10

632 30 1
                                    

"Cell, cepetan!" teriak Lily kepada Celliqa.

Dengan langkah tergesa-gesa, Celliqa menghampiri ibunya yang sudah berada di luar.

"Pa, beli jet pribadi gih. Supaya bebas berangkat tanpa takut ketinggalan." saran Celliqa ngasal lalu masuk ke dalam mobil, di jok pengemudi.

Sementara Regard dan Lily asyik duduk di jok penumpang. Celliqa berasa jadi supir.

"Yaampun." gumamnya pelan.

Tak habis pikir kalau kedua orang tuanya tega menjadikan ia supir.

"Kenapa nggak kak Bhilly aja coba yang nganterin?" tanya Celliqa yang seharusnya waktu malas-malasan namun terpakai untuk menjadi supir seperti ini.

"Ngerti dong. Bhilly udah punya istri, Cel." jawab Regard.

Celliqa jadi kesal karena kakaknya itu nikah muda, jadi gini deh nasib yang belum nikah.

"Supir Papa kan banyak, Pa!" Celliqa masih protes.

"Seharusnya kamu ikhlas ngebantuin orang tua kamu, Cel. Kapan lagi kamu mau jadi anak yang ngebuat orang tuanya senang? Belum tentu umur Papa sama Mama kamu panjang kan, jadi manfaatin waktu selagi ada. Kalau udah nggak--"

"Ngerti Pa, ngerti." potong Celliqa cepat, ia tak tau kenapa ayahnya jadi super cerewet seperti itu.

"By the way Cel, Farshal itu anaknya dokter Valen?" tanya Lily tiba-tiba.

Celliqa mengangguk sambil menggumam untuk menjawab pertanyaan Lily.

"Wah kamu mainnya sama anak dokter ya." goda Regard.

"Biasa aja kali." balas Celliqa malas.

Mumpung jalanan sepi, Celliqa meminjak pedal gas secara ugal-ugalan. Membuat Lily berpegang tangan dengan Regard karena takut.

"Udah cukup Bhilly yang ngabisin uang Papa buat pengobatan, jangan kamu lagi, Cel." komentar Regard membuat Celliqa memelankan laju kecepatan mobilnya.

"Dasar pelit." ejek Celliqa, masalahnya, ayahnya ini kan kayanya nggak bakal abis sampe turunan keberapa pun, tujuh turunan aja lewat. Masa' cuman karena pengobatan Bhilly uangnya udah habis? Mana mungkin!

"Papa kamu yang ganteng ini dengar lho." balas Regard mendelik ke Celliqa.

"Nggak percaya kalau Papa bangkrut cuman karena bayar biaya perawatannya Kak Bhilly. Please deh."

"Emang nggak," balas Regard, "Oh ya, kamu belajar nabung mulai dari sekarang, Papa bakal ngurangin uang jajan kamu akibat aksi kabur dari rumah itu."

Celliqa menatap Regard dari spion dengan tampang tak terima.

"Protes, nggak dapat uang jajan sebulan." tambah Regard.

Celliqa beralih kepada Lily, menatapnya dengan tatapan memohon.

"Terima sanksinya, girl." ujar Lily acuh seakan mengerti apa maksud Celliqa.

Celliqa mendesah pasrah, "Elah, kan kaburnya dari beberapa bulan yang lalu. Kirain udah lupa."

"Dan, no car, no shopping, no traveling buat satu tahun ke depan. Ingat itu, Cell."

"Astaga Papa." Celliqa pasrah karena hukuman yang harus di jalaninya.

"Kamu kan punya pacar tajir, Cel. Mau tumpangan? Aman. Shopping? Tinggal gesek. Traveling? Farshal pasti punya pesawat pribadi. Nah, gampang kan?"

Somewhere Over The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang