11

3.2K 264 6
                                    

Gilang terus memandang bosan seseorang yang sedang hilir mudik kesana-sini untuk mengantarkan pesanan-pesanan orang yang ingin mengisi perutnya.

Ya, sekarang Gilang berada di sebuah restoran yang tak jauh dari sekolahannya. Salahkan saja dia yang penasaran terhadap Gevan yang seperti menyembunyikan banyak sekali beban dalam hidupnya.

Setelah selesai dengan pekerjaannya Gevan menghampiri Gilang yang tengah menumpu  dagunya dengan sebelah tangannya.

"ngapain gak pulang aja sih?, gue masih lama di sini dan gue gak mau ya dapat amukan kak Saga kalau dia sampai tau lo belum pulang gara-gara nungguin gue kerja" semprot Gervan setelah mendudukan dirinya di depan Gilang.

Untung aja sekarang sudah mulai sepi dan kebetulan juga managernya sedang keluar jadi ia bisa berbincang-bincang dengan Gilang dengan tujuan untuk menyuruhnya pulang. Gilang sudah hampir tiga jam di situ ngomong-ngomong.

"kerja itu capek gak Gev?" tanya Gilang yang justru membuat Gevan mengerutkan keningnya. Tentu saja bingung dengan ucapannya Gilang yang sudah jelas tahu bagaimana melelahkannya pekerjaan itu.

"ya menurut lo aja gimana" jawab Gevan pada akhirnya.

"gimana seandainya kalau gue kerja, lo mau bantuin gue gak?" Gevan membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Gilang.

Dia mencoba mencari tahu apa ada kebohongan di mata Gilang. Tapi yang ia temukan justru tatapan putus asanya.

"maksud lo?"

Gilang tak langsung menjawab pertanyaannya Gevan. Ia menghabiskan minumannya yang memang tinggal sedikit. Lalu menatap Gevan yang juga menatapnya dengan tatapan herannya.

"lo tau kan, gue bukan anak kandung papa Adit dan Mama Rizka, gue cuman anak yang di punggut dari jalannan. Dan pastinya lo juga tau siapa keluarga gue yang sebenarnya.

Setelah gue dari Surabaya dan kembali mempertemukan gue dengan keluarga kandung gue sendiri. Gue seolah di pojokkan oleh mereka.

Dengan mengatakan kalau gue gak pantaslah di keluarga papa Adit,
Tak seharusnya gue ada di keluarga itu dan lain sebagainya. Jujur gue juga merasa tidak enak tapi gue juga gak mau kembali ke keluarga gue. Gue benci mereka semua.

Dan sekarang keluarga papa Adit sedang kesusahan keuangan dan gue cuman mau bantu. Paling tidak gue juga mau bantu-bantu mereka" ucap Gilang menjelaskan semua tujuannya untuk bekerja.

Gevan sebenarnya merasa bangga ke Gilang yang mau membagi bebannya kepada dirinya. Itu artinya Gilang memang menjadikan dirinya teman. Dan itu sangat membuatnya senang karena seumur hidupnya yang selalu kesepian dan akhirnya sekarang ia mendapatkan teman.

"ini cuman inisiatif lo doang kan? Gue yakin kalau mereka sampai tau lo bekerja bakalan kecewa banget terutama kak Saga, mungkin dia bakalan marah banget sama lo".

Gilang membenarkan semua perkataan Gevan. Baru pulang telat saja mereka langsung mencerca dengan beberapa pertanyaan. Lalu bagaimana kalau ia sampai bekerja dan pastinya akan pulang telat terus.

"menurut gue sih lang, mereka gak butuhin materi dari lo. Mereka sayang lo apa adanya dan tanpa pamrih. Dan gak seharusnya lo percaya omongan orang yang udah nyia-nyian hidup lo.

Mereka cuman butuh lo baik-baik saja. Dan seharusnya lo balas mereka dengan jadi anak penurut dan juga belajar yang baik. Tidak saat ini, tapi nanti ada saatnya lo bisa balas budi ke mereka".

"tapi gue penyakitan dan juga nyusahin. Banyak waktu mereka yang terbuang-buang dengan percuma karena gue".

"lo salah Lang, mereka ingin memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dengan lo. Bagaimanapun jua gue dengar keluarga kandung lo ingin lo kembali".

Gilang menghela nafasnya dengan kasar. Pikirannya tengah rumit sekarang. Dan dia tidak bisa berpikir dengan jernih selama beberapa hari ini.

"mereka gak bakalan dapetin gue lagi, kalau saja itu terjadi lebih baik gue mati!".

"GILANG..!" Gevan menatap Gilang dengan tatapan membunuhnya. Mendengar kata mati adalah kata terlarang untuknya.

Gilang terkekeh mendengar nada tinggi dari mulut Gevan dan juga matanya yang melotot siap jatuh menggelinding di lantai. Membayangkan saja membuatnya merinding.

"omongan lo bener juga gak seharusnya gue raguin mereka. Kalau nyatanya hidup gue gak berarti tanpa mereka. Thanks udah mau nemenin gue hari ini. Gue pulang".

"pulang sana lo. Pekerjaan gue numpuk gara-gara lo".Gilang melenggang begitu saja mengabaikan gerutuan Gevan.



Sesampainya di rumah Gilang langsung masuk ke dalam rumahnya setelah tadi mengucapkan salam yang di jawab dengan datar oleh Adit.

Gilang bisa melihat kedua orang tua dan juga kakaknya tengah duduk di ruang keluarga. Sepertinya mereka memang sedang menunggunya untuk pulang.

"dari mana saja kamu Gilang" suara tegas itu mampu membuat Gilang menundukkan kepalanya. Takut tentu saja. Siapa yang tidak takut mendapati tiga singa yang sudah bersiap menerkamnya hidup-hidup.

"maaf tadi aku ada pergi ke restoran dekat sekolahan".

"ngapain.."

"nemenin Gevan kerja.."

"kerja..? Maksud kamu ikut kerja gitu?"

"gak ma.. Maksud Gilang itu liatin Gevan kerja.." cengir Gilang yang mendapati tatapan aneh dari keluarganya.

"memangnya Gevan kerja terus di mana orang tuanya?" tanya Rizka yang penasaran dengan Gevan yang ia ketahui teman sekelas Gilang.

"dia gak punya orang tua. Dia juga murid bea siswa di sekolahan. Dengar-dengar dia itu dulu anak panti dan sekarang memutuskan hidup mandiri". Bukan Gilang yang menjawab melainkan Saga yang masih berkutat dengan laptopnya.

"kasian Gevan, padahal dia anak yang baik. Ahh Gilang lain kali ajak Gevan main ke rumah ya..?".

"udah kemarin, tapi mama gak ada" Gilang duduk di sofa sebelah Adit. Tangannya diam-diam terulur mengambil keripik kentang milik Saga.

"ya lain kali kan bisa.."

"kayak mama tiap hari di rumah aja.."

"kamu nyindir mama..?"

Gilang menggelengkan kepalanya saat mendapat delikan tajam Rizka bahkan mulutnya masih penuh dengan keripik kentang.

"balikkin keripik gue..." saga merebut kembali keripik kentang yang tadi di curi Gilang.

"minta dikittt..."

"gak boleh beli sendiri sana.."

"dasar pelit.."

"suka-suka guelah".

"huhh laba-laba pada kabur kemana sih.."

"udah gue usir, palingan udah jadi gelandangan sekarang".

"nanti gue beli la..."

"DIAM Kalian! Mau nonton berita saja kalian ganggu" sontak Gilang dan Saga mengatubkan mulutnya mendapat pelototan tajam dari Adit..





Tbc....

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang