Chapter 14

259 12 5
                                    

Hosea menepuk bahu Zhavier dari belakang saat guru pelajaran terakhir telah meninggalkan kelas. Yang ditepuk pun menoleh ke arahnya.

“Apa?”
“Gue nebeng pulang sama lo ya” kata Hosea seraya cengengesan, tadi pagi ban motornya bocor jadi ia tidak membawa motor ke sekolah.

“Dih, gak boleh.” Tolak Zhavier mentah-mentah.
“Kenapa gak boleh?”
“Ntar gue disangka homo ngebonceng cowok” Zhavier mengungkapkan alasannya.

“Dih, peduli amat sama orang. Yang namanya teman itu harus saling membantu satu sama lain disaat susah.” Hosea tiba-tiba ceramah.

“Hahaha, udahlah Hos… gak bakal mau dia. Coba kalau kak Nana yang nebeng, langsung diiyain tuh” Vino menduga.
“Oh iya jelas dong.” Jawab Zhavier cepat.

Hosea mengernyitkan dahinya.
“Jadi gue pulang sama siapa wahai kawan?”

“Sendirilah. Naik angkot, udah dewasa kan?” timpal Vino.
“Tega kah kalian?” Hosea memasang wajah masam.
“Tega” jawab Zhavier dan Vino hampir bersamaan.
“Ah, jahat lo. Cabut ah gue, minta tolong sama yang lain aja.”
Baru saja Hosea hendak beranjak dari tempat duduknya, Vino memanggilnya.

“Hos!”
Hosea berbalik sambil tersenyum. Ia kira Vino atau Zhavier berubah pikiran.
“Kalau mau nebeng itu, sama yang punya helm 2 ya”
Tapi ternyata tidak, Vino hanya memberi nasihat padanya.
Vino pun tertawa jahil.

“Ehee… gue kira lo mau nganterin gue” tukasnya kecewa.
“Gue gak bawak helm 2” jawab Vino cuek.
“Gue juga” kata Zhavier mengikut.
“Dah ah, cabut ah gue” kata Hosea lalu menghilang dari hadapan mereka.

“Gimana pendekatan lo?” Tanya Vino tiba-tiba duduk disamping Zhavier saat Zhavier selesai mengemas buku-bukunya ke dalam tas. Vino menahan kepalanya dengan tangan yang terletak di meja. Tampak seperti seseorang yang sedang menggoda.

“Sama siapa?”
“Kak Nana lah, siapa lagi”
“Oh”
“Udah nembak belom?”

Zhavier menghela napas gusar.
“Nembak apanya, dekat aja gak. Mau diajakin jalan nolak mulu, pas dikodein malah gak peka.”

“Makanya berjuang.”
“Gue udah berjuang loh”
Vino tertawa lepas.
“Ih senang banget gue lo dicuekin gini”

Mata Zhavier berkelebat heran.
“Kenapa senang?”

Vino menggeleng.
“Ah enggak. Kalo gitu selamat berjuang ya. Saran gue sih, kalo kak Nana gak peka ya langsung aja dikasih tau. Daripada nunggu orangnya gak peka-peka”

“Ah bagus juga ide lo. Gue mau kasih tau aja ah sekarang” kata Zhavier buru-buru mengetik sesuatu di ponselnya.

Vino yang penasaran pun mengintip layar ponsel Zhavier.

Zhavier : naaa
Begitulah isi pesan teks yang dikirimkan Zhavier kepada Nayla.

“Lo kok gak panggil kak sih?”
“Gini ya Vin, ultah Nana itu tanggal 29 Desember. Dan gue tanggal 3 Januari. Cuma beda beberapa hari doang loh.”

“Ya tapi kan dia kakak kelas.”
“Iya sih, tapi kalau mau pdkt gak enak panggil kakak. Gak lancar ntar pdktnya, nanti kenak kakak adek zone pulak.”

“Hahaha, iya juga ya. Ntar pas lo deket sama dia dan lo keseringan manggil dia kakak, dia malah udah nyaman sama lo sebagai adik nya” kata Vino seraya tertawa.

“Makanya itu, mending langsung nama aja yakan”

Vino hanya manggut-manggut.

Balasan pesan Nayla pun datang. Zhavier tampak sibuk dengan chat-nya dengan Nayla. Lalu beberapa menit kemudian, dengan hebohnya Zhavier menunjukkan layar ponselnya yang berisi chatnya dengan Nayla.

Nayla   : ya?
Zhavier : udah pulang belom?
Nayla   : blm
Zhavier : masih di kelas?
Nayla   : iya
Zhavier : ohh, mau dianterin?
Nayla   : gak usah, thx yaa



Vino menggumam.
“Wah…” setelahnya ia tak dapat berkata apa-apa karena balasan Nayla kepada Zhavier sangatlah singkat dan terkesan cuek.

“Tuh liat kan. Cuek banget loh” gerutu Zhavier.

“Iya haha, udah deh kalo gini sih lo mending langsung bilang aja deh”

“Bilang apaan?”
“Bilang kalo lo mau deket sama kak Nayla atau bilang kalo lo suka sama dia.”

“Ide bagus. Gue cabut dulu ya” kata Zhavier pamit lalu meninggalkan Vino. Ia bahkan tak mengatakan kemana ia akan pergi. Tapi Vino mampu menebaknya, kali saja Zhavier ingin menemui Nayla di kelas 12 IPS 3.

***

“NAAA!!!!” Teriak Sarah geram, ia tampak kewalahan melihat Nayla yang sedari tadi sibuk mengganggu Sarah. Padahal hari ini Sarah punya giliran untuk piket kebersihan kelas. Tapi Nayla lewat bebas di depan Sarah sembari menggeser-geser sampah dan pasir yang sudah dikumpulkan oleh Sarah dengan sapu yang ia pegang saat ini.

Nayla tertawa puas setelah melihat Sarah kewalahan dengan tingkahnya yang tampak masih ke kanak-kanakan.

“Ahh, gimana sih itu aja gak bisa, lama banget kamu nyapu Raa” ejek Nayla setelah puas mengganggu Sarah, lalu ia duduk disamping Danar, Vania dan Louis yang sejak tadi tertawa melihat kelakuan abstrak Nayla. Bukannya membantu, mereka malah menertawakan Sarah yang sedang kesusahan.

“Dari tadi lo gangguin gue mulu!!”
“Hahaha, sini gue bantuin” kata Louis tiba-tiba. “Tapi boong” lanjut Louis.
Padahal tadi Sarah hampir berteriak senang, tapi tidak jadi karena kata-kata yang dilontarkan Louis selanjutnya.
“PHP”

“Eh, eh… hewan apa yang bersaudara?” kata Danar tiba-tiba melontarkan teka-teki kepada mereka.
Belum saja mereka mencoba untuk menjawab, Danar langsung menyambar.
“KATAK BERADIK!” katanya seraya tertawa puas.

“Ah, gak lucu” kata Nayla pedas.
“Ah, gak seru kalian. Gak dapat lucunya.” Danar menggaruk kepalanya setelah ia berhenti tertawa karena tidak mendapat respon positif dari teman-temannya.

Beberapa detik setelah jawaban itu dilontarkan, tiba-tiba Nayla tertawa terbahak-bahak. Sementara itu yang lain ikut tertawa setelah Nayla. Bukan karena teka-teki Danar yang garing itu, melainkan karena suara tertawa Nayla yang menularkan kelucuan di sekitarnya.

“Haduuu na… receh banget sih lo” kata Vania setelah tawa nya berhenti. “Dimana coba letak kelucuannya?”

“Aduh, perutku sakit” kata Nayla setelah tawanya reda. “Kasihan tadi si Danar, gak ada yang ketawa. Cuma dia yang ketawa doang hahaha”

Tawa Nayla kembali berderai, namun kali ini tidak terbahak-bahak seperti tadi.

“Ih udahlah Naa.. gak lucu loh” kata Sarah, tapi ia sendiri sedang menahan tawanya karena kerecehan Nayla.

“Haduu.. aku ke toilet dulu lah ya” kata Nayla.

“Iya, awas ngakak di toilet”
“Apasih, gak lucu” sebelah sudut mata Nayla berkerut. “Hahahah” lalu ia kembali tertawa seraya meninggalkan ruangan kelas.

“Ada-ada aja lah si Nana” Louis menggeleng-gelengkan kepala sembari tersenyum gemas.
“Receh banget kan?” gumam Sarah. Lalu yang lain mengangguk setuju.

Nayla baru saja menyelesaikan misinya dari toilet, ia baru saja cuci tangan di wastafel lalu keluar dari sana. Saat hendak kembali ke ruang kelas, Nayla terkejut dengan keberadaan Zhavier yang tiba-tiba di hadapannya.

“Eh” seru Nayla spontan.
“Eh, hai na… kebetulan” sapa Zhavier.

Nayla tersenyum kecil.
“Hai juga” balas Nayla.

“Mau pulang nih?”
“Iya, bentar lagi”

“Oh… yakin gak mau dianterin?” tawar Zhavier lagi.
Nayla menggeleng lemah seraya tersenyum simpul.

“Yah, padahal gue mau nganterin. Kemana aja pun boleh loh”
“Enggak ah hehe”

“Oke deh, duluan ya naa” pamit Zhavier.

Nayla baru saja berjalan dua langkah, Zhavier menahan lengan Nayla. Hal tersebut memaksa Nayla untuk menoleh ke belakang. Nayla memiringkan kepalanya lalu memasang wajah polos, menunggu Zhavier berbicara.

“Na, lo masih belum ngerti juga ya?”  Terlukis wajah yang tampak frustasi di wajah Zhavier.

Nayla tertegun. Ia menggeleng pelan, mata bulatnya yang sedang memandang lawan bicaranya itu mengisyaratkan Zhavier untuk menjelaskan lebih lagi agar ia dapat mengerti.

“Gue pengen deket sama lo gitu… gue suka sama lo gitu, tapi kenapa lo nya enggak peka, diajak jalan malah nolak, dikodein malah cuek, gue harus apa dong?…” ucap Zhavier mencurahkan isi hatinya. Ia tampak frustasi karena tingkat kepekaan Nayla yang berada di dibawah rata-rata.

Nayla membelalak, ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa jadi ia hanya membeku dan diam. Ini pertama kalinya ada seorang adik kelas yang secara barbar mengatakan isi hatinya dan mengakui secara terang-terangan bahwa ia menyukai Nayla di hadapannya.

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang