S-40

4.3K 477 103
                                    

Ok. Sekali lagi saya ingatkan. Kalo pas sedih pake lagu galau ya.

Ya, sebenarnya sih kalo emang ceritanya bisa bikin mewek gak pake lagu galau gakpapa. Cuma kan kemampuan saya belum sejauh itu. Masih tahap coba2.  Eheee...

Puter gaess 🎧🎵🎶
..




"Maaf, Min. Aku tidak bisa"

Dengan air mata yang telah mengalir Rae Na berucap.

"Kenapa? Apa kau tidak bisa memaafkanku?"

"Aku sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kau datang padamu"

"Lalu? Lalu, kenapa? Kenapa kau tidak bisa kembali padaku?"

"Aku tidak bisa, Min. Aku-"

"Apa? Aku janji padamu. Demi apapun, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak mengulang kesalahanku lagi. Aku janji padamu"

Runtuh sudah pertahanan seorang Min Yoongi. Tangan yang tadinya berada di pundak sang istri seolah jatuh bersama tubuhnya yang bersimpuh di hadapannya.

Dengan apa Yoongi harus memohon? Haruskah Yoongi menyembahnya? Mencium kakinya? Bahkan, jika harus menjilat telapak kakinya Yoongi siap. Siap melakukannya. Sangat siap.

"Min, bangunlah!"

Dengan lembut, Rae Na membawa tubuh itu kembali berdiri. Mempertemukan dua pasang mata yang sudah basah akan air mata. Tangannya mengusap lembut wajah pria yang sempat menjadi rumah baginya.

"Jangan menangis seperti ini. Kau harus kembali seperti dulu"

"Bagaimana mungkin aku bisa kembali seperti dulu?  Bagaimana, jika itu tanpamu? Kenapa? Kenapa kau tega padaku?"

"Min, aku sungguh minta maaf. Kurasa ini yang terbaik"

"APANYA YANG TERBAIK?! DARI SISI MANA TERBAIKNYA? DARI MANA?"

"KARENA AKU AKAN MENIKAH, MIN!"

"APA?! siapa? Siapa yang akan menikahimu selain aku? SIAPA?!"

"Jung Hoseok. Aku akan menikah dengannya?"

Yoongi menangkup wajah di hadapannya. Kepalanya terus menggeleng menandakan ketidakterimaan atas semua ini. "Tidak. Kau bohong padaku. Kau tidak mungkin menikah dengan orang yang tidak kau cintai. Tidak mungkin"

"Bulan depan. Bulan depan aku akan menikah. Kami sudah bertunangan, Min. Aku mencintainya. Kau salah. Jika, berpikir aku ti-"








....

"TIDAK!"

Yoongi membuka mata. Mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan yang sudah sepi. Tersadar dia masih ada di kantor cabang.

Hanya mimpi. Ya, hanya mimpi. Betapa bodohnya Min Yoongi kini. Ingatannya hanya di penuhi oleh kesalahannya pada sang istri.

Tanpa pikir panjang, Yoongi meraih jasnya. Melajukan mobilnya entah kemana. Dia perlu menenangkan diri.



Entah apa yang ada di pikirannya. Setiap kali ada yang mengganggu pikirannya selalu saja bar menjadi tujuannya. Yoongi benar-benar tak terkendali.

..

Rae Na dan Kiyoon tampak keluar dari apotek. Tangannya saling menggenggam erat. Bahasan ringan kadang terlontar dari keduanya. Melupakan banyak hal yang terjadi pada mereka.





Pukul 8.30 malam, Yoongi keluar dari bar. Membawa mobilnya dengan tubuh gontai. Tak jarang mobilnya berjalan tak tentu arah. Bahkan hampir menabrak mobil lain di setiap sisinya.

Tak kuasa lagi, Yoongi menghentikan mobilnya di tepi jalan yang sepi. Lalu, memejamkan matanya.

.







.

"Hei! Keluar kau!" Seorang pria yang tak di kenal menggedor kaca mobil milik Yoongi.

"Hei! Keluar!" teriak pria satunya lagi.

Dengan lemas, Yoongi membuka pintunya. "Ada apa, huh?" Jawabnya dengan suara parau.

Tanpa aba-aba pria itu menarik keluar tubuh Yoongi. "Siapa yang menyuruhmu berhenti di sini, hah?!" Bentak pria itu.

"Apa masalahnya?" Balas Yoongi santai.

Pria itu menyeringai. "Mabuk rupanya. Kita habisi saja. Kita ambil barang-barangnya. Sepertinya dia orang kaya"

"Kau benar juga"

Bug

Tak perlu menunggu lama, mereka beraksi. Perut Yoongi habis di pukuli. Setiap kali Yoongi mencoba melawan. Namun, kondisinya yang lemah membuatnya selalu salah sasaran.

Hingga tubuh itu terkapar di tanah tak henti-hentinya dua pria itu menendangnya. Jika di tanya seperti apa wajahnya. Tentu saja sudah hancur babak belur.


"Kiyoon?" Panggil Rae Na kala melihat dua pria tengah menghajar seorang pria. "Lihat itu!"

Keduanya masih memperhatikan. Tak ingin gegabah dalam bertindak. Namun, lama-kelamaan Rae Na merasa tidak asing dengan pria yang tengah terkapar itu.










"Yo-Yoongi? Kiyoon, itu ayahmu. Tolong dia!" Panik Rae Na seketika.

"Ta-tapi, bu?"

"Kiyoon, cepat lakukan sesuatu. Ayahmu bisa mati jika begitu?!"

"Kenapa tidak di biarkan mati sa-"

"KIYOON!!"

Habis sudah kesabaran Rae Na. Bagaimanapun juga dia masih punya hati untuk mencemaskan juga mengkhawatirkan su-,  mantan suaminya.

"KIYOON! SELAMATKAN AYAHMU!" Teriak Rae Na lagi melihat anaknya masih bergeming.

Kiyoon segera berlari mendekati mereka. Kakinya langsung menendang punggung salah satu pria di sana. Setelah sekian lama, ini pertama kalinya Kiyoon kembali berkelahi. Rasanya masih sama. Masih menyenangkan seperti dulu.

Sementara Rae Na sangat panik melihat perkelahian itu. Tubuhnya bergetar dan matanya berkaca-kaca.


"KIYOON!! AWAS BELAKANGMU!"

Brug!

Atas interupsi sang ibu, Kiyoon memutar badannya dan menendang kuat pria yang hampir membunuhnya.

Perkelahian terus berlanjut hingga mereka terkalahkan. Segera Rae Na berlari menghampiri mereka.

"Kiyoon, ayo bawa ayahmu pulang" Rae Na sudah hampir menangis melihat kondisi mengenaskan sang suami.

"Tapi-"

"Apa kau tidak kasihan, huh? Lihat Kiyoon!"

"Baiklah"

"Bawa mobilnya. Kau bisa, kan?"

Jujur, Kiyoon tidak mahir membawa mobil. Tapi, setidaknya dia pernah berlatih dengan sang ayah saat dulu semua masih baik-baik saja.


Sampai di rumah, Rae Na dan Kiyoon langsung memapahnya masuk. Membaringkannya di kamarnya.

"Sekarang terserah, jika kau tidak mau mengurus ayahmu. Ibu akan membersihkan luka-lukanya. Tapi,  Kiyoon. Jika kau membenci ayahmu, ibu akan marah padamu"

Kiyoon mematung. Ucapan ibunya kedengaran tidak main-main. Dia pun memilih keluar. Meninggalkan ayah dan ibunya bersama.









Bersambung--

Nangisnya di lanjut part depan aja ya. Panjang banget. Ini aja tadi ada yang aku cut.

Tenang. Langsung up kok.

Lavyu

Ryeozka.

SEESAW / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang