Ketika kau tidak sanggup bertahan, lihatlah kembali apa yang sudah kau miliki, itu membuatmu sedikit sadar jika kau bisa melewatinya.
*~*~*~*~*
Dengan tergesa-gesa Krist turun dari motor temannya, ketika keduanya sampai pada rumah kecil yang terletak di pinggiran kota, keadaan sekitarnya sangat sepi, bahkan tidak ada satupun kendaraan yang melewati jalanan di depan rumah itu. Hingga daerah itu terlihat amat begitu terpencil.
"Aku tunggu di luar saja."
"Masuk saja tidak apa-apa, di luar dingin Amp."
Mendengar hal itu Amp mengganggukan kepalanya dan berjalan mengekori Krist, kedua pria itu melangkahkan kakinya sampai di depan pintu kayu yang terlihat sangat rapuh itu, mengetuk-ngetuknya pelan, sebelum beberapa kemudian pintu itu terbuka perlahan, menampilkan sosok wanita paruh baya, yang tersenyum hangat pada kedua pria itu.
"Mae..." Panggil Krist, sembari melihat ke arah dalam rumah itu, "dimana dia? Kenapa Mae tidak memberitahuku sebelumnya?"
"Ada di kamar, ayo masuk tidak baik berbicara di luar."
Krist langsung memasuki rumah itu, dan menengok kan kepalanya kepada Amp, "Aku pergi sebentar, tunggu aku ya."
"Iya, aku akan menunggu disini bersama bibi."
Setelah mendengar hal itu, Krist langsung berjalan ke arah sebuar kamar dan masuk kedalamnya, hal yang pertama kali dirinya lihat ialah sosok gadis kecil yang tengah berbaring di atas tempat tidur ukuran kecil yang terletak di ujung ruangan sempit itu, dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
Dengan cepat Krist segera menghampirinya, dan mengecek kondisinya serta suhu tubuh anak itu. Di peluknya pelan gadis yang tengah berbaring itu, sembari mengecup ujung kepala anak itu dengan lembut.
Tap.
Tap.
Tap.
Suara langkah kaki seseorang mendekatinya, membuat Krist menengokkan kepalanya ke arah belakang, menatap wanita paruh baya yang merupakan ibunya itu dengan berkaca-kaca.
"Mae kenapa tidak bilang jika Meleisha sakit? Krist bisa pulang jika tahu dia ingin bertemu denganku."
"Maaf, Mae hanya tidak ingin mengganggumu."
"Aku tidak apa-apa, aku akan melakukan apapun untuknya." Krist mengusap-usap surai rambut gadis kecil itu, "apa Leisha tidak apa-apa? Mae sudah membawanya ke rumah sakit kan?"
"Tidak apa-apa, dia hanya demam biasa. Mae sudah membawanya tadi ke rumah sakit."
Krist menghembuskan nafas leganya, "Syukurlah jika dia tidak apa-apa."
"Leisha selalu menunggumu pulang, dia merindukanmu, meskipun Mae bilang tidak perlu menunggu, nanti kau pasti akan kesini, tapi anak itu tidak mau mendengarkannya."
Pria manis itu mengulum senyuman simpulnya, "Ini salahku, aku terlalu sibuk untuk mencari uang agar bisa memenuhi kebutuhannya, dan itu semua membuatku lupa jika pasti ada seseorang yang merindukan aku, menginginkan aku pulang dan bermain dengannya, bahkan aku tidak bisa mengajaknya pergi ke tempat yang ramai, aku tidak pernah sekalipun mengajaknya pergi jalan-jalan. Tapi aku melakukan ini semua untuknya, aku takut kehilangannya, dan jika aku meninggalkan pekerjaanku. Bagaimana dengan semua yang dia butuhkan? Aku takut tidak bisa memenuhi semuanya, dan sekarang aku sadar, aku sudah menyakitinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]
Fanfiction( completed ) Blurb : Kisah ini berawal dari kedua pria yang di pertemukan oleh sesuatu perasaan yang bernama CINTA, hingga memulai kehidupan baru juga atas dasar CINTA, hanya saja ternyata hidup tidak seindah yang mereka bayangkan, sampai akhirnya...