16

624 30 3
                                    

Farshal kembali ke gedung pertunjukan seni setelah ia sudah tak melihat lagi mobil cowok yang tak ia kenali bersama Celliqa.

Tanganya sudah ada bercak darah akibat amarahnya ia lampiaskan pada pohon besar juga keras. Habis batang pohon itu terkena bogem handalannya Farshal.

Namun bukan pohon itu yang terluka, malah jari-jari Farshal yang tergores sampai mengeluarkan darah.

Yaya yang pertama kali melihat keadaan Farshal yang nenurutnya kacau, mata sayu, jalan bungkuk, nafas tak teratur, dan jemari tangan mengeluarkan darah.

Karena yang lain sudah kembali berkutat dengan tugas masing-masing, Yaya menghampiri Farshal yang sedang duduk di bangku yang ada di gedung itu. Dimana bangku tersebut biasa di pakai untuk penonton yang menonton pertunjukan seni.

"Lo ok?" tanya Yaya langsung.

Farshal menggeleng lemah sambil tersenyum kecut, "Gimana gue bisa ok, kalau gue cemburu ngelihat Celliqa bareng cowok yang nggak gue kenal?"

Yaya tak mengerti apa maksud Farshal, ia hanya bisa mengernyitkan dahinya. Setahu Yaya, Celliqa tidak ada dekat dengan cowok lain selain Farshal sendiri, Abil, Marvin, maupun Alfa, dan oh ya Rio tentunya.

"Apa yang harus gue lakukan?" tanya Farshal entah pada siapa.

"Ok. Lo harus omongin baik-baik sama Celliqa. Minta maaf ke dia, dan jelasin apa hubungan lo sama cara." saran Yaya langsung.

Farshal tampak berpikir, ia baru menyadari bahwa selama ini Celliqa masih menjadi pacar sahnya. Tapi ia malah lebih mempedulikan Cara.

"Gue nggak punya hubungan apa-apa sama Cara." balas farshal.

Yaya mengangguk mengerti, "Yap. Jadi, jelaskan dan buktikan ke Celliqa."

"Tapi gimana? Dia udah marah besar ke gue."

Yaya mendengus geli, lalu menjentikan jarinya tepat di depan wajah Farshal, "Celliqa cuman manusia, dia kecil di mata Tuhan. Kalau dia nggak mau maafin lo, dia bakal dosa, Fa."

Farshal menatap Yaya dengan tatapan tak percaya, "Dan sebesar apapun marah Celliqa ke lo, itu nggak bakal ngurangin kadar sayangnya ke lo, dan gue yakin pasti sekarang dia lagi meratapi penyesalannya."

"Ano? Tangan kamu kenapa?" tiba-tiba Cara muncul tanpa di undang.

Farshal dan Yaya langsung menoleh ke arah Cara.

Farshal menyelami mata Cara, berusaha mencari ketulusan di sana. Namun, mata Cara tak seperti punya Celliqa.

Tentu, karena milik Celliqa lebih bagus di bandingkan dengan apapun.

***

Ulang tahun Dilla tepat pada hari Sabtu, dan hari ini adalah hari Jum'at, Celliqa sedang bermalas-malasan di tepi kolam renang.

Di sampingnya sudah ada jus orange bikinan seorang maid yang bekerja di rumahnya.

Ponsel Celliqa terus berdering, namun karena ia memakai headseat berwarna ungu--menurut Bella warna itu norak--dengan volume up, jadi ia tak bisa mendengar deringan telepon tersebut.

Semenjak kejadian tempo hari dengan Farshal, ia jadi malu untuk bertemu Farshal. Walaupun Farshal berusaha menyapa Celliqa terlebih dahulu, namun Celliqa langsung berlalu sebelum sempat Farshal mengeluarkan sapaannya.

Tiba-tiba headseat yang Celliqa pakai di lepas secara paksa oleh seseorang.

Karena kesal, Celliqa berdiri dan berniat memarahi orang itu.

Somewhere Over The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang