PRAETERIUM - 12

2.9K 312 46
                                    

"Phi tidak pergi hari ini?"

Tanya Gun, dengan heran ketika mendapati Singto tengah memperhatikan Krist yang tengah membersikan lantai bawah rumahnya, dari lantai atas sembari terus mengulum senyumannya.

"Tidak, kau sudah siap?"

"Sudah, ayo pergi."

Ajak Gun pada Singto, karena kakaknya itu akan mengantarnya untuk pergi ke sekolah, meskipun Gun merasa jika dirinya ini bagaikan anak TK yang tidak bisa lepas dari induknya.

Bagaimana bisa lepas, jika induknya galak seperti Singto, hobinya selalu saja marah-marah, serta mengomeli semua orang, padahal tidak salah apapun disini, bahkan sering bersikap seenaknya pada orang lain, hingga ketika ada orang yang mau mendekatinya, orang itu harus berpikir ratusan kali dulu sebelum berani mengambil langkah itu.

"Tidak ada yang tertinggal, coba cek dulu. Ini masih pagi, untuk apa kau meminta phi untuk mengantarmu ke sekolah?"

Singto menatap curiga kepada adiknya, bahkan masih ada waktu sekitar 2 jam lagi sebelum jam masuk sekolah adiknya itu, karena jaraknya dari rumahnya kesana cukup dekat, jadi untuk apa Gun pergi lebih awal, membantu tukang kebun memangkas rumput?

"Ada tugas kelompok yang belum aku kerjakan, jadi aku dan yang lain, ingin pergi lebih awal supaya bisa mengerjakannya bersama-sama, tugasnya harus di kumpulkan pada mata pelajaran terakhir."

"Kau itu selalu seperti ini, berhenti main game, dan sekolah dengan benar. mau jadi apa kau itu."

"Jadi seperti phi."

"Baiklah, ayo."

Tangan Singto merangkul bahu Gun, mengajak adiknya turun, sembari terus saja menatap ke arah Krist, seolah enggan beranjak pergi meninggalkan rumahnya dan meninggalkan Krist.

"Phi Krist, nong pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik, jangan rindu padaku nanti siang nong pulang."

Gun mengedipkan matanya genit pada Krist, membuat Singto menjitak kepala Gun, karena berani sekali bergenit ria pada Krist di hadapannya, padahal sudah Singto bilang agar Gun jangan pernah untuk merayu Krist, sebab Singto tidak suka itu.

"Jangan jahat phi."

"Jangan genit."

"Aku mencium aroma kecemburuan disini."

Sindir Gun, sembari menjulurkan lidahnya ke arah Singto, dan berlari pergi meninggalkan Singto membuat Singto kesal, sembari berlari menghampiri Gun, meninggalkan Krist yang tengah sibuk mengepel lantai itupun heran akan tingkah keduanya, yang selalu saja bertengkar jika bertemu.

*

Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Krist langsung pergi ke rumah sakit untuk menengok anaknya, sebab di siang hari Leisha selalu saja sendirian, tidak ada yang menjaganya, sementara ibunya pergi untuk melihat keadaan ayah Krist, sehingga anak itu selalu bermain sendiri di siang hari, kemarin malam Krist tidak bisa kesini dan menjenguk putrinya.

Ketika Krist sampai di ruang rawat inap anaknya, pria manis itu mendapati Leisha yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya, dan terlihat bosan. Begitu melihat kedatangan Krist, wajah gadis kecil itu langsung senang, dan memposisikan dirinya untuk duduk meskipun masih dengan kesusahan, kakinya masih terasa sakit jika di gerakan, akibat benturan yang terjadi pada kecelakaan tempo hari.

"Papa datang."

"Iya, bagaimana kabarmu sayang pagi ini?"

"Leisha baik."

Gadis kecil itu merentangkan kedua tangannya, meminta Krist untuk memeluknya dengan segara, membuat Krist tanpa berpikir panjang memeluk tubuh rapuh putrinya itu dengan erat.

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang