S-17

3.5K 501 72
                                    

Dibaca deskripsinya. Jan cuma baca dialognya bae. 😊😊✌✌


..



Akibat perbuatannya, kini Kiyoon harus mendekam di penjara. Dia terbukti melakukan kekerasan dan kepemilikan narkoba sebanyak 1,5gram.

Baiklah.

Untuk kasus kekerasan atau penganiayaan, Kiyoon dan ibunya dapat mengakui itu. Kiyoon pun tidak melayangkan protes atas apa yang di tuduhkan padanya. Tapi, bagaimana dengan narkoba?

Bahkan Kiyoon tidak menyentuhnya sama sekali. Bagaimana mungkin bisa ada di saku celananya? Berbagai pemeriksaan dia jalani. Tapi, apakah Kiyoon tega menyeret teman-temannya?

Sekarang, di balik jeruji besi Kiyoon hanya bisa memeluk lututnya sendiri di sudut ruangan dan menangis penuh penyesalan.

Kiyoon terpuruk mengarah depresi, itu bahasa mudahnya.

Sementara, korban yaitu ayahnya sendiri tengah terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Kepalanya di perban dan tubuhnya di lingkupi alat medis.

..

Setelah kejadian itu, pemilik bar langsung menyuruh salah satu karyawannya menghubungi polisi dan ambulans. Yoongi sebagai korban segera di larikan ke rumah sakit. Sementara, polisi segera mengumpulkan bukti dan mencari keberadaan pelaku.

Malam. Pukul 12.30.

Ketukan pintu mengganggu pendengaran wanita yang tengah tertidur di kamarnya. Dia membukakan pintu. Sejenak dia terkejut. Namun, setelahnya dia tahu apa yang akan terjadi.

"Kami mencari saudara yang bernama Kiyoon. Benar ini rumahnya?"

"Benar. Dia sedang tidur"

"Kami harus membawanya untuk melakukan pemeriksaan. Bisa anda bangunkan?"

Rae Na pasrah. Anaknya memang salah.

Saat sampai di kamarnya, yang dia lihat adalah Kiyoon yang duduk memeluk kakinya dengan tubuh yang bergetar. Sudah di pastikan anak itu tidak tidur.

"Kiyoon?" Rae Na duduk menepuk bahu sang anak pelan.

"Ibu?" Kiyoon berhambur memeluk ibunya.

"Hadapi, sayang" pinta sang ibu.

Di balik pintu kamar. Kihoon dapat menyaksikan semuanya. Melihat kakaknya di hadapkan dengan polisi. Tentu saja dia menitikkan air mata. Kakaknya akan di penjara.

'Apa ini karena ucapnya waktu itu?'

Kihoon yang memang masih kecil justru menyalahkan dirinya  sendiri.

"IBU!" Kiyoon di bawa polisi. Dia hanya bisa memekik memanggil ibunya dengan tangan terulur ingin menggapai ibunya yang menangis di ambang pintu.

.

Tiba di kantor polisi. Tatapan Kiyoon benar-benar datar. Wajahnya layu dan berantakan. Pemeriksaan di lakukan. Polisi menemukan satu bungkus kecil bubuk berwarna putih di saku celananya.

Mata Kiyoon membola. Bagaimana mungkin barang itu ada padanya. sekarang, cemas, panik, takut, khawatir menggelayut di hatinya.

"Dari mana kau mendapatkan barang ini?"

"Itu bukan milikku. Aku tidak tahu"

"Lalu, bagaimana bisa ada di saku celanamu?"

"A-aku tidak tahu"

"Apa kau memakainya?"

"Tidak. Aku tidak memakainya"

Masih banyak pertanyaan yang Kiyoon dapatkan. Semalaman dia tidak tidur. Sementara, dia masih harus menjalani tes urin paginya.

Belum lagi sidang pengadilan di depan mata. Bagaimanapun anak itu masih di bawah umur. Dia harus mendapat keadilan sesuai porsinya.

'
.

Bug

"Bodoh!"

Bug

"Bagaimana sekarang?!"

Ya, kini Mark tengah menghajar temannya dan Daniel-lah korbannya. Kedua tangan Mark mencengkeram kerah baju seragam Daniel. Mark benar-benar marah pada teman satunya ini.

"Aku menyuruhmu membawanya sementara. Bukan memasukkan ke saku celananya diam-diam"

"Aku takut, jika terbawa padaku dan ayahku tahu. Aku akan di buang. Maafkan aku" bela Daniel pada dirinya sendiri.

"Aku tidak menyuruhmu membawanya sampai pulang. Aku hanya menitipkan padamu. Sekarang apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengannya?!"

"Aku benar-benar tidak tahu jika orang tuaku tahu aku akan di penjara" frustasi Felix.

"Sekarang apa rencanamu?" Tanya Jihoon.

"Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana jika berhadapan dengan Kiyoon" Mark melepaskan cengkeramannya.

"Kau merasa bersalah?"

"Kita tetap teman. Tapi, aku sendiri tidak mungkin menyerahkan diri ke penjara"

"Teman. Tapi, tidak tahu apa yang di hadapinya. Itu kita"

"Apa maksudmu?"

..

Setelah semalaman tak sadarkan diri, Yoongi akhirnya membuka mata pagi tadi. Tatapannya datar tanpa ekspresi.

"Tuan, waktunya makan siang" bujuk seorang perawat.

"Aku belum lapar"

"Tuan, apa keluarga anda tidak ada yang menjenguk?"

"Mungkin mereka sibuk" Alibinya. "Apa ada televisi yang meliput kami?"

"Tidak. Tapi, masuk surat kabar. Sekarang anak anda berada di penjara"

Yoongi menunduk. Hatinya terasa lebih sakit daripada luka-lukanya. Dia merasa keadaannya benar-benar buruk. Sangat buruk. Keluarga yang telah dia bangun hancur berantakan. Dan keluarga baru yang dia bangun tak seperti yang dia harapkan.






Bersambung--

Beberapa part kedepan masih melow ya.

Astaga ku tak bisa tidur. Satu minggu terakhir ada tetangga yang meninggal mendadak. Tiap mau mejamin mata malah pikiran kemana-mana. Alhasil tak bisa tidur.

Ngantuk sekali. Tp takut.

Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang