Keesokan harinya, Celliqa menerima telepon bahwa ia di tugaskan--lagi--untuk menjemput kedua orang tuanya di bandara.
Tepat pada jam tujuh pagi ia sudah sampai di Bandara Internasional.
Pesawat yang di tumpangi orang tuanya akan landing sekitar setengah jam lagi, oleh karena itu Celliqa memutuskan untuk sarapan di sebuah Cafe berbasis roti yang ada di bandara tersebut.
"Celliqa?" panggil seseorang tepat di belakang Celliqa.
Dan Celliqa pun langsung membalikan badannya, di dapatinya Daniel sedang tersenyum ramah ke arahnya.
"Oh hai." sapa Celliqa balik sambil memamerkan senyum khas.
"Lo ngapain--maksud gue, lo ngejemput atau mau go out?" tanya Daniel.
"Ngejemput." jawab Celliqa, "Lo sendiri?"
"Sama." balas Daniel, "Lo mau sarapan?"
Celliqa memangguk mantap, "Mau ikut?"
Daniel mengangkat sebelah alisnya, "Kalau nggak keberatan."
"Of course, no." balas Celliqa.
Lalu keduanya sama-sama memasuki sebuah Cafe bernuansa go green itu.
Daniel dan Celliqa duduk di tepi dinding kaca sebelah kanan dari sisi Cafe.
Seorang pelayan langsung mendatangi meja keduanya, dan menanyakan pesanan mereka.
Setelah itu sang pelayan pun undur diri untuk memesankan pesanan keduanya.
"Lo nungguin siapa?" tanya Daniel setelah sang pelayan pergi.
"Bokap sama nyokap." jawab Celliqa sambil memainkan ponselnya.
Jam segini tidak ada Line dari Farshal, yaiyalah, 'kan hari libur. Farshal-nya juga masih ngebo.
"Emang mereka abis darimana?" tanya Daniel.
Celliqa langsung memalingkan pandangannya dari layar pinsel menuju Daniel.
Kepo. Celliqa membatin geli.
"Somewhere over the rainbow." Celliqa menjawab pertanyaan Daniel dengan asal.
"Ngomong-ngomong soal pelangi, lo percaya nggak mitos tentang pelangi?" tanya Daniel tiba-tiba.
"Mitos yang kayak gimana?" Celliqa sebenarnya tau mitos yang mana, namun ia hanya ingin memastikan saja.
"Kalau ada pelangi di langit, itu berarti ada bidadari yang lagi rendaman di sungai." jawab Daniel sambil membayangkan tujuh bidadari berendam di sungai. Lucu. Pikirnya begitu.
Celliqa mangut, tanda ngerti, "Ya namanya juga mitos, mau di percaya tapi gak logis aja. Gue sih nggak terlalu mikirin soal begituan."
"Gue percaya tentang adanya bidadari, itu aja." Daniel berpendapat.
"Karena mereka cantik?" tanya Celliqa merespon pendapat Daniel.
"Emang lo udah pernah ngelihat wajahnya bidadari?" Daniel malah bertanya kembali.
"Udah." jawab Celliqa dengan bangga.
"Kapan?"
"Waktu gue ngaca."
***
Pertemuan singkatnya dengan Daniel berakhir setelah ia mendapat telepon dari ibunda tercinta yang mengomel karena batang hidung Celliqa tidak terlihat olehnya.
Setelah menemukan kedua orang tuanya dan sempat di ceramahi beberapa paragraf, Celliqa beserat Regard dan Lily pun sudah sampai di mobil.
Like yesterday, Celliqa di depan berasa jadi supir, Regard dan Lily berada di kursi penumpang sambil mesra-mesraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow
FanfictionIbunya tidak peduli. Ayahnya apalagi. Keduanya sering bertengkar. Tapi tidak mau bercerai. Dan juga saling berselingkuh di belakang. Jadi sebenarnya, untuk apa ia hidup? ------ Cewek enam belas tahun ini merasakan nerakanya dunia, di saat remaja seu...