Chapter 39

188 5 3
                                    

Setelah Clarissa memakai dress putih elegannya, ia didandani dengan manis oleh seorang tata rias. Malam ini ia akan menghadiri acara makan malam keluarga. Sebenarnya bukan hanya sekedar makan malam, tapi juga mendiskusikan resepsi pernikahannya yang akan segera digelar bulan depan.

Clarissa menghela napas panjang lalu menarik kedua sudut bibirnya sehingga membentuk lengkungan indah. Setelah selesai didandani Clarissa pun pergi ke acara makan malam itu. Ia duduk tepat di samping calon suaminya, Gilang.

Selama makan malam, topik pembicaraan didominasi oleh kedua orang tua mereka yang sibuk memikirkan segala properti yang akan dibutuhkan untuk resepsi pernikahan Clarissa dan Gilang.

"Menurut saya akan lebih baik jika kita melaksanakannya di gedung milik kenalan saya. Dia bisa jamin segalanya termasuk makanan. Gedungnya pun terhitung mewah"

"Bagaimana dengan gaunnya? Apakah gaunnya sudah siap? Saya ingin gaun yang termewah yang didesain dengan baik."

"Tidak perlu khawatir soal gaun. Saya yakin gaunnya sudah cocok untuk Clarissa"

"Bagaimana bila kita tanya ke calon pengantin wanitanya terlebih dahulu"

Lalu semua setuju. Semua pasang mata tertuju pada Clarissa.

Clarissa tersenyum dengan paksa. Namun hebatnya walaupun ia melakukan itu dengan setengah hati, senyumannya terlihat tulus.

"Aku akan ikut pada apa yang kalian mau" katanya. Harusnya kalimat ini adalah sindiran bagi kedua pasang orang tua yang sedang berbincang dengannya, namun sayangnya sindiran itu sama sekali tidak digubris oleh mereka bahkan tidak disadari.

Clarissa hanya duduk termenung sambil menikmati makan malamnya yang terasa hambar. Jauh di lubuk hatinya ia merasa tidak rela untuk meninggalkan seseorang yang ia cintai untuk menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya. Tapi apa mau dikata, Clarissa tak kuasa membantah kedua orang tuanya yang sudah sangat setuju melakukan perjodohan ini bersama dengan orang tua Gilang.

Ya, pernikahan mereka bukan didasari oleh rasa cinta. Pernikahan mereka hanyalah sebatas kebutuhan bisnis perusahaan. Tidak lebih. Masing-masing dari mereka sudah memiliki pasangan yang benar-benar mereka cintai sendiri. Namun sayangnya akibat perjodohan ini membuat mereka harus berpisah dengan pasangannya masing-masing.

Clarissa hanya banyak diam selama acara makan malam, sesekali ia akan menjawab dengan singkat sambil tersenyum bila diajak bicara oleh orang tuanya atau calon mertuanya.

Lalu setelah mereka rasa cukup untuk membicarakan tentang ini dan itu, mereka pun saling berpamitan dan segera pulang untuk saling mempersiapkan resepsi pernikahan yang akan diadakan bulan depan. Seiring berjalannya waktu, segala persiapan pun akhirnya selesai tepat waktu dengan baik.

Sampailah mereka pada hari H di mana Clarissa dan Gilang akan diberkati sebagai pasangan suami istri yang sah. Sepanjang hari pernikahan tiada rasa bahagia yang hinggap di hati Clarissa. Hanya rasa duka lara yang menyapa dirinya dan tidak pergi.

Clarissa hampir menangis saat Gilang mengenakan cincin pernikahan ke jemarinya. Ditambah lagi ketika Clarissa melihat seseorang yang ia cintai dan juga mencintainya tengah menonton Clarissa yang sedang dipinang oleh lelaki lain yang tidak ia kenal. Sakit memang. Tapi ini semua adalah ide Ayah Clarissa. Sang Ayah menyebar undangan kepada laki-laki yang ia cintai. Entah apa maksudnya, Clarissa tidak tahu. Untung saja Clarissa hebat dalam menyembunyikan dan menahan rasa sakitnya.

Pernikahan ini memang palsu begitupun dengan kemesraan mereka. Keduanya sama-sama bersandiwara.

"Selamat ya atas pernikahanmu" ucap Rangga kepada Clarissa ketika acara pemberkatan telah usai.

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang