9

623 7 0
                                    

"serius ay, han? Kalian nikah? Sejak kapan dekatnya? Kok gue gatau" daniel melontarkan pertanyaan bertubi-tubi kepada ayana dan jehan. Dan raut wajahnya sama sekali tidak bahagia saat melihat undangan itu. "terus, pasti yang ngetik balasan chat di WhatsAp lo kan?" sambil nunjuk ke muka jehan.

"selow aja lah bro, gausah nge gas gitu juga kali " jawab jehan dengan sikap seadanya dan diakhiri dengan tawa jenakanya.

Daniel terus mengajak ayana berbicara dan becanda sedangkan jehan terlalu sibuk menanggapi berbagai macam pertanyaan tentang pernikahan mereka yang dilontarkan oleh teman-temannya. Jehan kelihatan sangat marah saat melihat ayana menunjukkan sikap yang sangat hangat kepada daniel, sesekali mereka tertawa dan daniel menujukkan sesuatu di ponselnya yang membuat jehan sudah sangat sulit mengontrol emosinya.

"oii wak.. ja mau balik dulu ni, udah larut.. aku ada janji sama yang lain juga ni.. kau jehan gamau balik kau, udah larut malam ni, masak iya pengantin baru lama-lama di luar " ja mengedipkan mata centil ke arah jehan, menggodanya.

"kau wak.. itulah aku juga mau balik ni.... jangan lupa ya, mau nggak mau sibuk nggak sibuk pokonya kalian harus datang ke resepsi aku" sambung jehan

"maksa kali si jehan itu" ngoceh aton yang sedang memasukkan ponselnya ke tas dan mengeluarkan dompet "sebelum pulang, duitnya tolong ya dikumpul dulu.. aku bukan mamak kalian yang biasa bayarin kalian makan"

"ngoceh aja si aton ni.." protes ja sambil meletakkan uang diatas meja sebelum meninggalkan tempat.

"nggak berubah berubah emang kalian semua ni kan..." sambung miranda

"haha itulah ra,heran aku liat.. asik masalah itu-itu aja yang dipermasalahkan setiap kita ngumpul" sambung ayana yang diiringi kekehan geli dari daniel

"itulah ay, bosan gue...."

Mereka pun berpencar meninggalkan cafe, termasuk daniel yang berlalu pergi sambil menebar senyum manisnya ke ayana.

"akrab ya kalian.." ledek jehan dengan nada jutek, saat ayana masuk ke dalam mobil.

"hah.. ohh daniel, dia tawarin aku pekerjaan lho han..." jelas ayana dengan ekspresi yang sangat bahagia, dia seolah lupa dengan sakit-nya.

"pekerjaan apa?" tanya jehan jutek

"daniel kan photographer sekarang, dia juga punya studio pribadi gitu di wilayah dekat pantai tempat kita meeting kemarin.. jadi aku ditawarin kerja sebagai desainer mural di tempatnya sekaligus consultan seni gitu han... aku senang banget ih jumpa daniel.."

"gaboleh, kamu gaboleh kerja sama daniel.."

"maksud kamu apasih, masa gaboleh.. kan daniel teman kamu teman aku juga, pasti enaklah kerja kalo di tempat orang yang kita kenal han.. lagian kerjaan nya sesuai dengan hobi aku jadikan asikk"

"gaboleh (kamu gak liat cara dia natap kamu tadi ay *protes jehan di dalam hati.)"

"dasar gajelas kamu"

"oh ya, udah sembuh kamu, perasaan tadi sakit sampe nangis-nangis gitu nah sekarang kok sekayak nggak ada apa-apa ya?" protes jehan panjang lebar melihat ayana terus tersenyum

"hah " ayana menghela nafas lelah menghadapi sikap jehan yang kembali dingin terhadapnya " iya, orang datang bulan tu sakitnya macam-macam jehan, dan sakitnya juga gak lama-lama amat" protes ayana (dan yang bikin gue nangis itu elo jehan, masak sih segitu gak pekanya dia sama aku-omel ayana di dalam hati)

"alasan"

Mereka pun tiba di rumah, lampu taman kecil menyala redup di area parkiran rumah mereka. suasana agak sedikit sepi karena jam sudah menujukkan pukul 12.00 malam. Ayana turun dari mobil dan menunggu jehan keluar menyusulnya. Ayana bertingkah sangat senang berbeda dengan tingkahnya beberapa jam yang lalu yang membuat jehan sedikit heran.

MENIPU DIRI SENDIRI (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang