Celliqa membetulkan letak kacamata hitamnya, sinar matahari yang ada di negara kelahirannya ini sungguh terik.
Ia menyeret koper ungunya keluar dari Bandara International Soekarno Hatta sambil memandangi sekeliling, mencari seseorang yang sudah menunggunya.
Butuh waktu lima tahun untuk mendapatkan gelar sarjana di negeri kangguru tersebut.
Ya, Celliqa sudah menamatkan perguruan tingginya di salah satu universitas internasional yang ada di Australia.
Tahun ketiganya di VHS begitu menyakitkan, setelah seminggu Dilla keluar dari rumah sakit. Saat pembagian rapot semester akhir telah usai, saat itu juga ia tau.
Bahwa, Farshal, mantannya, akan pergi ke Jerman untuk meneruskan sekolahnya.
Seharusnya, setelah kejadian itu ia dan Farshal bisa berteman, atau paling tidak hubungan mereka membaik. Namun takdir berkata lain.
Setahun itulah Celliqa menghabiskan waktunya dengan Daniel, kekasihnya. Hingga sekarang, dan sudah berjalan enam tahun.
Sangat lama, namun--entahlah.
"Long time no see." sapa Celliqa sambil tersenyum pada Daniel.
Daniel membalas senyuman Celliqa dengan senyuman tipis.
Lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya, tentu ia merindukan Celliqa. Sangat.
"Dan, malu." bisik Celliqa berusaha melepaskan pelukan Daniel.
Daniel terkekeh, lalu ia melepaskan pelukannya, dan mengambil alih koper Celliqa.
"Mau di antar kemana nyonya?" tanya Daniel langsung.
Celliqa tak langsung menjawab, sebenarnya ia hanya tak tau ingin menjawab apa.
Daniel tersenyum tipis, mengerti apa yang gadis itu inginkan.
"Gue tau." tutur Daniel setelah menghela nafasnya dengan berat.
Celliqa menatap Daniel dengan heran, mulutnya kaku serasa tak bisa terbuka.
"Oke." putus Daniel melihat kebungkaman Celliqa, "Gue yang bakal bilang."
Daniel memaksakan senyumnya, enam tahun ia pacaran dengan Celliqa namun ia tau ia tidak bisa mendapatkan hati Celliqa.
Mungkin Celliqa memang mengubur rasanya untuk Farshal, namun untuk mencintai Daniel saja terasa sulit bagi Celliqa.
Celliqa sudah mencobanya enam tahun belakangan ini, tapi apa dayanya? Ia tidak bisa.
"Kita putus." ucap Daniel.
Celliqa tau Daniel akan mengatakan hal tersebut, dan Celliqa merasa ia lupa caranya bernafas.
"Tapi kita bisa jadi temankan? Atau kakak adik misalnya?" tambah Daniel sambil mencubit pipi kanan Celliqa.
Celliqa cemberut kesal.
Melihat itu Daniel tertawa, memang sakit rasanya, namun ia tidak bisa memaksakan hati Celliqa. Jika mereka memang lebih baik tidak memiliki hubungan spesial, seperti pacaran misalnya. Hubungan pertemanan much better, rite?
"Ayo gue antar ke bukit pelangi." ajak Daniel menyodorkan tangannya.
Celliqa terkekeh lalu mengaitkan tangannya ke tangan Daniel, mereka selayaknya pasangan.
Namun bagi Celliqa, ia lebih nyaman dengan Daniel seperti ini. Berpacaran dengan Daniel hanya membuat rasa bersalahnya tambah memuncak.
"Maafin gue ya." pinta Celliqa sambil memandang Daniel yang berjalan bersisian dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow
FanficIbunya tidak peduli. Ayahnya apalagi. Keduanya sering bertengkar. Tapi tidak mau bercerai. Dan juga saling berselingkuh di belakang. Jadi sebenarnya, untuk apa ia hidup? ------ Cewek enam belas tahun ini merasakan nerakanya dunia, di saat remaja seu...