Alternatif Ending (1)

374 15 7
                                    

(Lanjutan chapter 81-ending)

Ditengah malam, Nayla terbangun dari mimpi buruknya. Ia memandang sekitar. Ternyata benar ia sedang berada di rumah sakit. Ia tidak sedang bermimpi. Itu artinya, Zhavier benar-benar akan bertunangan dengan Nabila.

Nayla memandang Reno yang sedang tertidur pulas di sofa yang ada di sudut ruangan. Sementara Kevin, mungkin ia sudah pulang jam 9 tadi.

Beberapa saat kemudian Nayla teringat dengan perkataan Zhavier tadi. Laki-laki itu bilang bahwa ia akan menunggu sampai besok. Nayla yang penasaran pun beranjak dari kasurnya lalu diam-diam berjalan  ke luar ruangan tanpa membangunkan Reno sedikitpun.

Begitu membuka pintu, Nayla tersentak kaget saat melihat Zhavier yang tengah berpangku siku dan duduk menunduk. Laki-laki itu menepati perkataannya. Ia benar-benar menunggu disini.

Nayla pun berjongkok di hadapan Zhavier untuk dapat melihat wajah laki-laki yang menunduk itu. Lalu tiba-tiba saja Zhavier mendongak sehingga membuat Nayla mundur dari posisinya. Tampaknya laki-laki itu baru bangun dari tidurnya yang tidak nyaman.

"Nayla" kata Zhavier. Lalu ia memeluk gadis yang tersentak ke belakang itu. "Maaf--"

"Sudahlah Zhavier. Aku kesini untuk mendengar penjelasanmu" kata Nayla, masih dalam pelukan Zhavier.

Perlahan, Nayla melepaskan pelukan itu lalu duduk tepat di samping Zhavier. "Jelaskan" kata gadis itu.

Lalu Zhavier pun menjelaskan alasannya, tentang bagaimana ia terpaksa menerima pertunangan itu agar ayahnya lepas dari penjara, juga tentang ia yang akan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi disana agar bisa mengambil alih perusahaan kakeknya dan membatalkan pertunangan tersebut.

Nayla mulai terisak dalam tangis saat mendengar cerita Zhavier. "Kenapa kamu gak cerita selama ini?" Tanyanya.

"Maaf, Nay. Aku takut kamu sedih. Aku takut kamu pergi.... aku berniat untuk memberitahumu setelah aku mengambil alih perusahaan itu, tapi ternyata kakek tahu niatanku, beliau sengaja mengundangmu ke pesta itu dan dia memaksamu untuk tahu" kata Zhavier pelan.

"Kamu berniat untuk meninggalkanku tanpa penjelasan? Kenapa kamu berjuang sendiri untuk hubungan ini?" Nayla meraih pipi Zhavier lalu mengusapnya dengan lembut.

Zhavier menggenggam tangan yang mengusapnya itu. "Aku mau kamu duduk diam menunggu saja, aku tidak mau kamu sakit saat tahu pertunangan ini. Tapi rasaku, terlalu egois kalau aku memintamu untuk menunggu selama itu..."

Nayla menghela napas panjang. "Kalau itu yang kamu mau.... baiklah. Aku akan menunggu" tukas Nayla lirih.

Zhavier memandang Nayla dengan sepasang matanya yang tak percaya tentang apa yang barusan ia dengar dari gadis itu. "Ma-maksudnya?" Tanyanya untuk memastikan secercah harapan yang ia miliki.

"Aku akan menunggumu sampai kamu menyelesaikan studi di sana. Setelah kamu mengambil alih perusahaan kakekmu, kembalilah padaku, oke?"

"Nayla...." air mata Zhavier seolah siap tumpah. "Kamu benar akan menungguku?"

"Ya" Nayla mengangguk lemah lalu mengusap air mata yang jatuh lembut di pipi Zhavier. "Aku akan menunggumu" kata gadis itu.

Kontan, Zhavier menarik gadis itu ke dalam dekapannya, kini sepasang lengan miliknya mengurung gadis itu dengan sempurna di dalam pelukannya. Laki-laki itu tersenyum haru.

"Terima kasih" katanya seraya mengecup lembut dahi Nayla.

"Tapi, ingat. Kamu gak boleh macam-macam disana. Kamu harus ingat kalau aku menunggumu disini" kata Nayla seraya mengangkat kepalanya untuk dapat memandang Zhavier.

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang