S-41

4.3K 508 119
                                    

Nih lanjutnya. Jangan lupa puter lagu galau.



..

Dengan telaten, Rae Na membersihkan luka itu. Di pandangnya wajah yang babak belur itu. Tangan kirinya terulur mengusap alis sang suami. Lalu turun pada pipi hingga rahang tegasnya.

"Kenapa kau seperti ini?" Gumamnya dengan suara bergetar.

Entah sadar atau tidak. Rae Na mendekap tubuh penuh luka itu. Membenamkan kepalanya di dada sang pria. Rae Na menangis di sana. Menangisi banyak hal di antara mereka.

Dari pintu yang setengah terbuka itu. Kiyoon dan Kihoon dapat melihat ibu dan ayahnya. Mendengar jerit tangis sang ibu yang cukup histeris.

"Kakak?" Gumam Kihoon.

Kiyoon menatap sang adik. Lalu, membawanya ke pelukan. Keduanya meneteskan air mata. Tidak bisa membayangkan betapa besar kesedihan sang ibu selama ini.

.


Pagi menjelang. Sinar matahari pun telah berani mengusik mata seorang Min Yoongi yang tengah terpejam.

Dia menatap sekitar, hingga menemukan sang istri berdiri tegak menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Baginya pemandangan di depannya benar-benar menyesakkan. Menyedihkan, bahkan menyakitkan.

"Kau?"

Rae Na tidak menjawab. Dia justru melelehkan air matanya yang tak kuat lagi dia tahan.

Yoongi bangkit dengan rasa sakit di sekujur tubuh. Tidak peduli, ini tidak lebih sakit dari sakit di hatinya. Apalagi sakit sang istri yang telah dia lukai. Yoongi tidak kuasa lagi.

Tangannya meraih jemari wanita di hadapannya. Dia bersimpuh di hadapan istrinya. Tak peduli seberapa besar harga dirinya. Akan lebih tidak berharga jika dia tidak berani melakukannya.

"Maafkan aku... Maafkan aku... Maafkan aku"

Rae Na masih diam dengan tumpahan air mata. Membiarkan pria itu menangis seraya memeluk kakinya.

"Maafkan aku..."

"Min Yoongi?"

"Kembalilah padaku. Aku membutuhkanmu. Sangat membutuhkanmu"

"Min-"

"Beri aku kesempatan mempebaiki semuanya. Aku mohon"

Rae Na mulai membangkitkan tubuh itu. Mempertemukan mata mereka. Saling menelisik seberapa besar cinta di antara mereka.

"Kenapa kau menangis, Min?" Senyumnya dengan linangan air mata.

"Min Rae Na. Kau masih Min Rae Na. Kau masih milikku"

Rae Na menggeleng. Karena itu tidak mungkin terjadi.

"Yoongi-"

Melupakan segala rasa sakitnya. Yoongi berlari keluar rumah. Mencari di mana mobilnya berada. Setelah menemukannya, dia kembali lagi dengan berkas yang di keramatkannya.

"Lihat ini! Lihat!" Tegas Yoongi seraya memperlihatkan kertas putih dengan tandatangannya.

Srrrt

Srrtt

Srrtt

Kertas itu telah menjadi beberapa bagian. Di tengah tangisnya, dengan berani Yoongi menyobek kertas itu. Rae Na terperangah hingga membekap mulutnya sendiri.

"Min Yoongi-"

"Maafkan aku!"

Kembali Yoongi bersimpuh di kaki istrinya. Tak hentinya dia meminta maaf. "Maafkan aku!"

"Sudah, Min"

"Tidak. Aku tidak akan berhenti"

Lagi, Rae Na harus membawa tubuh itu bangkit.

"A-aku sudah memaafkanmu, Min. Jauh sebelum kau datang padaku. Aku telah memaafkanmu. Bukankah aku selalu memaafkanmu? Sejak kapan aku bisa berlama-lama marah padamu?" Ujarnya masih dengan lelehan air mata.

"Min Rae Na. Kau masih Min Rae Na-ku selamanya"

Keduanya saling berpelukan. "Ayo pulang!" Ucap Yoongi.

"Aku sudah di rumah, Min"

"Tidak. Ini bukan rumahmu. Ayo pulang ke rumah kita. Kita mulai dengan yang baru"

Kini mereka kembali menatap.

"Bagiku di sini sudah baru. Sangat baru. Aku sudah memulainya di sini"

"Jangan seperti ini. Ku mohon. Kembali ke rumah kita"

"Tapi-"

"Jangan khawatir. Aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya. Aku akan meninggalkannya. Aku akan pergi darinya. Aku akan kembali padamu"

"Yoongi?"

"Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Tidak bisa. Kau harus banting tulang untuk hidup. Aku tidak bisa melihatnya. Di mana anak-anak?"

"Kami di sini" sahut Kiyoon yang ternyata sudah ada di ambang pintu.

Yoongi mendekati mereka. "Maafkan ayah. Ayah menyesal. Jangan pernah mengganti marga kalian. Hanya kalian yang ayah miliki. Jadi, maafkan ayah. Ayo pulang!"

"Ibu?" Kiyoon menatap sang ibu.

Sang ibu hanya menyunggingkan senyum.

"Kihoon?"

Kihoon justru memberikan ekspresi berbeda. Wajahnya datar dengan mata merah.










Bersambung--

Selesai mewek meweknya. Huft kebasss mai tangan.

Maaf kalo kurang greget. Ato kurang bikin mewek.


Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang