Tengah malam, Krist terbangun dari tidurnya, dan perlahan-lahan mencoba untuk membangunkan anaknya. Krist tahu jika hal ini sangatlah kekanak-kanakan, hanya saja Krist tidak tahu apa lagi yang harus dirinya lakukan sekarang, mengingat apa yang terjadi pada keluarganya, dan semua yang terjadi pada hidupnya, itu membuat Krist takut.
Tidak perduli Singto masih suaminya atau tidak, meskipun dalam hatinya Krist merasa sedikit senang, jika ternyata selama ini Singto memang tidak pernah melupakannya sedikitpun, tetapi yang Krist takutkan jika mertuanya itu mencelakai anaknya lagi.
Leisha tidak salah apapun, bukan berarti karena seseorang yang melahirkannya adalah seorang laki-laki, itu berarti anaknya tidak layak untuk hidup. Krist tidak bisa jika terjadi sesuatu pada anaknya lagi.
"Leisha, sayang?"
Panggil Krist dengan suara yang pelan, sembari mencolek-colek pipi anaknya lembut, hingga gadis kecil itu melenguh kecil dan menatap ke arah Krist dengan mata setengah terpejam.
"Papa...."
"Iya," di usapnya pipi anaknya itu, "sayang, bangun sebentar ya? Kita harus pulang ke rumah kakek, nanti di perjalanan leisha bisa tidur lagi."
Anggukan kecil keluar dari leisha, sebelum anak kecil itu memposisikan dirinya sendiri untuk duduk, Krist langsung memakaikan sebuah jaket kecil pada leisha untung saja Krist membawa jaket anaknya yang biasanya di peluk Krist ketika pria itu merindukan anaknya, hanya saja Krist tidak bisa bertemu dengan leisha.
"Bagaimana dengan Daddy?"
Krist terdiam mendengar apa yang anaknya tanyakan, mencoba menjelaskan segalanya hanya saja Krist tidak bisa, "Paman itu yang selama ini menjengukmu di rumah sakit dan yang menyuruh Leisha memanggilnya Daddy?"
"Iya."
Seulas senyuman tersungging di bibir Krist, sembari mengusap kepala anaknya itu pelan, "Paman itu memang Daddy leisha."
"Daddy sungguhan?"
"Iya, Daddy yang selama ini Leisha tanyakan itu orang yang sama dengan paman yang Leisha panggil Daddy sekarang."
"Sungguh?"
"Iya, sayang."
"Tapi kenapa kita pulang papa? Leisha masih mau main sama Daddy."
"Tidak bisa sayang, ikut papa pulang ya?"
"Iya."
Dengan cepat Krist mengambil sesuatu yang menurutnya penting saja, dan memasukannya ke dalam tas ransel, lalu mengendong anaknya untuk membawanya pergi dari sini.
Krist tahu jika caranya ini tidak baik, pergi diam-diam tanpa memberitahu Singto, akan tetapi jika Krist mengatakannya pasti Singto akan melarangnya untuk pergi.
Suasana rumah Singto di malam hari sangat gelap, dan juga sepi membuatnya untuk berjalan perlahan-lahan menuju pintu, akan tetapi baru saja Krist ingin membuka pintu rumah itu, tiba-tiba saja lampu ruangan itu menyalah menampilkan sosok Singto yang berjalan terburu-buru ke arah Krist yang hendak kabur keluar rumah itu, saat tahu jika aksinya ketahuan oleh Singto.
"Mau kemana?"
"Biarkan aku pulang phi."
"Tidak bisa."
"Phi aku mohon."
Singto menggelengkan kepalanya, dan mengambil alih putrinya dari gendongan Krist, mendekapnya erat. tega sekali Krist mau membawa anak mereka pergi, tidak tahu jika Singto sangat ingin lebih mengenal lebih dekat lagi dengan putrinya itu.
"Sayang, mau disini bersama daddykan?"
Leisha menatap ke arah Singto lalu ke arah Krist, tetapi anak itu mengingat apa yang di katakan oleh papanya tadi, membuat anak itu memeluk Singto dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]
Fanfiction( completed ) Blurb : Kisah ini berawal dari kedua pria yang di pertemukan oleh sesuatu perasaan yang bernama CINTA, hingga memulai kehidupan baru juga atas dasar CINTA, hanya saja ternyata hidup tidak seindah yang mereka bayangkan, sampai akhirnya...