Chapter 79

126 8 3
                                    

Begitu informasi dari asisten rumah tangga sampai pada Zhavier, akhirnya ia pulang ke rumahnya setelah memastikan bahwa sang kakek tak lagi mampir ke sana.

Zhavier merebahkan tubuh dengan kasar di tempat tidurnya lalu menghela napas berat. Entah sampai kapan ia akan menghindar terus seperti ini. Ia sendiri sadar bahwa cepat atau lambat, Zhavier harus menghadapi masalah ini dan ia tak boleh lari.

Beberapa menit setelah tidur telentang, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar Zhavier. Lantas laki-laki itu membuka pintu kamarnya setelah ketukan itu berhenti.

Bibi ternyata.

"Ada yang cariin kamu. Kalau gak salah namanya bu Melva. Beliau nunggu di ruang tamu" tukas bibi itu.

"Tante Melva ya..?" Seingat Zhavier, wanita itu adalah sekretaris dari Ibunya. Lantas hal tersebut membuatnya bertanya-tanya tentang alasan wanita yang mencarinya itu. Jadi Zhavier segera berjalan menuruni tangga menuju ruang dimana Melva menunggunya.

"Zhavier" Melva mendongak saat Zhavier muncul di hadapannya. "Akhirnya kita bertemu juga" wanita paruh baya itu mengulurkan tangannya. "Maaf karena saya baru bisa bertemu denganmu sekarang karena jadwal yang padat"

Zhavier menyambut uluran tangan tersebut lalu duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu. "Maaf. Tante ada perlu apa ya?" Tanyanya.

"Ah, sebelumnya. Izinkan saya memperkenalkan diri, barang kali kamu belum mengenal saya. Saya Melva. Sekretaris ibu kamu" wanita itu memperkenalkan dirinya.

"Ah. Iya..."

"Kedatangan saya kesini adalah untuk memberi tahu kamu soal mendiang ibumu yang sudah mempersiapkan kebutuhan masa depanmu. Seperti tabungan, asuransi, dan untuk pendidikanmu kelak" jelas Melva seraya menyesap secangkir teh yang disediakan oleh bibi ART di rumah Zhavier.

Zhavier tertegun. "Mama mempersiapkan itu untukku?"

"Ya. Bahkan apartemen waktu itu pun memang dipersiapkan untukmu sejak awal"

Zhavier mengerjapkan matanya berkali-kali karena masih sulit percaya. "Kenapa mama melakukan itu?"

"Sejujurnya, sejak dulu ibumu selalu ingin kamu lepas dari keluarga ini. Dia tidak mau kamu terpenjara dengan bisnis-bisnis keluarga ini. Maka itu, dia ingin kamu sekolah di luar negeri lalu kerja dan mendapat penghasilanmu sendiri, bukan lagi penghasilan dari perusahaan keluarga"  tukas wanita itu.

"Apa yang dimaksud mama adalah masalah perjodohan keluarga?" Tanya Zhavier.

"Iya" jawab Melva singkat.

"Sudah terlambat, tan. Kakek sudah menyuruhku.... tidak, kakek memaksaku untuk melakukan pertunangan"

Melva menghela napas lalu meletakkan secangkir teh yang tadi dia minum ke meja yang ada di hadapannya. "Ya. Saya sudah dengar soal pertunangan itu dari berbagai sumber. Jadi saya kesini sekalian menawarkan bantuan. Apakah kamu mau saya bantu?"

Sebelah alis Zhavier terangkat. "Bantu bagaimana, tan?" Tanyanya penasaran.

"Begini. Karena kakekmu tidak akan menyerah sampai kamu menerima pertunangan tersebut, maka pertama-tama adalah terima pertunangan tersebut. Bertunanganlah dengan Nabila"

Zhavier mengernyit samar. "Itu bukan solusi, tante"

"Tunggu. Saya belum siap"

"Ah-- baiklah..."

"Lalu, setelah kamu bertunangan dengan perempuan itu, segeralah pergi ke luar negeri untuk alasan berkuliah disana. Saya akan mengurus segala keperluanmu disana. Sebab saya sudah membicarakan ini dengan orang tua ibumu alias kakek dan juga nenekmu. Mereka turut setuju dengan ini. Mereka juga mau membantumu dalam menyelesaikan kuliah disana. Asalkan kau benar-benar kuliah disana"

SWEET PEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang