Wehh thanks for 1k-nya.
Harap baca di tempat tenang. Siapkan lap ato apa pun. Sp tau mewek. Gak ding.
..
Semenjak kejadian di mana sang istri menolak di sentuh. Yoongi menjadi sedikit frustasi. Dia baru sadar, sang istri sangat membencinya selama ini. Yoongi tidak menyalahkan itu. Karena itu memang salahnya yang telah mendua.
Pria itu berpikir keras untuk memperbaiki hubungannya. Hingga pekerjaannya lagi-lagi menemui cacat.
Aura wajahnya sedikit redup. Sampai Irene yang nitabenenya istri kedua tampak heran. "Sayang, sebenarnya kau kenapa, hem?"
Seperti biasa wanita ini memeluk pinggang sang suami dari samping. Kepalanya sedikit mendongak melihat tatapan sang suami. "Aku jadi merindukanmu kalau kau begini"
"Hanya ada beberapa hal yang sedang ku pikirkan"
"Termasuk istrimu?" Irene dengan tingkah manja memajukan bibirnya seperti anak kecil yang sedang marah. Yoongi hanya membalas dengan senyum yang tampak di paksakan.
..
Hoseok dengan segala alibinya semakin sering datang ke toko Rae Na. Sosoknya yang ceria dan bersemangat benar-benar bisa menghibur hatinya. Tak jarang Rae Na bisa tertawa lepas hanya dengan candaannya.
Dari dalam mobil, seorang pria tengah mengamati mereka. Hatinya meradang. Wanita yang masih sah sebagai istrinya itu tertawa lepas dengan pria lain.
Yoongi, akhirnya dia turun dari mobil dan menghampiri mereka. Matanya menajam memancarkan kebencian. Tiba-tiba dia berhenti di depan pintu.
"Rae Na, apa boleh aku menyukaimu?"
Kalimat itu tembus di telinganya. Membuat tangannya mengepal kecewa. Selang beberapa detik dia masuk ke dalam dengan wajah datar.
"Kau bisa memikirkannya. Aku pergi dulu. Suamimu datang" kata Hoseok berlalu dari sana.
"Ada apa lagi?" Tanya Rae Na.
..
Play goodbye road-ikon ato apalah terserah yg penting galau. Epiphany ato only tears, universe juga boleh.Yoongi segera membawanya pulang. Dia marah. Ya, tentu saja. Dan kini mereka sudah berada di kamar. Saling berhadapan dan saling menelisik mata di depannya.
"Kau masih ingin aku menceraikanmu?"
"Ya, aku rasa itu lebih baik"
Dengan berat Yoongi mengatakannya. "Baiklah! Mulai sekarang aku akan melepaskanmu. Kau boleh pergi. Bawalah anak-anakmu"
Dengan mata berkaca dan hati yang tersisa serta kaki yang seolah tak mampu menumpu lagi, Rae Na menyetujui permintaan sang suami. "Ya, baiklah! Semoga kau bisa bahagia dengan istri barumu. Aku mendoakanmu"
"Semoga kau bisa mendapatkan pria yang bisa membahagiakanmu" ucap Yoongi.
"Pasti. Selamat tinggal, Min Yoongi. Ku harap saat kita bertemu lagi, kau sudah membawa surat cerainya" pamit Rae Na dengan air mata yang sudah mengalir.
Saat itu juga, Rae Na mengemasi barang-barangnya. Tangannya sesekali mengusap pipinya yang basah. Sementara, Yoongi hanya terduduk di ranjang memandang wanita yang bertahun-tahun di dekapannya. Wanita yang telah memberikan dua anak hingga membesarkannya. Apa Yoongi terlampau kejam?
Air matanya tertahan di kelopak mata. Sedetik lagi, wanita di depannya benar-benar akan pergi.
Yoongi berdiri, mendekati sang istri yang telah selesai mengemasi barang-barangnya. Memeluknya, yang mungkin untuk terakhir kalinya. "Bahagialah!"
"Yoon, lepaskan. Aku harus mengemasi banyak barang" ucapnya berusaha menguatkan hatinya.
Rae Na keluar. Meletakkan koper di ruang tengah. Lalu, pergi membereskan dapur. Saat itu, Kiyoon pulang. Melihat koper besar di ruang tengah, Kiyoon segera menghampiri ibunya.
"Ibu, ada apa ini?" Tanyanya panik melihat sang ibu berlinang air mata.
"Kiyoon, kemasi barang-barang kalian. Kita pergi sekarang"
"Pergi? Apa pria itu mengusir kita?" Mata Kiyoon mulai memanas.
"Beri tahu adikmu. Waktu kita tidak banyak"
"Ibu?"
.
Semua sudah siap. Meski tangis Kihoon sempat tak terbendung kala mendengar penuturan kakaknya. Matanya menatap benci pada ayahnya yang berdiri tegak di depan mereka.
Tepat saat Rae Na membuka pintu, Irene berdiri di sana. Rae Na melewatinya begitu saja.
Yoongi ikut keluar dan langsung mendapat rangkulan dari istri muda yang tersenyum cerah. Pria itu menyaksikan kepergian orang-orang yang pernah menjadi bagian hidupnya.
Yoongi kembali masuk ke kamar. Menghamburkan semua barang yang ada di mejanya hingga berserakan di lantai. Teriakannya memenuhi ruangan. Membuat wanita itu takut.
.
.
Rae Na menggenggam kedua tangan sang anak seraya menarik koper besarnya. Memberi kekuatan pada sang anak agar tidak mengkhawatirkan apapun.
"Ibu masih kuat?" Tanya Kiyoon.
"Apa ibu pernah menjadi orang yang lemah? Apapun yang terjadi ibu akan selalu bersama kalian. Jadi, jangan takut. Kita akan melaluinya bersama-sama. Em?"
Rae Na mengusak kepala kedua anaknya. "Kihoon, kau harus belajar menguasai emosimu. Bersenang-senanglah seperti anak lainnya"
"Aku benci ayah" justru itu yang keluar dari mulutnya. Membuat hati Rae Na semakin perih.
"Ibu, lalu kita akan tinggal di mana?" Kiyoon mengalihkan pembicaraan.
"Untuk malam ini kita tidur di toko ibu dulu. Sudah terlalu malam jika harus cari tempat tinggal. Kihoon? Tidak apa-apakan?"
Kihoon mengangguk pelan. "Ibu sayang kalian"
Rae Na segera memberi kecupan pada pipi kedua anaknya. Tersenyum simpul seolah baik-baik saja.
Bersambung--
Silakan mengumpat!
Gak mewek kan ya?
Part berikutnya, lebih seru. Semoga saja. Aminin aja yekan.
Lavyu
Ryeozka
KAMU SEDANG MEMBACA
SEESAW / END
General FictionIni bukan LMKM, bukan pula FIX! LOVE. Dengan pemain yang sama, saya ingin membuat cerita yang berbeda. Akan banyak karakter yang berubah dalam cerita ini. Dengan penuh harap, lepaskan bayang-bayang tentang LMKM ataupun FIX! LOVE. Saya akan membuat g...