Hanya cahaya remang-remang yang kini menyelubungi sebuah kamar, itulah yang mendominasi keadaaan. Kesunyian menghiasi malam hari itu, tidak ada suara apapun yang terdengar di dalam sana, kecuali bunyi jam yang berdetak perlahan, mengikuti alur waktu yang berputar.
Krist tengah tertidur dengan pulas, dengan selimut yang membungkus tubuhnya, sebuah dengkuran halus keluar dari mulut pria manis itu, dengan mata yang terpejam erat. Krist membalikan tubuhnya ke arah samping mencari kenyamanan untuk semakin terlelap di dalam tidurnya. Namun ketika berbalik tangannya tidak sengaja menyentuh sesuatu di atas ranjangnya yang kosong, hingga Krist membuka matanya sedikit, terlihatlah sosok pria yang kini tengah tersenyum manis ke arahnya.
Sungguh Krist heran, apa ini sebuah mimpi, kenapa dia bisa melihat Singto ada disini?
Bisa Krist rasakan lembutnya jemari Singto yang mengusap pipinya pelan, Krist menangkap tangan pria itu dan menggenggamnya erat.
Mungkin saja Krist tengah berhalusinasi sekarang, sebab Singto yang ada di hadapannya saat ini, berbeda dengan Singto yang biasanya di temui. Singto yang ini tidak memandangnya dengan kesal, dan juga selalu saja mencari-cari kesalahan Krist, tetapi yang ini berperilaku sangat lembut, sama seperti di dalam mimpi Krist sebelumnya.
Membuat pria manis itu tetap memejamkan matanya, akan tetapi beringsut mendekat ke arah Singto, merengkuh pria yang ada di hadapannya itu untuk masuk ke dalam pelukannya, sebelum Krist kembali ke alam mimpinya, melanjutkan tidurnya yang sedikit terganggu.
Sementara seseorang yang di dekap oleh Krist, menatap ke arah pria manis itu dengan dalam, tangan Singto balas mendekap tubuh Krist, mencoba untuk menyalurkan kerinduan yang terpendam untuk pria manis itu.
Ya, itu memang Singto. Entah keberanian dari mana yang merasukinya, hingga Singto sampai bisa nekat masuk ke dalam kamar Krist, dan berbaring di samping pria manis itu. Singto kira tadi dirinya ketahuan oleh Krist, akan tetapi Krist sepertinya masih belum sadar jika Singto memang benar-benar ada disini, bahkan memeluk Singto dengan sangat erat seolah tidak mau Singto pergi dari sisinya.
Pria berkulit Tan itu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap Krist yang masih saja setia pada tidurnya, ekor mata Singto menatap ke kiri dan ke kanan, mencoba menelusuri keadaan di sekitarnya, setelah di kiranya aman, Singto langsung mengecup bibir merah muda milik Krist dengan pelan, sekedar menempelkan kedua lapis bibir mereka, setelah itu menjauhkan wajahnya, dan membenamkan wajahnya pada dada Krist, menghirup aroma memabukkan pria manis itu dalam diam, menikmati apa yang bisa dirinya rasakan saat ini.
Singto tidak mengambil kesempatan, nyatanya Krist yang lebih dulu memeluknya, jadi jangan salahkan Singto jika mengambil hal lebih dari Krist.
*
Ketika pagi hari, begitu Krist membuka matanya. Pria manis itu terkejut mendapati Gun tengah berbaring miring di atas tempat tidurnya, sembari bertumpu pada sikunya, menatap ke arah Krist dengan polosnya.
"Oi, nong kau mengagetkan phi."
"Phi kaget aku disini, menggantikan sosok yang sebelumnya ada disini?"
Krist yang baru saja membuka matanya, belum bisa mencerna apa yang Gun katakan, Krist menatap Kris arah jam yang terpasang di dinding, ini baru pukul 5 pagi, untuk apa Gun sudah ada disini.
"Sejak kapan kau disini?"
"Baru saja, ingin mengajak phi Krist lari pagi."
"Lari pagi?"
"Iya, ayo kita pergi."
"Hanya berdua?"
Alis Gun bertautan mendengarnya, "Memang siapa yang mau phi ajak? Jangan bilang jika...." Gun kenaikan salah satu alisnya menggoda Krist, sembari mencolek pipi Pria manis itu, "Phi mau aku mengajak phi Singto ya? Hayoo, mengaku saja?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]
Fanfiction( completed ) Blurb : Kisah ini berawal dari kedua pria yang di pertemukan oleh sesuatu perasaan yang bernama CINTA, hingga memulai kehidupan baru juga atas dasar CINTA, hanya saja ternyata hidup tidak seindah yang mereka bayangkan, sampai akhirnya...