Chapter 70

161 7 4
                                    

Matahari sudah menampakkan dirinya sejak tadi dan memulai pagi dengan baik. Ia bersinar terang menembus masuk ke kamar Zhavier melalui kaca jendela yang tirainya terbuka lebar. Lantas sinar tersebut menyilaukan matanya yang masih tertutup itu. Kemarin malam, ia lupa menyatukan tirai jendelanya karena terlalu lelah dan langsung tidur di kasurnya.

Sudah lebih dari tiga hari Zhavier menetap di apartement ibunya dan tidak pulang ke rumah, sebab setahunya sang Ayah pun turut pergi untuk melakukan perjalanan bisnis. Suasana rumah yang awalnya sepi, menjadi semakin sepi setelah kedua orang tuanya pergi ke negara asing.

Zhavier membuka matanya perlahan-lahan lalu berkelebat agar matanya dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Laki-laki itu bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan masuk ke kamar mandi dengan santai tanpa beban, ia memandang bayangannya di cermin yang ada di kamar mandi lalu membasuh wajahnya dengan air keran dari wastafel. 

Kini wajahnya basah akibat air yang membasuhnya tadi, Zhavier pun mencari sebuah handuk kecil untuk mengusap wajahnya dan ia mendapatnya tepat di jemuran handuk yang ada di balkon apartement.

Selagi mengusap wajahnya, ia mengarahkan kedua kelopak matanya ke arah jam dinding yang ada di dalam sana, sedetik kemudian ia mendelik tajam saat mengetahui bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 WIB dan proses belajar-mengajar di sekolah sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu.

"Oh shiiiittt." Zhavier melompat kaget. "Kok gue bisa telat bangun gini?!" Pekiknya. Lalu dengan secepat kilat, kakinya berlari menuju kamar mandi dan mulai membasuh dirinya sebersih dan secepat mungkin.

Zhavier meraih seragam sekolahnya dan segera memakaikannya. Kini tubuhnya sudah berbalut seragam putih abu-abu, walau ia tampak sedikit kacau dengan rambutnya yang masih setengah basah dan tak sempat disisir rapi. Bahkan untuk memasang dasi pun ia tak sempat lagi.

Setelah bersiap ala kadarnya, ia menyambar tas sekolahnya dan memacu kakinya untuk melangkah secepat mungkin untuk keluar dari apartement itu. Tapi begitu ia berada tepat di depan lift, ia menghentikan langkahnya, berjalan mundur beberapa langkah lalu kembali masuk ke apartement miliknya.

"Sial." Zhavier mengumpat kecil. "Bisa-bisanya kelupaan sama hp!"

Zhavier menyibakkan selimut yang ada dikasurnya dengan barbar, ia sudah mencari ke berbagai sudut tempat tidur tapi masih tak bisa menemukan telepon genggamnya disana. Beberapa saat kemudian, ia memutar lehernya ke arah meja yang ada di sudut sana. Ah, dia ingat ternyata kemarin ia meletakkannya disana.

Ia pun segera mengambil ponselnya lalu kembali bergerak cepat menuju luar apartement. Namun ketika hendak memeriksa jam di layar ponsel, ia berhenti tepat di depan pintu saat melihat notifikasi lain yang masuk ke ponselnya.

27 missed calls : Mama

Mata Zhavier berkelebat cepat. Sangat jarang Ibunya mencoba untuk menghubungi Zhavier hingga mencapai 27 panggilan tak terjawab seperti ini. Tanpa pikir panjang lagi, Zhavier pun segera menelepon balik sang Ibu dan panggilan itu diangkat ketika deringan panggilan ketiga berbunyi.

"Halo, Ma. Kenapa?" Tanya Zhavier khawatir.

"Halo" kata suara dari seberang sana.

Ketika mendengar suara jawaban yang bukan Ibunya, dahi Zhavier mengkerut samar.

"Ini siapa?"

"Ini Tante Melva" jawab orang itu.

"Hm?" Untuk beberapa saat Zhavier sempat bingung, lalu kemudian ia ingat bahwa Melva pernah datang ke rumahnya waktu itu bahkan berkenalan dengannya. "Oh, sekretaris Mama kan? Kenapa, Tan?"

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang