PRAETERIUM - 2

3.6K 347 24
                                    

Dendam hanyalah sebuah tameng untuk mengubur kesedihanmu yang mendalam.

~*~*~*~*~*~

Dengan sangat amat ragu, seorang pria manis kini tengah berdiri tepat di pinggiran jalan raya, menatap sebuah toko kue yang berdiri kokoh pada hadapannya saat ini.

Ekor mata Krist menatap ke arah plang toko yang bertuliskan Biyen itu, nama toko kue milik Singto.

Krist tidak tahu harus merasa senang atau justru sebaliknya, padahal dirinya saat ini mendapatkan pekerjaan yang dirinya inginkan, hanya saja Krist merasa keputusannya untuk pergi kesini itu adalah sebuah kesalahan.

Karena dirinya tahu jika singto pasti tidak menyukai kehadirannya disini, Krist sama sekali tidak tahu jika toko ini milik Singto sebelumnya, saat temannya menawarinya sebuah perkejaan yang bisa dirinya lakukan, tanpa berpikir panjang Krist mau menerimanya, hitung-hitung untuk menambah penghasilannya, meskipun saat ini dirinya ragu, hati kecilnya berkata agar Krist masuk ke dalam sana, sebab Krist sangat membutuhkan pekerjaan ini, namun egonya berkata lain, menyuruh agar Krist cepat pergi dari sini, tidak mau harga dirinya nanti akan di injak oleh Singto.

Hanya saja di antara harga diri dan uang, manakah yang lebih penting untuknya sekarang?

Hidup ini membutuhkan uang, dan inilah cara satu-satunya untuk mendapatkannya, karena banyak pengeluaran yang harus di tanggungnya.

Pria manis itu melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam sana, tanpa memikirkan apapun lagi, percuma dirinya mementingkan harga dirinya, sebab harga dirinya itu tidak akan pernah memberikan Krist makan, dan juga kehidupan yang lebih baik lagikan, jika dirinya tidak berusaha untuk menghadapi segalanya, semuanya akan terus berakhir menjadi seperti ini, dan akan terus seperti ini, tidak akan ada yang berubah, kecuali Krist mau merubahnya sendiri.

*

Pandangan mata Singto tidak lepas dari sosok Krist yang baru saja menginjakkan kakinya pada toko kuenya. Pria itu membuang nafasnya kasar, sembari melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangannya sendiri, Singto tidak tahu ini adalah sebuah hal bagus atau hal bodoh yang dirinya lakukan dengan membiarkan mantan istrinya itu berkerja disini.

Sebenarnya Singto malas, melihat wajah Krist saja Singto muak, tidak ingin menatap pria manis itu, karena itu bisa membuat luka lamanya yang sudah di kuburnya dalam-dalam akan terkuak suatu saat di permukaan.

Jemari pria itu mengetuk-ngetuk mejanya dengan tidak tenang, haruskah dia melihat Krist di dapur restorannya, atau membiarkannya begitu saja, melihat apa yang akan Krist buat untuknya.

Singto ingin tahu kemampuan Krist, meskipun sebenarnya Singto tidak meragukannya, namun egonya mengatakan padanya harus mengusir pria itu jauh-jauh dari hidupnya sekarang, karena rasa sakit yang Singto rasakan dulu masih membekas di dalam hatinya sampai saat ini.

Entahlah dirinya pusing memikirkan hal itu sekarang, terlalu pusing sampai membuat isi kepalanya hampir meledak saat ini, hanya untuk memikirkan sesuatu yang tidak berguna, memikirkan Krist.

Sempat singto berpikir, kenapa dari banyaknya toko di kota ini, Krist mau bekerja disini?

Padahal banyak yang bisa Krist datangi bukan hanya disini saja, hingga akhirnya dirinya bertemu lagi dengan pria manis itu, setelah bertahun-tahun tidak saling melihat satu sama lainnya.

"Ahhh, Terserahlah. Pusing aku memikirkannya."

Tangan Singto menggebrak meja dengan kencang, sebelum bangkit dari tempat duduknya, untuk melihat apa yang Krist lakukan, jika pekerjaannya tidak benar, Singto tidak akan segan-segan memecatnya langsung, untuk apa mempertahankan seseorang yang tidak bisa apapun kan?

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang