15

534 9 1
                                    


"waalaikumsalam" farel menjawab salam dan segera untuk membuka pintu "eh masuk pak kaisar" farel mempersilahkan kaisar masuk dengan semangat "kebetulan pak, ada bang jehan disini.."

"ohh iya, " kaisar masuk dengan membawa beberapa bingkisan untuk dimakan bersama-sama mengingat dia berkunjung pada jam 10 malam, sangat larut untuk bertamu memang, tapi farel menyuruh kaisar mampir karena memang rumah yang ditempati kaisar berada dekat dengan lingkungan rumahnya. Karena ingin memenuhi undangan farel kaisar menyempatkan diri untuk hadir walaupun di waktu yang tidak tepat.

"gimana pak, rumahnya bagus?" tanya farel sambil menata makanan di atas meja ruang tamu yang dibantu kaisar

"lumayan,  untuk tinggal sendiri.." jawab kaisar seadanya sambil mencari-cari keberadaan jehan 

"ohh gitu, rumah itu udah lama kosong soalnya pak, jadi waktu bapak bilang mau cari tempat tinggal sementara, saya langsung kepikiran sama rumah itu "

"terimakasih, berkat kamu saya bisa dapat rumah dengan cepat"

"orang tua kamu kemana? kok sepi gini.."

"orang tua saya lagi di luar kota pak, saya ditinggalin sendiri disini " farel mencoba bercanda dengan kaisar yang terlihat masih sangat kaku. apalagi jika diajak berbicara menggunakan bahasa indonesia seperti ini.

Pagi tadi kaisar mengunjungi kampus tempat dia akan menjalani studi banding, saat berkeliling kampus dia melihat seseorang yang sangat mirip dengan jehan. Tanpa pikir panjang, kaisar langsung menghampiri laki-laki itu dan menyapanya.

"jehan natta" kaisar menepuk pundak laki-laki yang dikira jehan

Laki-laki tersebut bingung dan mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang dimaksud. Kemudian dia tersenyum simpul "saya bukan jehan.." jawabnya, kaisar juga tersenyum dan meminta maaf.

"permisi.. " tegur farel saat dia mengingat sesuatu, yang membuat kaisar langsung berbalik badan "temannya kak aya ya?" tanya farel penasaran saat melihat kaisar.

"iya saya temannya ayana, maaf saya pikir kamu jehan. Kamu mirip dengan jehan suami ayana.."

"jehan abang saya.."

Mereka ke kantin untuk sekedar menyapa dan mengobrol hingga kaisar memberitahu bagaimana kaisar bisa mengenal jehan dengan dekat walaupun dia belum pernah bertemu dengan jehan sekalipun. Dan kaisar juga mengatakan kalau dia akan menetap sedikit lebih lama karena tugas, hingga farel mencarikan rumah untuk ditempati kaisar.

Dan disinilah mereka sekarang. Ketika laki-laki sedang berkumpul mereka pasti membahas sesuatu yang berbau olahraga dan pastinya akan menimbulkan keributan, apalagi farel mengundang beberapa temannya untuk menonton pertandingan UFC bersama. Tanpa sadar malam semakin larut jehan turun dari kamarnya untuk mengambil beberapa makanan agar bisa menganjal perutnya yang sudah sangat kelaparan.

"bang... masih disini, farel kira udah pulang" teriak farel saat melihat jehan sedang menuruni tangga, karena sejak kaisar datang tadi dan teman-teman farel ikut meramaikan, jehan sama sekali tidak keluar walaupun untuk sekedar menyapa dan  saat jehan melihat farel mata jehan menangkap sesuatu yang membuat darahnya kembali mendidih.

"ngapain lo kesini" jehan menghampiri kaisar 

"duh.. bang..ini pak kaisar, dia teman kak ayana dari london" kemudian kaisar berusaha meluruskan segala kesalah pahaman jehan dan kaisar meminta maaf kepada jehan karena telah memaksa ayana, jehan merasa sangat bersalah karena sudah menuduh ayana yang bukan-bukan.

Dengan cepat jehan langsung menyalakan mobil dan pulang. Dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya jam tersebut menunjukkan pukul 12 malam, hujan kembali mengguyur kota dengan sederas-derasnya, petir menggelegar seakan membelah langit. Raut wajah khawatir tersirat jelas di wajah jehan, bagaimana bisa dia bersikap sebodoh ini dan meninggalkan ayana selama hampir 3 hari. Di tengah perjalanan tiba-tiba seluruh listrik di kota padam, jalan gelap gulita hingga jehan tiba di depan rumahnya, saat dia hendak memarkirkan mobil jehan melihat ayana sedang duduk di teras rumah dengan wajah yang ditekuk.

"sayang.. ngapain di luar, "jehan menguncang pelan badan ayana,

Tiba-tiba ayana memeluk jehan dengan sangat erat, jehan tidak mengerti apa yang sebenarnya yang terjadi dengan ayana. Rintihan ayana terdengar di telinga jehan, dia menangis seperti seorang yang sedang menahan sakit dan ketakutan. Dengan sigap jehan langsung mengendong ayana dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Masih dengan posisi memeluk ayana dengan sangat erat, jehan duduk di sofa ruang tengah sambil menepuk-nepuk lembut punggung ayana yang duduk di atas pahanya. Jehan berusaha menenangkan ayana, hingga ayana tertidur di pangkuan jehan.

Tak lama kemudian listrik menyala, betapa kagetnya jehan saat melihat keadaan rumahnya yang sangat kacau. Pecahan vas bunga berserakan di lantai dan saat dia hendak membangunkan ayana yang masih tertidur di pangkuan nya, jehan melihat bekas goresan luka di tulang kering ayana yang mengeluarkan darah. Sedangkan siku ayana membiru lebam seperti membentur sesuatu yang sangat keras. 

"ay... "jehan berusaha membangunkan ayana dan tak butuh waktu lama ayana langsung 

bangun dan kembali memeluk jehan dengan erat.

"kok meluk sih " goda jehan dan tidak ditanggapi oleh ayana sehingga dia kembali memeluk jehan dengan sangat erat.

"ngapain tinggalin ayana sendiri di rumah 3 hari... aya takut tau.. jehan kok jahat banget sama aya... salah aya apa sama jehan, " ayana kembali menangis saat memeluk jehan dan mengungkapkan segala kekesalahn yang ada di dalam hatinya.

"maaf... pikiran jehan lagi kacau berat kemarin, dan jehan gak mau nanti kalau tiba-tiba jehan tinggiin suara jehan di depan ayana, jehan gak mau liat aya sedih.." jehan berusaha membujuk ayana agar berhenti menangis sembari mengelus punggungnya yang bergetar.

"tapikan jehan bisa ngomong sama aya..aaayaaa" ayana kembali terisak hingga tidak bisa meneruskan kata-katanya

"ay, kamu kenapa.. kok bedarah-darah gini sih.." tanya jehan khawatir

"hah bedarah? " ayana langsung melihat ke arah kakinya yang terasa pedih "oh ya allah, ayana gak sengaja tadi nyenggol meja kaca di ruang tamu sampe vas nya jatoh terus pecah, dan ini Cuma biru doang kok, besok juga hilang" jelas ayana dan kembali memeluk jehan, ayana masih belum sadar kalau jehan sedang memangku nya.

"duhhh kamu... kalo pecahan vas bunga masuk ke kaki aya gimana? aya kok ceroboh gitu sih, diri sendiri aja gabisa dijaga.. lagian ngapain cari lilin.. handphone kan ada"

"aaa jehan kok marahin aya, aya lupa dimana handphone aya adanya di mana"

"dasar... emang sikap ceroboh tu gabisa dihilangin dari kamu" 

"udah bangun, atau mau aku gendong lagi... tadi kenapa nangis sampe segitunya?" tanya jehan beruntun, yang membuat ayana panik dan melepas pelukannya serta langsung turun dari pangkuan jehan.

Ayana memasang wajah kecewa dan sedih, malam ini dia ingin bermanja-manja dengan jehan rasanya, 2 hari tidak melihat jehan membuat rasa rindu terus berkecamuk di relung hatinya.

Jehan mencium aroma parfumnya di baju ayana "aya ganti parfum?" tanya jehan dengan senyum tersungging di bibirnya.

"hah aya pake parfum jehan.." jawab ayana dengan suara yang sangat kecil

"kenapa pake parfum jehan? Rindu? Gabisa tidur kalo gak ada jehan? Gabisa tidur kalo gak meluk badan jehan yang peluk-able ini?"

"iya iya dan iya puas..."' jawab ayana dengan raut wajah yang sudah mulai memerah

"maafin jehan ya.. udah buat ayana khawatir " jehan berdiri dan memeluk ayana sangat lama. 

MENIPU DIRI SENDIRI (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang