PRAETERIUM - 1

4.5K 378 96
                                    

Kau dan aku terikat oleh takdir masa lalu.

*********

Aktivitas kendaraan yang berlalu lalang di sebuah jalan raya besar di kota Bangkok itu sangat padat merayap, membuat seorang pria yang terjebak di antara kemacetan itu, hanya bisa menghela nafas beratnya, sambil terus menatap ke arah jam yang terpasang manis di tangannya.

Pandangan mata pria itu menatap ke arah luar jalanan, menatap deretan mobil yang berjejer di sepanjang jalan, mununggu giliran mereka untuk melajukan mobilnya.

Dengan perlahan pria itu menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudinya, sambil tangannya mengetuk-ngetuk setir mobilnya, pria itu menyalahkan musik untuk mengalihkan rasa bosannya, namun tiba-tiba ketika musik itu berkumandang, pria itu hanya terdiam seperti tengah mengingat sesuatu hal yang coba untuk di lupakan.

Hanya saja pria itu dengan cepat menepis apa yang dirinya pikirkan, dan langsung melajukan mobilnya ketika suara klakson dari mobil yang ada di belakangnya terdengar cukup kencang dan mengganggu karena harusnya dirinya sudah harusnya dirinya melajukan mobilnya dari tadi.

Pria itu terus mengendarai mobilnya menelusuri jalan raya itu, sampai akhirnya menepikannya di sebuah toko kue yang terlihat sangat besar, serta berdiri kokoh di pinggiran jalan.

Perlahan pria itu keluar dari dalam mobilnya dan berjalan memasuki toko itu, untuk mengecek apakah para pekerjanya mengerjakan tugas mereka dengan baik.

Saat melihat pria itu semua orang langsung memberikan salam pada boss mereka, tetapi pria itu hanya memasang wajah dinginnya.

"Meja itu masih berdebu! Bersihkan yang benar! Cepat lakukan sebelum ada pelanggan yang datang."

Hanya itu yang di ucapkan oleh pria itu, sebelum melangkahkan kakinya menuju ke ruangannya, pria itu tidak bisikan demi bisikan yang tertuju padanya, dari beberapa pegawainya.

Singto nama pria itu, dia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain. Jika mereka mau berkerja mereka harus menuruti apa yang dia katakan, jika tidak cari saja pekerjaan di tempat lain, memangnya itu mudah?

Tidak, hingga pada akhirnya mereka hanya bisa membicarakannya di belakangnya. Hanya saja itu seperti sebuah angin lalu bagi Singto, itu sudah biasa, Singto sudah kebal dengan berbagai macam sindiran ataupun kata-kata yang menyakitkan.

Semua itu yang membuatnya bisa menjadi seperti ini. Sudah terlampau banyak rasa sakit yang dia rasakan, sampai Singto tidak yakin dengan dirinya sendiri, hanya saja sekarang dia bukan pria yang dulu, seorang pria yang tidak bisa berbuat apapun, seorang pria yang tidak berguna bagi orang lain.

Tok. Tok. Tok.

Tiba-tiba saja suara ketukan pintu terdengar cukup pelan tertangkap oleh pendengarannya, hingga pandangan mata Singto pun beralih ke arah pintu kecoklatan tua itu, sebelum mengatakan sesuatu.

"Masuk."

Tidak lama kemudian, masuklah seorang pria yang merupakan salah satu pegawainya, Plan pria itu berjalan perlahan-lahan ke arah Singto, dan kemudian menghentikan langkah kakinya di depan meja Singto.

"Ada apa?"

"Saya sudah menemukan koki baru untuk toko kita."

Singto menatap ke arah pria itu dengan serius sekarang, "Benarkah?"

Plan menganggukan kepalanya, sambil menatap ke arah Singto dengan kagum, ketika melihat wajah tampak bossnya itu yang biasanya di lihatnya dari kejauhan sekarang dia bisa melihatnya dari dekat, karena Singto jarang kesini, bossnya kesini itu hanya di hari-hari tertentu saja, untuk mengecek pekerjaan mereka, setelah itu Singto langsung pergi lagi.

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang