Chapter 81

140 8 1
                                    

"Yakin gak mau dianterin sampai ke dalam?" Tanya Reno. Kakak laki-laki Nayla yang satu itu kebetulan sudah bertugas lagi di Bandung, jadi sekarang ia bisa mengantar Nayla kapan saja dan kemana saja.

Nayla mengangguk mantap seraya melepas sabuk pengamannya. "Iya, makasih ya bang tumpangannya."

"Oke. Nanti kalau mau pulang langsung telepon ya. Terus kalau abang telepon, langsung diangkat ya" pesan Reno.

"Aduh iya abang cerewet"

"Bukan cerewet loh. Papa sama mama lagi di luar kota. Kalau ada apa-apa kan abang yang repot"

"Iya deh. Daaah" Nayla melambai lalu keluar dari mobil.

***

19.37 WIB,
Nabila sudah lama menunggu kedatangan Nayla di depan ballroom. Tak lama kemudian, Nayla akhirnya menampakkan wujudnya yang sedang mengenakan dress simple berwana hitam  dari ujung sana. Begitu Nabila sadar bahwa perempuan itu adalah Nayla, gadis tersebut langsung beranjak menghampiri Nayla.

"Nayla, kamu telat tiga puluh menit lebih. Acara tiup lilinnya udah lewat" tukas Nabila.

"Maaf, tadi macet bangett" ujar Nayla yang merasa bersalah.

"Oke-oke. Kamu dimaafkan. Ngomong-ngomong, ayo ikut aku" Nabila menarik lengan Nayla.

"Mau kemana?" Tanya Nayla.

"Mau jumpa kakek Zhavier. Beliau sudah menunggu mu"

"Zhavier-nya mana?"

"Lagi sama kakeknya. Yuk?"

Lantas hal tersebut membuat Nayla sedikit gugup. Ini pertama kalinya ia akan bertemu dengan kakek Zhavier. Ia sibuk memikirkan tentang bagaimana ia akan bereaksi nanti.

Begitu masuk ballroom yang penuh akan tamu undangan, Nabila menghentikan langkah lalu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

"Itu mereka. Kamu duduk disini dulu. Biar aku panggilkan kakek dan Zhavier" tutur Nabila seraya mempersilakan Nayla untuk duduk di sebuah kursi kosong.

"Ini, makan dulu hidangannya. Kamu pasti lapar karena kemacetan di jalan" lalu Nabila memberi sebuah nampan yang berisi berbagai jenis kue dan roti. "Jangan sungkan"

"Ah-- iya" kata Nayla lalu mengambil roti itu secara acak. Begitu Nayla memasukkan potongan roti tersebut ke dalam mulutnya, Nabila segera menghampiri kakek Zhavier dan Zhavier sendiri.

Saat baru saja mengunyah, Nayla memandang Zhavier, seorang pria tua, dan Nabila yang tengah berjalan menuju ke tempatnya. Dengan spontan, ia mengambil segelas air mineral yang ada di meja dan segera meneguknya agar roti itu segera masuk ke dalam perutnya.

"Ah, kamu sedang makan rotinya ya" kata Nabila saat mereka sampai tepat di hadapan Nayla.

Nayla pun berdiri menyambut kedatangan mereka bertiga namun saat hendak mengucapkan salam, Zhavier langsung melempari Nayla sebuah pertanyaan.

"Nayla, kenapa kamu bisa ada disini?" Laki-laki itu tampak terkejut.

"Untuk... menghadiri pesta ulang tahun kakekmu?" Jawab Nayla dengan polosnya.

"Beri tahu dia, Zhavier" tukas kakek Zhavier.

"Ah, anda pasti kakeknya Zhavier. Selamat malam, kek" Nayla membungkuk dengan sopan lalu menyalam sang kakek. "Selamat ulang tahun"

"Ah, iya. Terima kasih atas ucapannya" balas kakek Zhavier seraya tersenyum tipis. "Dan terima kasih telah repot-repot datang kesini"

"Tidak masalah, kek" ujar Nayla.

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang