PRAETERIUM - 20

2.9K 225 20
                                    

Suara tangisan tertangkap samar-samar pada pendengaran Singto yang tengah tertidur, membuat pria itu langsung membuka matanya dan terkejut mendapati Krist menggeliat tidak tengah dengan kedua kelopak mata yang terpejam sempurna, akan tetapi bibirnya mengeluarkan isakan pelan. Singto menyentuh kening Krist yang kini di penuhi keringat dingin. Dengan cepat Singto menepuk-nepuk pipi Krist pelan, mencoba untuk membangunkan prianya itu.

Krist yang berhasil membuka matanya, langsung terlonjak kaget begitu melihat Singto dan berteriak, meringsutkan dirinya menjauh dari pasangannya itu.

"Krist...."

Pria manis itu nampak ketakutan dan meskipun Singto memanggilnya Krist tak menyahuti ucapannya, justru menutupi wajahnya dan ingin kabur. Sontak saja Singto langsung menahannya mengarahkan pria itu untuk menatap wajahnya lekat-lekat.

"Ini aku, kau kenapa?"

"Phi Sing?"

"Iya. ini Phi, sayang."

"Phi Sing?"

"Ini aku suamimu. Kau kenapa?"

"Phi Sing, hikss ... Hikss...."

"Ssttt, jangan menangis."

"Aku takut."

"Tidak perlu takut, ada aku di sini."

Tidak ada jawaban apapun dari Krist. Pria manis itu menangis terisak di bahu Singto, sembari memeluknya erat, tak mau melepaskan, bersikap seolah jika ia melepaskan pasangannya Krist tak akan bertemu lagi dengan Singto.

"Kau bermimpi buruk?"

"Aku tidak apa-apa."

"Aku tahu kau tidak apa-apa dan akan baik-baik saja."

Diusapnya punggung Krist pelan, memberikan sedikit kekuatan yang ia miliki pada pasangannya, memberikan isyarat secara tak langsung, jika Krist tak sendirian di sini. Masih ada Singto yang dengan setia menemaninya.

Singto tahu kalau Krist pasti memiliki sedikit trauma dengan kejadian yang menimpanya tempo hari. Tidak mungkin tak meninggalkan bekas, sebab Singto tahu kebahagiaannya dan Krist baru saja terenggut karena hal itu.

Namun, Singto tak mau membahasnya terlalu dalam. Bukan karena ia tak peduli tetapi Singto memikirkan perasaan Krist, kalau Singto yang tidak secara langsung merasakannya saja merasa sakit, apalagi Krist yang mengalami hal ini secara langsung. Singto sadar ini pasti sangat membekas pada ingatan Krist.

Ketika Krist sedikit tenang, Singto mengambilkan segelas air untuk pria manis itu minum, supaya pikiran Krist sedikit teralihkan.

"Istirahat lagi, ini masih terlalu pagi untuk bangun."

Bayangkan saja ini masih pukul satu pagi, jika tidak melanjutkan tidurnya Singto takut Krist akan bertambah sakit karena kurang tidur, Singto tahu Krist juga sedang banyak pikiran akhir-akhir ini. Singto tak mau kesehatan Krist terganggu lagi, baru saja pasangannya itu keluar dari rumah sakit.

"Aku tidak bisa tidur."

Singto membaringkan tubuh Krist di atas tempat tidur, lalu mendekapnya, "Aku juga tidak akan tidur jika seperti itu."

"Tidak perlu memikirkan aku."

"Bagaimana bisa seperti itu? Kecuali kau bukan siapa-siapaku baru aku bisa tidak peduli. Coba katakan padaku apa yang mengganggu pikiranmu?"

"Tidak ada."

Tangan Singto meraih tangan Krist, memasukan jemarinya pada sela-sela jari-jari tangan Krist sebelum menggenggamnya dan membawanya ke arah wajahnya sendiri, lalu memberikan sebuah kecupan manis pada punggung tangan Krist.

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang