PRAETERIUM - 16

3.2K 285 23
                                    

Suara panggilan seseorang yang tertangkap oleh pendengarannya itu membuat Krist yang saat ini tengah menidurkan anaknya, menengokkan kepalanya ke arah Singto yang tiba-tiba saja entah dari kapan sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Apa, phi?"

"Setelah menidurkan Leisha, bisakah kita bicara sebentar?"

"Baiklah."

Singto menepuk pelan pundak Krist, sebelum melangkahkan kakinya pergi dari sana, sementara Krist hanya melihat punggung Singto yang kini menjauh darinya, dengan penuh tanda tanya besar, ada apa Singto memintanya untuk berbicara, apakah ada sesuatu yang penting, sebab raut wajah Singto menampilkan wajah seriusnya padanya.

Hingga setelah Leisha benar-benar terlelap di dalam tidurnya, pria manis itu segera menghampiri Singto, ingin tahu apa yang Singto katakan padanya.

Krist mencari Singto ruang tamu dan kerjanya, akan tetapi pria itu tidak ada, hingga Krist memutuskan untuk mencarinya di kamar, dan menemukan Singto yang tengah berbaring telungkup bersama dengan Gun di sampingnya, keduanya sibuk bermain game dari ponsel masing-masing.

"Phi lihat Gun menang."

"Ck, baru segitu saja kau sudah bangga bocah!"

"Biarkan saja," Gun menjulurkan lidahnya ke arah Singto, membuat Singto menjitak kepala adiknya itu, "sakit, kau jahat."

"Aku sudah jahat dari lahir, enyah kau dari sini!"

Gun mengerucutkan bibirnya, sembari memukuli Singto mengunakan sebuah bantal, "Phi Singto kejam, mengusir Gun, lihat nanti phi akan mendapatkan karmanya. Dasar kakak durhaka!"

"Phi tidak bisa bernafas, Gun."

Singto protes pada kekakuan Gun, hanya saja begitu Singto memposisikan dirinya untuk duduk, pria berkulit Tan itu melihat Krist yang berdiri di ambang pintu dan mengamati apa yang kedua pria itu lakukan. Selalu saja berkelahi padahal mereka saudara.

"Phi Krist, phi Singto jahat...."

Adu Gun dengan bibir mengerucut, dan memeluk Krist dengan erat, sementara Singto hanya menatap Gun sinis mengisyaratkan agar adiknya itu menyingkir dari Krist.

"Ada yang mau phi bicarakan dengan Krist. Pergilah ke kamar dan belajar."

"Tapi phi--"

"Tidak ada tapi-tapian, pergi atau phi mengirimmu pada pria tua itu! Jika kau mau bertahan kau harus pintar, cepat! Jangan bermain game terus."

Dengan kaki menghentak-hentak, Gun pergi meninggalkan Singto, bagaimana bisa Singto melakukan hal seperti itu, mengancam Gun yang jelas-jelas Singto tahu jika Gun akan takut saat Singto membawa-bawa nama ayah mereka.

"Jangan terlalu keras padanya."

Ingatkan Krist, karena semakin seorang anak di perlakukan dengan keras, bukannya anak itu akan mengikuti apa yang kita katakan, tetapi justru akan semakin membangkang segalanya yang kita mau. Beri pengertian perlahan-lahan, nanti dia juga akan mengerti apa yang kita khawatirkan, dan juga mengerti harus bersikap bagaimana.

Apalagi Gun bukan anak kecil lagi, dia sudah tumbuh menjadi seorang remaja yang kini beranjak dewasa, harusnya Singto bisa berbicara lebih lembut lagi, pasti Gun akan menyadari jika itu untuk kebaikannya sendiri.

"Ini untuk kebaikannya."

"Baiklah, lagipula phi kakaknya tahu mana yang baik dan buruk untuk gun," Krist menghampiri Singto dan mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur pria tadi, "apa yang ingin phi bicarakan padaku?"

"Tentang Leisha, bagaimana jika memindahkan sekolahnya di dekat sini?"

"Sekolah?"

"Iya, tidak apa-apakan?"

[33]. PRAETERIUM [ Krist x Singto ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang