Bintang kembali menghiasi langit yang gelap malam ini, di temani bulan yang dengan senang hatinya memberikan sinarnya untuk bintang-bintang yang mulai meredup.
seorang remaja terus memandang angkasa itu dengan kagum, tanganya terulur seolah-olah ia bisa mengenggam salah satu Bintang itu lalu tangannya yang tadi terulur, ia letakkan didadanya. matanya terpejam ''aku merindukan kalian''.
Mata itu kembali terbuka bersama buliran air mata yang jatuh terurai bersama rindu yang tak berpenghujung temu. Andai mereka tahu disini masih ada dirinya yang selalu merindukan kehadiran mereka. Apa mungkin mereka juga akan merindukannya.
Remaja itu menoleh ke belakang, lantas tersenyum ke arah remaja yang tadi menepuk pundaknya pelan ''ngapain lo berdiri disini, angin malam gak baik untuk kesehatan lo''.
Pemuda yang bernama lengkap Gilang Devano Zildhan itu tersenyum ke arah remaja yang tadi datang membuyarkan lamunannya ''gue cuman mau lihat bintang doang kok kak, gak usah sekhawatir itu kali. Gue ok kok'' Gilang memberikan senyum terbaiknya.
''udah ayo turun mama dan papa sudah menunggu dibawah. Kita makan malam bersama'' Remaja yang satunya bernama Sagara Revano Zildhan atau yang sering di panggil Saga itu menarik tangan Gilang untuk masuk ke dalam kamar, karena memang mereka sedari tadi berada dibalkon kamar Gilang.
Sesampainya di meja makan mereka langsung di sambut dengan senyum sepasang suami istri yang memang sudah duduk dengan tenang di meja makan.
''malam pa..maa..'' sapa Saga dan Gilang secara bersamaan lalu duduk bersebelahan.
''malam juga sayang'' balas sepasang suami istri itu secara bersamaan. Mereka adalah Aditya Zildhan seorang dokter spesialis penyakit dalam dan Meyrizka Zildhan atau sering di panggil dengan sebutan Rizka seorang desainer terkenal dari Surabaya dan sekarang ia akan menetap di Jakarta.
Riska dan Gilang baru sampai Jakarta tadi siang. Sementara Adit dan Saga sudah berada di Jakarta semenjak satu tahun yang lalu, di karenakan pekerjaan Adit yag diharuskan untuk pindah.
Awalnya Saga menolak untuk ikut pindah ke Jakarta. Karena dia tidak mau meninggalkan adik dan juga mamanya. Tapi mama dan adiknya justru memintanya untuk ikut pindah dengan papanya, dan akhirnya ia mau-mau saja dengan satu syarat ia akan kesurabaya saat akhir pekan.
''oh iya Gilang, mulai besok kamu sudah masuk sekolah. Papa sudah mengurus semuanya'' Adit memecah keheningan yang memang terjadi di saat mereka makan. Sementara Gilang hanya menganggukan kepalanya. Menurut saja saat kedua orang tuanya berkata apa. Karena ia yakin itu memang yang terbaik untuknya.
''papa yakin mau sekolahin Gilang di situ?'' kata Saga yang langsung mendapatkan tatapan bertanya dari semua keluarganya ''memang nya kenapa sih kalau Gilang satu sekolah sama kamu, bukankah itu bagus kamukan bisa jagain adek kamu'' Riska mengutarakan pendapatnya.
''bukan begitu ma, hanya saja aku merasa akan kehilangan Gilang'' Saga menundukkan kepalanya. Ia terlampau sadar bahwa perkataannya sangat tidak masuk akal. Tapi perasaannya juga tak bisa ia abaikan begitu saja. Saga sudah teramat sangat menyanyangi Gilang lebih dari hidupnya sendiri. Dan ketakutan terbesarnya adalah kehilangan anak itu.
Gilang menggenggam tangan kakanya yang masih setia menundukkan kepalanya. Saga yang merasakan tangannya di genggam oleh seseorang perlahan mengangkat kepalanya dan matanya langsung bersitatap dengan netra coklat kehitaman mili Gilang yang sekarang menampilkan senyum terbaiknya.
"aku gak papa asal kalian selalu di samping ku. Aku juga tidak akan pernah mau ninggalin kalian, kecuali maut yang akan memisahkan kita semua. Maaf ma,pa, kak aku mau kekamar dulu, capek mau istirahat'' Gilang berdiri dari kursinya setelah itu kakinya melangkah pergi menjauhi meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Teen FictionKita memang berbeda, meskipun kita punya wajah yang sama. Semenjak hari itu kita sudah tak sama lagi. Semenjak mereka membuangku. Start ; 7 November 2019