Chapter 50

197 6 27
                                    

Sebenarnya Nayla sudah bersiap sejak tiga puluh menit yang lalu, tapi ia masih berpaku di depan cermin sambil terus memandangi bayangan yang ada di hadapannya itu. Beberapa kali ia mencoba untuk menguncir rambutnya, melepasnya, memberinya bandana, memberi sebuah aksesoris simple pada rambutnya lalu menyisirnya lagi.

Ia menyerah. Nayla hanya akan membiarkan rambutnya terurai lembut ke bawah melewati bahunya.

"Ke Gereja aja sibuk banget ya" sindir Kevin saat melihat kakak perempuannya yang tengah sibuk berdandan di depan cermin. Nayla memang sudah memberitahu adiknya itu bahwa hari ini ia akan beribadah bersama Zhavier.

"Justru karena mau ke Gereja, harus rapi" sahut Nayla.

"Mau ke Gereja atau mau jumpa sama..." Kevin menggantung kalimatnya.

"Enggak yaaa" elak Nayla.

Beberapa detik kemudian, suara klakson mobil yang berasal dari depan rumah Nayla  berbunyi nyaring. Setelah mendengar suara klakson mobil yang ia kenali itu, Nayla dengan cepat memakai heels  lalu mengambil tas selempangnya.

"Aku pergi dulu ya" kata Nayla pamit. "Kamu jangan lupa ibadah"

"Iya-iya. Hati-hati kak" pinta Kevin.

"Oke" Nayla pun meninggalkan adiknya lalu pergi ke luar rumah untuk menemui Zhavier.

Di sana ada Zhavier yang telah menunggu Nayla di samping pintu mobilnya sambil melipat tangannya.

"Pagi" sapa Zhavier seraya tersenyum simpul.

"Pagi" senyuman itu tertular pada Nayla.

Zhavier membukakan pintu mobilnya untuk Nayla. "Silakan masuk"

"How sweet" gumam Nayla lirih lalu masuk setelah Zhavier mempersilakannya.

Setelah memastikan Nayla telah duduk manis, Zhavier pun masuk dan melaju mobilnya menuju Gereja.

***

"Vaniaaa!!!" Seru Sarah lewat telepon tepat saat Vania mengangkat panggilan tersebut.

"Aduh, apaan?" Balas Vania. Ia sempat menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Lo dan Nayla sama-sama susah dihubungin ya semua hmm..." tukas Sarah saat mengingat bahwa ia menyerah menghubungi Nayla tadi.

"Kenapa sih emang? Baru pagi-pagi udah sibuk nelpon hmm..." Tanya Vania penasaran.

"Oh iya, gue lupa" ujar Sarah seraya menepuk dahinya saat lupa tujuan utamanya menelepon Vania. "Masa gue diajak jalan..."

"Sama siapa?"

"Lo tau Zhavier?"

"What?! Lo diajak jalan sama Zhavier?" Tanya Vania heboh. Suaranya memekakkan telinga. "Gila! Gue gak nyangka! Bukannya dia sukanya sama Nayla ya? Kok ngajak lo sih? Apa di--"

"Stop Van!" Sarah memotong Vania. "Bukan gitu loh ah. Belum juga gue selesai ngomong" lanjutnya.

"Oh... oke, lanjutkan."

"Nah, maksud gue bukan Zhaviernya. Maksud gue itu temannya Zhavier"

"Oalah, gue kira Zhaviernya" Vania berdecak.

"Makanya dengerin dulu kalau orang lagi ngomong ah"

"Makanya jangan ngomong setengah-setengah dong." Vania memutar pandangannya. "Ngomong-ngomong teman Zhavier yang mana? Kan ada dua tuh temannya"

"Vino"

"Ohohok" Vania berdeham. "Ternyata oh ternyata, sudah dimulai"

"Apaan sih Van?"

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang