S-36

3.9K 511 87
                                    

Nunggu, ya?

Oh ya. Makasih komen kalian yg selalu bikin saya tersenyum sendiri. Lavyu kalian.

Satu lagi. Akutuh udah di serang sariawan lagi. Perihnya..... Butuh ciyom bang Yoongi deh kayanya.

..

Bisa di katakan Yoongi tidak fokus bekerja. Fokusnya benar-benar terbagi. Pikirannya hanya di penuhi bagaimana cara menemukan keluarga yang telah dia lupakan.

Tiga hari sudah dia luar kota. Keinginan untuk memiliki waktu luang tentu saja ada di benaknya. Namun, dua hari ini justru agenda sangat padat. Promosi dari perusahaan satu ke perusahaan lain. Entahlah ini ide siapa. Parahnya, tak satu pun rekan kerja yang di utus bersamanya. Sungguh, setengah hati Yoongi ingin marah.

Di tengah rasa kalutnya, Yoongi di buat ngilu melihat anak-anak berseragam SMP berlalu-lalang di pinggir jalan. Benaknya langsung teringat pada anak bungsunya. Dia pasti sekolah, kan?





"Kihoon! Hei!"

Sssrrrttt


Seketika Yoongi menghentikan laju mobilnya. Benarkah apa yang dia dengar? Yoongi segera turun. Menghampiri salah satu anak tadi.

"Sebentar!"

Anak itu menoleh. "Emm? Ada apa, paman?"

"Kau tadi memanggil nama Kihoon?"

"Ya"

"Kemana dia pergi?"

"Kesana" anak itu menunjuk sebuah persimpangan jalan.

"Tidak naik bus?"

"Setahuku Kihoon tidak pernah naik bus. Dia selalu jalan kaki. Maaf, tapi paman siapanya Kihoon?"

"Aku-"

Hampir saja Yoongi mengatakan bahwa dia ayahnya. Namun, dia sadar mungkin anaknya sudah tidak lagi mengakuinya. Sejenak Yoongi terdiam. Sebelum anak perempuan itu kembali menegurnya.

"Paman?"

"Ah, ya? Kalau begitu paman pergi dulu. Hati-hati kalian"

"Paman, tunggu!"

Yoongi kembali memutar kepalanya. Menatap gadis remaja di depannya.



"Paman mirip dengan Kihoon"

.

Yoongi mengarahkan mobilnya ke persimpangan jalan. Dengan penuh harap dapat menemui anaknya.

Tak hentinya Yoongi melihat kanan-kiri. Berharap anak bungsunya masih ada di sekitar sana. Setidaknya, bisa mengobati rasa rindunya selama hampir sebulan ini.

Tak jarang Yoongi salah orang. Hingga merasa frustasi. Apakah jalan untuk menemui orang tercintanya benar-benar sudah di tutup?

Di lajukannya mobil yang dia kendarai. Memastikan setiap anak yang dia lewati. Dia tidak ingin salah lagi.




"Kihoon!"

Panggilnya kala melihat anak laki-laki berseragam SMP yang tidak asing baginya.

Anak itu memutar kepalanya. Seolah terkejut anak itu langsung berjalan cepat dengan kepala tertunduk.

"Kihoon!"

Yoongi segera menepikan mobilnya. Mengejar anak yang makin menjauh darinya.

"Kihoon! Tunggu, ayah!" Teriaknya berkali-kali.

Kali ini dia yakin itu anaknya. Dia harus segera mengejarnya. Tak boleh melewatkan sedikitpun kesempatan ini.

"Kihoon!" Yoongi membalik tubuh anak di depannya.

"A-ayah?"

Yoongi terdiam. Menatap lekat anak bungsunya. Wajah kusam dan tubuh yang terasa semakin kurus. Rasanya Yoongi ingin menangis melihatnya.

Sungguh, hanya rasa bersalah yang menyelimuti hatinya. Tangannya tergerak untuk mengusap wajah itu.

"Di mana kalian tinggal sekarang? Kenapa kau semakin kurus?"

"Aku masih sama, ayah. Berat badanku tidak turun" jawabnya datar.

"Kenapa kalian meninggalkan ayah?" Sendunya.

"Kenapa ayah di sini?"

"Ada pekerjaan dan-"

"Hanya karena pekerjaan? Ku kira-" Kihoon tidak melanjutkan ucapannya. Sudah cukup kecewa dengan jawaban sang ayah. "Kalau begitu, aku harus pulang. Sebaiknya ayah pulang"

"Tidak. Ayah harus ikut denganmu. Bawa ayah ketempat kalian tinggal. Bawa ayah bertemu ibumu"

"Tidak, ayah. Kami sudah tenang sekarang. Kami menjalani hidup dengan baik sekarang. Ayah tidak perlu bertemu dengan ibu. Aku tidak mau melihat ibu menangis lagi"

"Kihoon, ayah janji. Ayah tidak akan menyakiti ibumu"

"Tapi, dengan ayah bertemu dengan ibu. Itu membuat ibu sakit"

"Kihoon-"

"Maaf, ayah. Aku harus segera pulang. Ayah tidak perlu khawatir, kami hidup dengan baik di sini. Ayah tidak perlu mencari kami. Kami ingin hidup bahagia"

Kihoon berlalu dari hadapan ayahnya. Membiarkan sang ayah termenung di tempatnya.

"Kihoon?" Rasanya seperti tertusuk ribuan duri mendengar jawaban anaknya. Ribuan sesal kini teramat menyesakkan.

"Bahkan anakku sendiri menolakku" gumamnya perih.


.

Bruugg

Yoongi membanting tubuhnya ke tempat tidur. Masih memikirkan pertemuannya dengan anak bungsunya yang tidak membuahkan hasil.

"Bagaimana kalian hidup dengan baik, jika keadaanmu saja seperti itu?" Sungguh Yoongi menyesal. Teramat menyesal telah membiarkan mereka pergi.

..


"Ibu?"

Kihoon mencoba menyapa sang ibu yang sedang menyetrika.

"Hm?"

"Besok ibu bekerja?"

"Pertanyaanmu ada-ada saja. Memang kau tidak mau makan?" Canda Rae Na.

"Bisakah ibu di rumah saja beberapa hari ke depan? Aku juga ingin libur, bu"

"Kenapa? Ada masalah?"

"Karena aku sayang pada ibu"

"Lalu, kenapa ibu tidak boleh bekerja?"

"Ibu, tidak bisakah ibu tidak kemanapun selama beberapa hari. Aku mohon, bu"

"Kihoon, jika ada masalah ceritakan pada ibu"

"Tidak. Aku ke kamar, bu"




Kihoon kembali ke kamar. Sementara Rae Na dibuat bingung akan sikap anaknya.

"Aku tidak ingin ayah menemukan ibu"









Bersambung--

Maaf ya. Kemarin rasanya lelah sekali.  Jd males ngetik. Malemnya mau ngetik gak ada feel samsek.

Amburadulkan part ini?

Tapi, aku udah nyiapin drama satu lagi sebelum end nanti. Nantiin aja ya. Semoga sih bisa bikin mewek. Minimal nyesek lah ya. Tinggal ngetik alur udah di otak.

Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang