PRAETERIUM - 4

2.9K 332 48
                                    

Di saat kau sadar jika hatimu masih tidak berubah, sedikit memperjuangkannya, mungkin adalah pilihan yang tepat.

~*~*~*~*~*~

Seperti biasanya Krist tengah berkerja pada sore hari di toko kue Singto, tidak ada yang berubah. Pria itu yang sekarang menjabat sebagai bos disini tetap saja bertindak sewenang-wenang terhadapnya, selalu memarahi Krist meskipun Krist tidak tahu di mana letak kesalahannya. Bahkan Krist lebih sering menerima omelan Singto daripada bekerja.

"Jangan di pikirkan phi."

Krist hanya menganggukkan kepalanya kepada Gun, yang entah kenapa beberapa hari ini, semenjak mengetahui Krist bekerja disini, pria mungil itu selalu datang ke toko lalu membantunya, bersikap baik pada Krist, membuat Krist agak tidak nyaman. Gun masih seperti dulu dan mengganggap Krist masih seperti kakak iparnya sendiri, padahal hubungannya dan juga Singto sudah sangat lama berakhir.

Tidak keduanya sadari ada sepasang mata yang mengawasi gerak-gerik kedua pria yang tengah ada di dapur itu. Mata pria itu hanya terfokus ke arah pria manis yang tengah membuat adonan kue di bantu oleh adiknya itu. Singto pria itu terus saja menatap ke arah kedua pria itu tanpa berkedip sedikitpun, hanya saja ketika Gun tidak sengaja menatap ke arah tempat Singto berada, dengan sigap Singto langsung berjongkok tidak mau adiknya tahu jika dari tadi Singto mengawasi mereka dari kaca yang ada berada di luar dapur, namun hal itu menimbulkan pertanyaan dari beberapa pegawainya yang aneh melihat boss mereka berjongkok sambil bersandar pada dinding bak seorang pencuri.

"Boss sedang apa disana?"

Singto langsung menempelkan satu jarinya di bibir, mengisyaratkan agar salah satu pegawai wanitanya itu diam, tidak berbicara lagi, hanya saja pegawainya itu tidak mengerti apa yang Singto katakan.

"Hah? Maaf boss saya tidak mengerti."

"Diam, Diam. Jangan berisik!"

"Saya tidak mendengarnya, bisa berbicara lebih kencang lagi, boss?"

"Astaga! Diam! Pergi bekerja sana!"

Singto setengah berteriak, kesal karena wanita itu mengesalkan, untung saja pegawainya tadi sudah bekerja lama disini, jika tidak pasti Singto akan memecatnya.

"Phi Sing kenapa kau ada disini?"

Suara itu sontak saja membuat Singto kaget, ketika adiknya keluar dari dapur bersama dengan Krist, dan menatap Singto dengan pandangan aneh.

"Sedang melihat dinding, sepertinya aku harus mengecatnya ulang warnanya sedikit kusam."

"Hah? Kita belum sampai satu bulan mengganti cat ini, lagipula ini masih bagus, kusam dari mananya?"

Pria berkulit Tan itu, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Benarkah? Sepertinya aku lupa."

"Kenapa kau ada disini?"

"Ini tokoku kenapa kau bertanya seperti itu? Terserah akukan mau apa. Aku yang harusnya bertanya untuk apa kau disini?"

"Aku bekerja paruh waktu disini."

"Kau kekurangan uang sampai harus bekerja? Sekolah saja yang benar."

"Aku kesepian lagipula lebih baik aku bekerja dan menghasilkan uangkan, dari pada keluyuran bersama teman-teman."

"Bagaimana jika sekolahmu terganggu?"

"Tidak, aku hanya kesini jika ada waktu luang saja."

"Terserah padamulah."

Setelah mengatakan hal itu, Singto langsung berjalan pergi, tanpa melihat dan menengok pada Krist sama sekali, Singto bersikap seperti Krist itu tidak ada. Tentu saja Krist merasakannya, jika Singto mengabaikannya, pria itu selalu berbicara padanya untuk marah-marah, dan menghinanya, lalu setelah itu bersikap seolah tidak mengenal Krist, bahkan melihat ke arah Krist saja tidak mau.

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang