang-senang."

"Dari mana kau tahu?" Tanya Daniel.

"Bukan hal sulit bagiku, kan?"

..



Kiyoon memasuki rumahnya. Tak lupa menyempatkan diri melirik jam di dinding. Ternyata sudah setengah dua. Berharap saja, sang ibu sudah tertidur pulas. Atau kuliah pagi akan segera memenuhi telinganya.

Dia juga menyempatkan diri mengintip kamar sang adik. Napasnya berhembus panjang. Pasalnya sang adik belum juga tertidur dan masih berkutik pada buku di hadapannya.

Kiyoon pun memutuskan untuk masuk menghampirinya. Lalu, duduk di ranjang.

"Tidurlah! Sudah hampir pagi."

"Kakak baru pulang? Kakak berkelahi?"

"Tidak. Aku bertemu teman dulu tadi."

"Kakak, tadi ibu menangis lagi."

"Benarkah? Apa ayah datang?"

"Tidak. Tapi, ibu menangis. Kakak, bagaimana cara menyadarkan ayah?"




..

Pagi tiba. Sarapan sederhana sudah tersedia di meja. Kedua putra Min sudah duduk di tempatnya.

"Kiyoon, apa kau belajar dengan baik?" Tanya sang ibu yang duduk di depannya. "Hari ini ibu dipanggil ke sekolahmu lagi."

"Apa?!" Kaget Kiyoon.

"Jika kau lelah, berhentilah bekerja. Fokus saja pada sekolahmu."

"Tidak, ibu. Aku masih bisa membagi waktu."

"Ibu tidak mau nilaimu jelek. Bagaimanapun juga ibu ingin kau bisa masuk universitas yang baik."

"Ibu, biaya masuk universitas sangat mahal. Lebih baik aku bekerja membantu ibu."

"Jika kau ingin membantu ibu, sekolahlah dengan baik. Berhenti berkelahi-"

"Sudah, ibu! Aku berangkat."

Begitulah Kiyoon, jika sudah membahas tentang berkelahi pasti akan menghindar. Entah kenapa sejak kebejatan ayahnya terungkap dia benar-benar maniak dalam hal berkelahi.

Ya, Mungkin saja itu caranya menghibur diri. Hanya saja dengan cara yang salah.

"Kihoon, kejar kakakmu!" Suruh sang ibu seraya menepuk pundaknya.

Dengan senang hati, Kihoon menurut saja. Tapi, sebelum itu dia berkata. "Ibu, jangan menangis terus."

Rae Na yang mendengar ucapan anaknya hanya bisa mengulum senyum. Hingga menampakkan garis keriput di sudut matanya.


Bersambung--

Pendek, ya. Dari pada gak up.  Walaupun part ini sekadar basa-basi tp nanti ada hubungannya sama part selanjutnya.

Mati listrik lagi masa. Padahal udah ada janji sama bang yoongi mau periksa sariawan. 😀😀😀

Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang