Chapter 66

127 6 7
                                    

Berkali-kali Zhavier memutar posisi tidurnya, sejak tadi ia benar-benar gelisah dan tidak bisa tidur akibat pernyataan yang dilontarkan Nayla tadi siang. Segala pikiran memenuhi otaknya, ia mulai menelusuri tingkah-tingkahnya yang mungkin salah dan membuat Nayla menyerah dan meminta putus dengannya.

"Kita putus ya" kalimat itu dilontarkan oleh Nayla begitu saja.

Lantas Zhavier mendelik kaget atas pernyataan yang tiba-tiba itu.

"Loh? Nay. Maksud kamu apa?"

"Ya. Putus. Aku mau kita putus. Aku gak bisa ngelanjutin ini." Jelas Nayla.

"Ya. Tapi kenapa? Aku salah apa?" Tanya Zhavier frustasi.

"Kamu gak salah apa-apa" kata Nayla lirih.

"Jadi kenapa kamu minta putus kalau aku nggak salah apa-apa?" Tanya Zhavier heran.

"Maaf. Kamu pulanglah sekarang. Makasih untuk tumpangan-- tidak. Terima kasih untuk hari-hari yang indahnya" kata Nayla pahit.

Ketika Nayla beranjak dari posisinya, Zhavier baru saja hendak mengikutinya untuk meminta penjelasan lebih lagi, tapi Nayla berhenti lalu meminta Zhavier untuk tidak mengikutinya lagi sebab Nayla mengatakan bahwa ia akan benar-benar membenci Zhavier jika ia mengikuti gadis itu.

Jadi laki-laki itu tidak ingin ambil resiko dibenci oleh Nayla. Ia hanya bisa terpaku dalam diam sambil merenungkan kesalahannya di sana.

"Aku salah apa sih Naaayy?" Pekik Zhavier saat ia menyerah dengan segala pikirannya. Untungnya saat itu sudah larut malam jadi tidak ada yang mendengar teriakannya termasuk sang Ayah yang sudah terlelap sejak tadi di kamarnya.

Lalu setelah berpikir lebih keras lagi, Zhavier mulai mencurigai bahwa putusnya hubungan mereka ada hubungannya dengan malam keakraban yang diikuti Nayla kemarin. Zhavier menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mengambil ponselnya lalu memeriksa chat nya dengan Nayla. Perempuan itu bahkan tidak membaca pesan darinya. Ia benar-benar frustasi lalu menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal.

***

"Dua hari lalu waktu pulang dari makrab, kau kemana? Kok langsung hilang?" Tanya Gretha ketika Nayla baru mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Oh, kemarin itu ada urusan mendadak. Jadi langsung cepat-cepat pulang" jawab Nayla.

"Ooh, kirain kau hilang" Gretha tertawa kecil.

"Hahaha, ya kali aku hilang"

"Ngomong-ngomong ini kan hari pertama kita jadi maba. Gimana perasaanmu?"

"Hm? Perasaan gimana?"

"Kau merasa excited atau biasa aja?"

"Ohahaha" Nayla tertawa kecil. "Biasa aja sih. Malah aku gak siap dengan kehidupan kuliahan"

"Aku juga sebenarnya gak siap karena katanya kuliah itu berat" 

"Bukan katanya lagi, memang berat" sahut Lena, salah seorang yang waktu itu berada di dalam satu tenda denyan Nayla dan Gretha.

"Hai Lena" sapa Gretha dengan ceria.

"Hai Len" Nayla ikut menyapa.

"Hai" balas Lena. "Aku boleh duduk di sini ya?" Perempuan itu menunjuk pada bangku kosong di samping Nayla.

"Boleh kok" jawab Gretha seraya mengangguk.

"Thanks"

"Apa nih matkul pertama?" Tanya Nayla saat ia merogoh tasnya.

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang