6

1.1K 9 0
                                    


Dan dia membawaku ke sebuah cafe yang tidak begitu mewah tapi cafe ini ditata sangat bagus dan rapi berbagaimacam coretan memenuhi dinding coretan khas anak muda. Aku duduk di depannya mengamati jehan yang selalu memegang ponselnya, sembari menahan sakit hingga aku teringat jika sejak daritadi pagi aku belum memeriksa ponselku.

Rasanya ingin tertawa geli saat menyadari aku bahkan lupa melihat ponselku, padahal itu sahabat sejati para anakmuda seusiaku. Bagaimana tidak alasan ku mengecek ponsel pintar itu hanyalah untuk melihat perkembangan jehan dan saat ini jehan sudah bersamaku rasanya ponsel pintar itu sudah tidak begitu aku perlukan saat ini.

Tangan kananku memegang perut berusaha meringankan rasa sakit, tangan kiriku memegang ponsel dan yang benar saja, terdapat ratusan pesan dari beberapa grup dan personal chat. Aku tidak bisa menahan tawa saat membuka grup "ASER" yang berisi tiga teman terdekatku di kampus dulu, mereka membahas hal-hal yang mengenai kegiatan yang dilakukan suami istri pada saat malam pertama dan itu sungguh membuatku terhibur akan tingkah mereka yang kocak dan jauh dari kesan serius. Dan ada pesan dari seseorang yang sangat menginginkan aku untuk menjadi pacarnya, dia mengirimkan sebuah pesan mesra yang membuat aku muak untuk membaca pesan itu, untuk membuatnya tidak berfikir yang aneh-aneh aku hanya membalas pesan itu dengan bahasa yang jutek dan seadanya.

Akhirnya makanan pun datang, jehan sudah memesan 2 gelas minuman soda dan dua piring nasi goreng, setidaknya aku sangat selera saat melihat makanan ini tersaji di depan mataku. Tidak butuh waktu lama, aku mengambil garpu dan sendok dan langsung melahap makanan yang tersaji di depan ku. Jehan melihatku makan dan dia terkekeh geli

"nggak difoto dulu" tanya jehan setengah mengejek

"hah, yahhh udah aku rusakin nasinya? Kenapa jehan mau foto?" tanya ku polos seakan sindiran jehan tidak pas terkena untukku.

"kan biasanya difoto dulu untuk diupdate di sosmed, instagram mungkin kan lumayan banyak orang yang liat" kata jehan masih tidak menyentuh makanan yang terhidang di depannya

"hah, ohh jadi ngejek.. " aku tidak memperdulikannya yang terus menerus bersikap dingin kepadaku, dia jauh dari kata romantis. Sebegitu bencinya dia kepadaku. Tanpa memperdulikannya aku langsung melahap makanan nya hingga habis tak tersisa, sedangkan jehan dia hanya makan setengah dari porsi yang disajikan. Tidak heran dia terlihat begitu kurus sekarang dan aku terlihat sangat rakus pasti, sejenak aku merasa menyesal.

Aku melihat raut wajah yang berbeda dari ekspresi jehan saat dia memegang ponselnya. Selama ditempat itu tidak ada percakapan yang panjang diantara kami.

--

"haiii, datang juga akhirnya, "; sambut niana saat kami masuk ke butiknya. Dan adam tersenyum manis yang berdiri di meja kasir yang langsung disamperi jehan untuk sekedar menyapa. " ini dicoba ya, mudah-mudahan pas dan gak ada yang harus diubah lagi" jelas niana saat dia membawa dua pasang baju milikku dan milik jehan. Aku sangat kagum melihat gaun yang berwarna silver itu.. mewah tapi simple "ini seperti aku" candaku kepada niana.

"ihh kamu taunggak, aku kalau buat baju harus mendalami karakter orang yang memakai gaunku lho, dan ini hasilnya, ini aku buat terlihat seperti kamu ay" aku tertawa renyah yang membuat dua laki-laki di meja kasir menoleh ke arah ku " yaudah cepet coba, kok aku degdegan ya" sambung niana

Kemudian niana memanggil jehan untuk pergi ke kamar pas denganku, mencoba bajunya. Aku agak canggung saat melihat kamar pas-nya, dipenuhi cermin seakan tidak ada tempat untuk bersembunyi, dan aku tidak mungkin membiarkan niana menunggu terlalu lama. Sedangkan jehan dia terus menatapku seakan ingin membunuhku saat itu juga.

MENIPU DIRI SENDIRI (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang