S-42

4.3K 514 175
                                    

Gimana? Puas sama part kemaren? Gak ya? Yodah gapapa.

Ehee.....

...


Kihoon tertawa lantang. Melihat ayahnya memakai baju dan celana kakaknya. Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama Kihoon dapat tertawa. Sungguh hal yang menggembirakan bagi Rae Na.

Sementara, Kiyoon hanya tersenyum canggung melihat interaksi mereka.

"Seperti ini?" Tanya Yoongi ragu akan penampilannya.

"Mau bagaimana lagi? Pakaianmu kotor dan baru ku cuci. Sekarang, ayo makan" kata Rae Na.

Kihoon duduk di samping sang ibu yang duduk di depan ayahnya. "Kenapa ayah bisa di pukuli seperti itu?"

Yoongi hanya tersenyum. Tidak tahu harus memjawab bagaimana.

"Kenapa kau ingin tahu?" Tanya sang ibu.

"Hanya penasaran. Kenapa wajah ayah bisa sampai seperti itu"

"Tidak perlu bertanya. Itu kecelakaan"

"Ya, sudah"

"Jadi, aku akan pindah ke sini. Masih ada tiga hari tugasku di sini" kata Yoongi mengganti topik.

"Tapi, kami tidak punya apapun di sini" jawab Rae Na.

"Aku punya kalian. Setelah itu, kita akan pulang bersama"

Mendengar kata pulang bersama, Rae Na langsung melirik kedua anaknya.

"Kenapa? Kalian tidak mau?"

Ketiganya masih diam. Hingga Yoongi harus kembali berucap dengan tatapan sedih. "Apa itu artinya kalian belum memaafkanku?"

"Bukan. Bukan seperti itu-"

"Kihoon!" Kiyoon memberi kode untuk meninggalkan mereka. Melupakan bahwa mereka akan makan malam.

"Ibu, ayah. Aku ke kamar sebentar" pamit Kihoon.

Tinggallah mereka berdua. Sungguh, kini suasana jadi canggung.

"Jadi, kenapa?"

"Kami sudah merasa nyaman di sini. Lagipula, Kiyoon baru saja masuk universitas. Kihoon juga baru saja pindah sekolah. Terlalu rumit untuk berpindah-pindah"

Entah itu alasan sebenarnya atau hanya alibi. Tapi, tentu saja masih ada rasa ragu di benak mereka bertiga.

"Kalian masih ragu padaku?"

"Min, bukan begitu. Sungguh hanya itu alasannya. Datanglah kapanpun kau mau. Kami akan menerimamu. Sampai saatnya tiba kami akan kembali. Datanglah di waktu senggang dari tugasmu di kantor pusat"

Yoongi diam. Mungkin dia juga perlu memberi waktu untuk istri dan dua anaknya.

..

Malam semakin larut. Namun, Rae Na belum juga memejamkan mata. Sungguh, rasanya seperti malam pertama dulu. Meskipun Rae Na membelakanginya tetap saja, hatinya berdebar seperti pertama kali tidur bersama.

Betapa terkejutnya. Yoongi tiba-tiba memeluknya. Tangannya melinggar posesif di pinggangnya. Bahkan kepala itu dia benamkan di tengkuknya.

"Y-Yoongi?" Lirihnya. Siapa tahu suaminya ini sedang mengigau.

Tidak ada jawaban. Berarti itu benar.

Ah, tidak. Rae Na cukup peka akan napas yang di hembuskannya. Yoongi seolah menahan tangisnya. Sementara, air matanya sudah menetes mengenai kulitnya.

"Y-Yoon? K-kau sudah tidur?"

Rae Na masih kukuh akan asumsinya bahwa sang suami tengah mengigau.

Tapi, tidak. Nyatanya pelukan itu makin erat di pinggangnya.

"Y-Yoon?"

Perlahan  Rae Na berbalik. Menyejajarkan wajah mereka. "Kau mimpi buruk?" Tanyanya yang terkesan bodoh, mungkin.

Tidak ada jawaban. Yoongi hanya mampu menatap mata istrinya. Bagaimana mungkin dia bisa memeluk wanita lain jika di hadapannya ada wanita bak malaikat yang selalu ada untuknya.

Yoongi menyesal. Ingatannya memutar adegan-adegan gila bersama model itu. Sungguh, Yoongi ingin sekali menghapus segala ingatannya tentang model itu. Karena sitiap kali mengingatnya hanya ada rasa bersalah yang besar pada wanita di hadapannya.

"Yoon?"













Cuuppseu~~

Yoongi memejamkan mata. Mencium lembut bibir di depannya dengan penuh perasaan. Dia hanya ingin menghapus semua kenangan buruknya. Sangat dalam, dalam, dan dalam. Di bumbui bulir bening yang mengalir tanpa kehendaknya.










Bersambung--

Net net. Biarkan mereka menikmatinya. Ssstt jangan ganggu. Bodoamat kalo sampe lebih. Wong mereka suami istri.

Eh btw gue udah punya IG loh.  Ehheee...




Lavyu

Ryeozka

SEESAW / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang