13

506 9 1
                                    

Hujan kembali menguyur kota, berkali-kali ayana melihat keluar jendela untuk memastikan apakah jehan sudah pulang atau belum, berulang kali dia mengecek ponsel nya berharap jehan memberi kabar. Ayana sudah mencoba untuk menelpon ke ponsel jehan tetapi ponselnya tidak aktif, setelah panggilannya terputus siang tadi, jehan tidak menghubungi ayana lagi. Rasa khawatir memenuhi pikiran ayana.

Petir dan hujan yang sangat deras membuat ayana sangat ketakutan, dia sendiri di rumah saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, jehan tidak kunjung tiba dan makan malam sudah sedari tadi tersaji diatas meja makan menunggu sang tuan rumah yang tidak kunjung tiba.

Ayana menyalakan televisi untuk menyaksikan drama korea agar  pikirannya tenang, setidaknya dia bisa mengalihkan kekhawatirannya sesaat jika menonton drama korea. Terlarut dalam kisah romantis hingga melupakan waktu yang telah dihabiskan. Tetapi rasa khawatir terlalu mendominasi ayana saat ini, matanya mengarah ke televisi tetapi pikiran ayana terus membayangkan keadaan jehan saat ini.

Suara mobil jehan terdengar memasuki perkarangan rumah ,dengan langkah seribu ayana berlari membuka pintu. Saat ayana membuka pintu, jehan terlihat basah kuyup dan keadaanya sangat kacau. Ingin rasanya ayana bertanya keadaan jehan dan apa yang dilakukan jehan hari ini hingga membuatnya pulang begitu larut. Ayana melihat ke arah dinding dan benar saja jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Melihat wajah jehan yang kusut, ayana tidak berani mengajak jehan untuk berbicara dan dia hanya mengatakan.

"jehan mandi dulu, ayana panasin air.." ayana berbicara setengah gagap, disaat-saat seperti ini ayana bingung harus melakukan apa, karena mood jehan sungguh berubah-ubah. Dan jika ayana salah berbicara jehan langsung menegurnya ataupun jehan akan bersikan cuek kepada ayana.

Jehan terus berjalan menuju kamar dan mandi, selesai mandi jehan langsung membaringkan tubuhnya ke arah kiri. Biasanya jehan selalu tidur ke arah kanan selain mengikuti sunnah rasul jehan juga selalu tidur menghadap ke arah ayana, melihat tingkah jehan yang jauh dari keadaan baik-baik saja ayana memutuskan untuk tidak masuk dulu ke kamar. Membiarkan jehan sendiri adalah langkah yang tepat untuk dilakukan saat ini.

Beberapa kali jehan merubah posisi tidurnya, dia tidak bisa tidur walaupun sudah memejamkan mata sangat lama. Menyadari ayana tidak kunjung berada di sampingnya akhirnya jehan keluar kamar untuk mencari keberadaan ayana.

"ay.." jehan memanggil ayana dengan suara serak dan dia melihat ayana buru-buru menyembunyikan sesuatu yang sedang di pegang olehnya. Sekilas jehan bisa melihat benda itu, benda itu adalah sebuah buku sampul hitam yang beberapa hari yang lalu jehan melihat ayana sering menulis di buku tersebut, saat ayana sedang sendiri tepatnya dan jehan menebak kalau itu adalahh buku harian ayana.

Ayana terkejut saat melihat jehan mendekatinya dan buru-buru menyelipkan buku itu di bawah sofa. Sebisa mungkin ayana menetralkan ekspresinya.

"hmm, " jawab ayana

"ngapain, udah jam setengah 2 ni.." tanya jehan masih dengan wajahnya yang sangat menyeramkan

"lagi nonton" jawab ayana sambil membetulkan posisi duduknya di atas sofa, tidak disangka jehan juga duduk di samping ayana. Sangat dekat hingga tidak ada jarak yang tercipta di antara mereka.

Jehan merangkul pundak ayana mengelusnya dengan lembut hingga membuat jantung ayana berdegub sangat cepat.

"tadi siang kemana?" tanya jehan sambil menatap mata ayana dengan lekat, ayana mendadak kesulitan bernafas, kelemahan ayana adalah jehan. Ayana masih belum terbiasa diperlakukan seperti ini oleh jehan, dengan sikap yang ditunjukkan jehan kepada ayana membuat otak ayana mendadak berhenti bekerja dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

"tadi siiang.. aaaya kerja terrus, aaya pergi sama tteman aaya" jawab ayana gugup

Rangkulan jehan dilepaskan dari pundak ayana "teman? Teman laki-laki maksud kamu ay? Hah tadi pas aku suruh pulang kamu kemana? Handphone di matiin, terus kamu pergi sama teman laki-laki kamu itu? Kemana ay? Ke hotel? Ke pantai?.. apa kamu udah izin sama aku ay.. aku tu suami kamu lho ay..." jehan berbicara dengan nada yang sangat halus sehingga harus didengarkan secara seksama oleh ayana tetapi perkataan jehan itu sungguh membuat ayana mati rasa, dia ingin menjelaskan semuanya kepada jehan, menjelaskan kepada jehan kalau dia sedang salah paham. Tapi apa daya, lidahnya kelu sulit untuk membela diri di depan jehan saat ini, karena jehan sangat sulit diatasi jika sedang marah.

Air mata tergenang di pelupuk matanya, ayana hanya bisa diam terhadap tuduhan yang dilontarkan jehan kepadanya. Ingin menangis tetapi dia tidak bisa, rasa sakit terus menyiksa hati dan dirinya saat ini. Dia hanya bisa termenung dengan tatapan kosong di sofa sendirian.

"ayana.." suara jehan menggema di tengah malam, mengisyaratkan agar ayana segera masuk ke kamar. Saat ayana masuk, jehan sudah berbaring di tempat tidur dengan posisi kiri memunggungi ayana.

****

"bang... kak aya gak ikut?" tanya farel, saat melihat jehan hanya duduk termenung sendiri di halaman belakang rumah orang tuanya. Kemudian farel duduk di samping jehan untuk menemani jehan berbicara.

"hmm enggak, "jawab jehan seadanya, matanya masih tertuju ke arah ponsel. "mama sama ayah kemana?" tanya jehan

"mama sama ayah lagi liburan, fari sama yazid juga ikut" curhat farel

"hahaha jadi kamu ngapain dirumah sendirian, dibuang sama mama kamu rel, kasiannn" ejek jehan sambil mengacak rambut farel

"hah... aku lagi final di kampus.. gimana aku ikut coba. Jadwal libur kita kan beda-beda"

"duh kasiannn adek abang yang ganteng ini ditinggal hahaha" jehan terus membuat lelucon tapi farel merasakan ada yang aneh dengan abangnya ini. Jehan terus membuat lelucon tetapi farel merasakan ada kesedihan yang mendalam yang telihat dari cara jehan tertawa.

"abangada masalah sama kak ayana?"     



MENIPU DIRI SENDIRI (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang