Chapter 18

265 11 16
                                    

"Elvano, ini gimana ya caranya?" Tanya Calista. Ia menujukkan sebuah buku tulis berisi soal fisika yang tampaknya ia tak mengerti, jadi ia meminta Elvano untuk mengajarinya.

Elvano melirik buku tulis itu lalu menggumam. "Oh"

Elvano mengambil pensilnya dan mengerjakan soal yang ada di buku tulis milik perempuan itu. Ia menjelaskan bagaimana cara untuk mengerjakan soal itu. Alih-alih memperhatikan pengerjaan soal dari Elvano, Calista malah memandang Elvano dari dekat. Ia tak mendengar penjelasan dari Elvano yang padahal sedang menekuni soal yang ada di hadapannya.

"Sekarang udah ngerti?" Tanya Elvano seusai mengerjakan soal itu.

"Hm? Oh iya, makasih ya..." Calista manggut-manggut tidak jelas, ia masih berada di samping Elvano.

Calista adalah teman sekelas di sekolah sekaligus di tempat les yang sama dengan Elvano. Tampaknya perempuan itu tertarik dengan Elvano baru-baru ini. Sayangnya, Elvano cuek dan tidak menyadari Calista yang mungkin sudah berkali-kali mencoba menarik perhatiannya. Menyadari dirinya tak mendapat respon, tampaknya membuat Calista semakin berusaha untuk mendekati Elvano.

"Elvano, tadi enggak ikut lomba 17an?" Tanyanya basa basi.

"Enggak" jawab Elvano singkat.

"Oh, kalau besok?"

"Iya"

"Ikut apa?"

"Tarik tambang"

"Wah, berarti besok pulangnya sore dong?"

"Iya"

Keadaan diantara mereka sempat hening, walaupun sebenarnya di ruangan itu semua sibuk belajar dan saling berdiskusi satu sama lain.

"Besok antarin gue pulang kenapa hahaha, besok gak tau mau pulang sama siapa" kata Calista memberanikan diri.

Elvano sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab singkat.
"Gue gak bisa"

"Kenapa?"

"Ada janji"

"Ohh... oke" gumamnya pelan. Jawaban Elvano yang cuek itu merupakan penolakan secara tak langsung bagi Calista. Tapi tampaknya ia masih tak menyerah.

"Kalau kapan-kapan gimana? Heheh"

"Iya, lihat nanti ya" kata Elvano cepat.

Calista tersenyum senang karena jawaban Elvano masih memberinya harapan.

***

"Wah, hujannya deras banget, gak diduga-duga pula" kata Nayla sambil menatap tiap rintikan deras hujan di hadapannya.

"Iya ya, pasti gara-gara ini banyak perlombaan yang ditunda" kata Zhavier menanggapi.

"Kalau gini sih, gabakal bisa minta jemput sama Kevin. Deras banget"

"Pulang sama gue aja naa" ajak Zhavier tiba-tiba.

Nayla melirik Zhavier yang ada di sampingnya tanpa menggerakkan kepalanya.

"Gak ah" tolak Nayla cepat.

"Loh kenapa? Nolak terus nih, padahal gue udah usaha"

Nayla tertawa kecil.

"Kasih alasannya kenapa nolak" kata Zhavier tampak frustasi.

"Pertama, kamu pasti bawa motor. Sama aja. Basah. Kedua, kamu cuma bawa helm satu. Ketiga, aku gak boleh dianterin sama cowok."

Jawaban Nayla cukup masuk akal atas penolakannya.

"Oh, iya. Yang lo bilang bener semua sih" Zhavier mengangguk kecil. "Jadi lo pulang naik apa dong?"

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang