Ending

4.4K 255 36
                                    

Angin berhembus samar-samar ke arah kedua pria yang kini tengah berdiri di depak bangunan kokoh tepat pada hadapan keduanya, dengan kedua anak yang menatap mereka tak sabaran. Ingin segera memasuki tempat itu.

"Daddy, buka gerbangnya."

"Sabar, sayang."

Singto membuka gerbang hitam di hadapannya, hingga Gun berserta Leisha berlari masuk ke dalam sana sambil memasang wajah gembiranya.

"Mereka itu benar-benar."

"Anak kecil memang seperti itu."

Tenangkan Krist, sebab tingkah anak kecil memang seperti itu, begitu antusias dengan hal baru yang akan mereka kunjungi, akan tetapi ketika sudah sampai di titik rasa penasaran yang terpenuhi, segalanya akan berlalu begitu saja nantinya.

"Halamannya luas, aku bisa bermain bola dengan Leisha di depan."

"Kau pikir Leisha pria mengajaknya main bola?"

Gun tak memedulikan kakaknya dan mengajak keponakannya untuk menaiki tangga, menuju teras rumah baru mereka, masih menikmati eforia kesenangan karena mendapatkan rumah baru. Remaja mungil itu berjalan ke arah lantai pembatas menuju teras mereka, menatap lurus ke depan.

"Dari sini aku bisa mengawasi apa yang ada di bawah."

"Paman. Ayo,masuk!"

Teriakan gadis kecil itu membuat sang paman yang masih terpaku pada sekitaran anak tangga di depan teras rumah mereka itu langsung berlari menyusul yang lainya, ketika melihat kakak berserta kakak iparnya sudah memasuki rumah itu terlebih dulu.

Sama seperti rumah baru pada umumnya, barang-barang di sana belum tertata rapi meskipun sudah lengkap, banyak kain putih yang menutupinya.

"Phi tidak punya waktu untuk menyuruh orang membersikannya kemarin."

"Tidak apa-apa, aku bisa melakukannya."

"Aku akan membantumu jika seperti itu."

"Memang Phi tidak bekerja?"

Singto menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku akan menemani kalian beberapa hari ini."

Krist hanya mengganggukkan kepalanya, lalu menelusuri tempat itu lebih dalam lagi, di ikuti oleh putri kecilnya yang selalu tak mau ketinggalan kemanapun Krist pergi.

Pria manis itu melangkahkan kakinya menuju halaman belakang, membuka pintu kaca transparan itu, setelah menyibak tirai panjang yang membungkusnya. Hal pertama di dapatinya ialah sesuatu yang menyejukkan kedua manik hazelnya.

Sebuah lengan kekar melingkar manis secara tiba-tiba di area perutnya, sebelum sebuah dagu kini perlahan menempel pada bahunya.

"Phi Sing...."

"Eummm."

"Lepaskan, nanti anak-anak melihat."

"Mereka sedang bermain di depan."

Pria itu menenangkan pasangannya, jika ada mereka mana mungkin Singto melakukan hal seperti ini. Baru saja Gun mengajak keponakannya untuk mencoba bermain di halaman baru mereka.

Tangan Krist menyentuh tangan Singto dan menggenggam sesuatu yang kini memeluknya cukup erat, membiarkan keduanya di posisi yang sama selama beberapa saat.

"Kau suka tempat ini?"

"Aku menyukainya."

"Benarkah?"

"Kemanapun kau membawaku pergi, aku akan menyukainya, karena yang terpenting itu bukan kemana kita pergi dan tinggal. Namun, dengan siapa kita akan pergi serta tinggal."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang