19

605 28 3
                                    

Farshal menatap Cara dengan alis bertaut, Cara mengajaknya ke tempat yang sepi dari area acara pesta.

"Lo ngapain ngajak gue ke sini?" tanya Farshal memasang posisi siaga satu.

Walau menurutnya Cara tidak akan mungkin melakukan hal yang tidak sepantasnya namun tetap saja kemungkinan itu pasti ada.

Cara melangkah maju secara perlahan, membuat Farshal memundurkan kakinya perlahan juga.

Tampang Farshal tentu sudah was-was. Diibaratkan seorang gadis yang sedang di ganggu oleh preman.

Karena Farshal terus menjauh dari Cara, dengan sigap ia mengambil tangan Farshal dan langsung berjinjit lalu memajukan wajahnya. Hingga wajah keduanya hanya terpaut beberapa sentimeter saja.

"Lo mau ngap--"

Jari telunjuk tangan kanan Cara menginterupsi pertanyaan Farshal.

"Kita udah lama nggak sedekat ini." bisik Cara dengan suara yang membuat Farshal merinding.

"Lo gila." Farshal berusaha menolak tubuh Cara pelan agar cewek itu tidak jatuh.

Namun sebelum dirinya jatuh, tangannya lebih dulu bertumpu pada leher Farshal dengan cara mengalungkan lengannya di leher cowok Asia itu.

"Aku nggak bakal ngelakuin hal yang nggak-nggak. Aku cuman mau kayak gini. Sebentar aja." pinta Cara.

Farshal mengernyitkan dahinya berusaha menyelami mata Cara, ia berharap bisa menemukan sebuah hal yang tidak Cara rencanakan.

"Ini udah lebih dari tujuh detik." desis Farshal berusaha menahan amarahnya, bagaimana pun ia tau ada yang tidak beres yang sedang Cara rencanakan.

Cara tak membalas omongan Farshal, ia hanya tersenyum semanis mungkin. Sampai ia mendengar suara langkah kaki seseorang yang di balik punggung Farshal.

Bingo. Pikir Cara senang.

"Farshal?"

Sebuah suara yang Farshal hapal membuat Farshal segera menjauhkan dirinya dari Cara bagaimanapun caranya.

Di dapatinya Celliqa yang kini sudah berada di hadapannya, menatapnya dengan tatapan marah bercampur kecewa.

"Cel, ini semua cuman salam paham. Bukan kayak apa yang lo--"

"I'm done. Thanks for everything."

Farshal membelalakan matanya mendengar satu kalimat yang amat menyakitkan menurutnya.

Kalimat yang tidak ingin ia dengar.

Dan Farshal hanya bisa menatap punggung Celliqa yang sudah menjauh dengan tatapan kosong, tak melakukan apapun, dan tak mengerti apapun.

***

Cel lo kenapa?

Lo nggak papa?

Kok mata lo merah?

Itu di sudut mata masih kesisa air mata lo, lo abis nangis?

Banyak lagi rentetan pertanyaan yang Celliqa dengar, namun semua ia abaikan.

Setelah melihat kejadian yang amat miris, Celliqa segera berlari masuk ke dalam rumah Dilla, dan mengunci diri di dalam kamar mandi terdekat. Lalu menangis tanpa suara agar tak ada yang mendengarnya.

Setelah ia rasa sudah agak tenang, barulah ia keluar dan menuju tempat dimana teman-temannya masih berkumpul. Itu pun membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk ia berhasil menenangkan diri.

Dan Celliqa terus berusaha untuk tidak bertemu ketiga sahabatnya, apalagi Dilla. Ia hanya tidak ingin menghancurkan pesta yang sudah di selenggarakan. Toh sebentar lagi pesta akan bubar.

Somewhere Over The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang